tag:blogger.com,1999:blog-38082212064226449092024-02-08T09:56:18.553-08:00Motifasi dalam KehidupanUnknownnoreply@blogger.comBlogger21125tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-33996806324470092762011-01-17T20:42:00.000-08:002011-01-17T20:43:47.099-08:00Pelajaran Tentang Uang<div style="text-align: justify;">Bismillahirrahmaanirrahiim<br /><br />Paradigma Pendidikan di Indonesia tentang Uang<br />Ikhwan dan Akhwat sekalian,<br />Kali ini kita bicara tentang uang. Kita semuanya menghadapi suatu benturan realita yang disebabkan karena ada missing link dalam sistem berfikir kita. Ada satu kosakata yang tidak <span style="display: block;" id="formatbar_Buttons"><span class="" style="display: block;" id="formatbar_JustifyFull" title="Rata Penuh" onmouseover="ButtonHoverOn(this);" onmouseout="ButtonHoverOff(this);" onmouseup="" onmousedown="CheckFormatting(event);FormatbarButton('richeditorframe', this, 13);ButtonMouseDown(this);"><img src="img/blank.gif" alt="Rata Penuh" class="gl_align_full" border="0" /></span></span>masuk ke dalam benak kita padahal itu sangat menentukan masa depan kita yaitu uang. Jika ada yang bertanya kenapa kita miskin maka jawabannya karena memang kita tidak belajar masalah uang.<br />Salah satu gejala benturan budaya yang sering kita lihat muncul bersama munculnya orang-orang setengah kaya baru. Tapi itu lebih disebabkan karena bibit-bibit kemiskinan itu memang ada dalam diri kita, ada di lingkungan kita, bahkan ketika kita mulai membuat partai. Padahal kita belum kaya dan memang belum kaya. Apabila kita memakai standar Kiyosaki, masuk dalam tahap aman pun belum. Tapi sudah dianggap kaya hanya karena sedikit beda dengan teman-teman ikhwah yang lain. Kita dianggap kaya karena memiliki mobil padahal mobil itu kebutuhan pokok dalam fiqih Islam. Kita juga dianggap kaya karena sudah bisa bangun rumah, padahal itu indikator dari garis kemiskinan. Rasulullah mengatakan "Cukuplah bagi seorang Muslim itu bahwa dia punya sebuah rumah dan seorang pembantu." Jadi, rumah itu sama dengan pakaian. Hanya saja, di lingkungan kita, banyak yang mempunyai anggapan, orang disebut kaya kalau sudah punya rumah.<br />Oleh karena itu, banyak sekali yang bolong dalam tsaqafah kita tentang uang.. Kita bukan hanya salah membuat persepsi-persepsi itu, tetapi juga terkadang mempunyai kecenderungan anti uang. Kalau istilah almarhum Ust. Rahmat Abdullah, “Ikhwah itu sabar menderita tapi tidak sabar melihat orang lain lebih kaya”. Makanya mudah muncul gosip di kalangan orang yang punya sedikit kelonggaran secara finansial, apalagi kalau sebab kelonggaran finansialnya itu karena dia menjadi anggota dewan.<br />Saya mengerti persepsi-persepsi, gosip dan fitnah tentang harta di kalangan kita itu banyak disebabkan tsaqafah yang bolong tentang uang. Jadi, kita bukan hanya tidak berbakat jadi kaya tapi juga tidak senang dengan orang kaya dan cenderung anti kekayaan.<br />Kapan saatnya kita mulai mengalami benturan keuangan. Yang pertama setelah kita punya anak. Dahulu waktu saya kuliah, kita dimotivasi untuk cepat menikah, dengan satu alasan kemaksiatan sudah merajalela di sekitar kita, daripada kita berzina lebih baik kita menikah. Kalau kita berargumen lagi bahwa belum ada pekerjaan karena kita masih kuliah, jawabannya adalah: tawakkal 'alallah, innallaha Ghoniy, seluruh alasan-alasan aqidah dikerahkan untuk mendorong kita nikah.<br />Sebagian besar angkatan saya menikah di tahun pertama waktu kuliah. Saat itu saya belum menikah. Di tahun kedua lebih banyak lagi yang menikah, saya belum menikah. Di tahun ketiga lebih banyak lagi yang menikah. Saya termasuk yang telat menikah pada waktu itu. Tapi kemudian <br />kita menemukan fakta bahwa ikhwah-ikhwah yang menikah semasa kuliah itu sebagian besar angka pelajarannya jeblok karena disibukkan dakwah juga harus mencari ma'isyah. Saya menikah di tahun keempat setelah angka saya stabil karena naik satu point lagi. Dosen saya sampai mengatakan, kalau kamu ambil Master, menikah satu kali lagi. Ada ikhwah yang mengatakan kepada saya, Masya Allah, antum ini merencanakan sesuatu dengan detail. Saya bilang antum punya semangat tapi tidak punya rencana yang bagus.<br />Jadi kita semua mulai mengenal uang dan mempunyai persepsi bahwa uang itu perlu ketika anak kita menangis. Ketika saya datang ke calon mertua saat itu beliau anggota DPR dan sudah 17 tahun menjadi salah satu petinggi GOLKAR untuk melamar, dia bertanya ke saya: "Anak saya mau dikasih makan apa? Saya bilang mungkin saya tidak share di rumah bapak tapi insya Allah tidak makan batu. Kemudian dia bertanya lagi. "Pendapatan kamu berapa?" Saya jawab, saya ada beasiswa 200 ribu perbulan. "Selain itu apa iagi?" Saya bilang tidak ada. "Masih kuliah". Tapi waktu itu istri saya mengancam, kalau tidak kawin dengan saya, dia tidak mau kawin lagi. Akhirnya kita menikah juga. Jadi kita ini, ikhwah learning by accident. Belajar dari benturan.<br /> Rasanya saya sendiri sebenarnya tadinya tidak pernah tertarik mengenal uang lebih jauh. Karena 6 tahun saya di pesantren juga tidak pernah belajar uang. Lima tahun setengah kuliah di LIPIA Fakultas Syari'ah juga tidak pernah belajar uang kecuali 1 bab dalam pelajaran Fiqh yaitu kitab zakat, itupun dalam orientasi Amil Zakat, tidak ada orientasi menjadi muzakki. Saya mulai tertarik mengenal uang seteiah mengalami benturan yang di awal tadi saya ungkapkan, juga benturan ketika saya di Sekjen. Setelah jadi Sekjen itulah saya mulai menilai ada suatu masalah besar yang akan kita hadapi kalau masalah-masalah ini tidak selesai. Sejak itulah saya mempelajari hal ini.<br />Sebelumnya, meskipun saya mengajar Ekonomi Islam di UI, banyak belajar dan membaca masalah-masalah ekonomi, juga banyak membaca buku-buku bisnis dan bergaul dengan orang-orang bisnis, saya belum seberapa tertarik secara langsung dan punya perhatian secara khusus terhadap masalah uang. Ketertarikan itu mulai muncul setelah mengalami benturan betapa sulitnya kita mendanai aktifitas kita setelah kita terjun di perpolitikan ini.<br /><br />Pelajaran Tentang Uang (Pandangan Saya Terhadap Harta)<br />Saya ingin bicara 3 point supaya kita lebih terarah dalam soal uang;<br />1. Mengapa Islam menyuruh kita kaya<br />2. Mencari penjelasan tentang mengapa kita miskin<br />3. Bagaimana kita mulai merekontruksi kehidupan finansial kita. <a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=40489&op=1&view=all&subj=120418864650370&aid=-1&auser=0&oid=120418864650370&id=100001063672839">[Image]</a> 1. Mengapa Islam menyuruh kita kaya<br />Ibnu Abid Dunia menjelaskan beberapa alasan tentang mengapa kita semua diperintahkan untuk menjadi kaya dalam Islam itu.<br />Alasan pertama, karena harta itu tulang punggung kehidupan. Makanya orang kalau punya harta punggungnya tegak. Kalau tidak punya harta punggungnya rada bungkuk sedikit.. Antum lihat orang-orang Amerika kalau datang ke sini tegap-tegap semua kan, karena punya duit. Pejabat-pejabat keuangan kita kumpul di CGI tunduk-tunduk semua, karena mau pinjam duit. Allah SWT mengatakan "Janganlah kamu berikan harta-harta kamu kepada orang-orang bodoh (orang-orang yang tidak sehat akalnya) yaitu harta yang telah Allah jadikan kamu sebagai yang membuat punggung tegap." Jadi hidup kita tidak normal begitu kita tidak punya uang. Kita pasti punya banyak masalah begitu kita tidak punya uang.<br />Alasan kedua, peredaran uang itu adalah indikator keshalehan atau keburukan masyarakat. Apabila uang itu beredar lebih banyak di tangan orang-orang jahat maka itu indikasi bahwa masyarakat itu rusak. Apabila uang itu beredar di tangan orang-orang shaleh maka itu indikasi bahwa masyarakat itu sehat.<br />Masyarakat Indonesia ini rusak salah satu indikasinya karena orang-orang shalehnya sebagian besar adalah para fuqara wa masakin. Ahlul masjid di negeri ini terdiri atas fuqara dan masakin. Bahkan sebagian besar orang mungkin mengunjungi masjid bukan karena benar-benar ingin ke ma'sjid, melainkan karena tidak punya tempat untuk dipakai mengaktualisasikan diri. Bisa kita lihat orang-orang tua yang datang ke masjid biasanya orang yang kalah dalam pergulatan sosial.<br />Kalau dia tentara, biasa setelah pensiun baru dia ke masjid. Kalau dia pedagang biasanya setelah dia bangkrut baru dia ke masjid.<br />Rasulullah SAW mengatakan "Sebaik-baik uang itu adalah uang yang beredar di tangan orang-orang shaleh". Jadi, apabila kita yang ada di Indonesia tidak mengendalikan uang yang ada di sini, itu adalah tanda-tanda yang tidak bagus. Kenapa? Karena kalau uang itu berada di tangan orang shaleh maka uang itu akan mengalir di saluran-saluran yang baik. Kalau ibu-ibu di sini dibagikan Rp 1 Milyar, kira-kira uang itu akan diapakan. Buat daftar belanjanya. Bisa dilihat semuanya untuk belanja kebaikan.<br />Uang yang masuk ke tangan orang shaleh pasti mengalirnya di kebaikan juga. Jadi, antum lihat daftar belanjanya orang shaleh. Kedua, untuk rihlah, kemungkinan itu pergi umrah atau menghajikan keluarga atau naik haji sendiri.<br />Bapak-bapaknya pun kalau punya uang 1 Milyar, tidak jauh-jauh dari situ juga, menyenangkan keluarga, dan operasional pribadi untuk dakwah pribadinya juga. Semuanya di jalur kebaikan. Bila ada kenikmatan, tidak mungkin dia pergi judi. Tidak mungkin juga dia pergi ke tempat prostitusi, paling-paling dia cari jalur halal.<br />Tapi coba sebaliknya, kalau uang itu beredar di tangan orang jahat, larinya juga kepada kejahatan. Salah seorang saudara saya cerita, waktu itu ada seorang kaya sangat kaya di daerah Indonesia. Orangnya masih hidup sekarang. Dia punya private jet. Saking kayanya, dia suka main judi ke London. Pesawat private jet itu berjenis Boeing. Jadi kalau pergi dia itu membawa rombongan, biasanya dia parkir disana 1 minggu atau 2 minggu. Itu kalau parkir, kan bayar. Selama dia main judi, dia persilahkan teman-temannya yang ingin pakai pesawatnya, seperti layaknya meminjamkan mobil. Sekali main, dia biasanya bisa rugi sampai 5 juta dollar, meskipun kadang-kadang untung 8 juta dollar. Sekali waktu mereka main ke sana, sudah beberapa hari kangen dengan Nasi Padang. Dia bilang ke pilotnya tolong ke Singapore beli Nasi Padang terus balik lagi ke London. Begitulah cara mereka menggunakan uang.<br />Kalaupun orang kaya itu muslim, tidak berjudi, tapi dia tidak punya visi dakwah dan tidak hidup untuk satu misi besar dalam hidupnya, dia pasti akan menggunakan uangnya untuk kesenangan pribadi, seperti perhiasan dan seterusnya. Saya punya kawan, kalau dia pakai seluruh perhiasannya kira-kira sekitar 2 juta dollar di badannya, cincinnya 1 juta dollar. Mobilnya ½ juta dollar, jam tangannya bisa sampai 2 milyar. Adalagi temannya kira-kira punya 200-an jam tangan. Sebuah jam tangan itu harganya kira-kira 2 milyar.<br />Lebih buruk lagi, kadang-kadang orang kaya yang tidak baik memakai uangnya untuk memerangi kebaikan. Itulah yang terjadi ketika orang-orang Yahudi memegang kendali keuangan dunia. Maka dari itu, menjadi kaya itu bagi kita adalah satu keharusan, untuk mengembalikan keseimbangan sosial, kehidupan ditengahtengah kita. <a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=40490&op=1&view=all&subj=120418864650370&aid=-1&auser=0&oid=120418864650370&id=100001063672839">[Image]</a> Ketiga, terlalu banyak perintah syariah yang hanya bisa dilaksanakan dengan uang. Kita tahut 5 rukun Islam. Syahadat tidak pakai uang, sholat tidak pakai uang, puasa tidak pakai uang tapi zakat dan haji pakai uang. Kalau 200 ribu orang umat Islam Indonesia tiap tahun pergi haji. Rata-rata mengeluarkan 5000 dollar, coba antum kalikan berapa banyaknya uang yang beredar untuk melaksanakan satu ibadah. Belum lagi jihad. Jadi kita tidak bisa berjihad kecuali dengan uang. Misalnya kita di lndonesia sekarang mau pergi ke Palestina untuk pergi perang tenaga kita tidak diperlukan karena tenaga sudah cukup dengan ada yang disana. Rasul mengatakan: "Siapa yang menyiapkan seorang bertempur maka dia juga sudah dapat pahala perang". Jadi banyak sekali perintah-perintah Islam yang memerlukan uang. Waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, di antara hadits-hadits pertama yang beliau sampaikan pada waktu itu adalah Afsussalam wa ath'imu tho'am. Jadi mentraktir itu tradisi nabawiyah. Sering-seringlah mentraktir karena itu perintah Nabi, dan ini turunnya di Madinah pada saat menjelang mihwar daulah. Kira-kira di jaman kita inilah, di mihwar dakwah kita sekarang. Washilul arham dan sambung tali shilaturahim. Nanti di akhir penjelasan saya akan menyampaikan bahwa ciri-ciri orang maju itu salah satunya adalah kalau belanjanya dalam 3 hal lebih besar daripada belanja kebutuhan lauk-pauknya, salah satunya belanja komunikasi. Jadi kalau biaya pulsa kita tinggi itu indikator yang baik, itu artinya silaturahim kita jalan. Jangan missed call, suruh orang telpon balik.<br />Keempat, karena harta itu adalah hal-hal yang dibangga-banggakan oleh manusia sehingga menentukan strata sosial. Kita akan lebih berwibawa dan didengar orang kalau punya uang. Apabila tidak punya uang, biasanya kita juga biasanya jarang didengar oleh orang. Misalnya dalam keluarga. Anda bersaudara ada 7 orang. Kalau kontribusi finansial antum dalam keluarga itu tidak banyak dan bila antum satu-satunya da'i dalam keluarga, dakwah Anda juga kurang didengar oleh keluarga. Karena di samping ingin mendengarkan nasihat yang baik orang juga ingin mendapatkan uang yang banyak.<br />Hadiah-hadiah pada hari lebaran, infaq-infaq dan seterusnya dan itu biasanya melancarkan dakwah kita.<br />Saya hadir pada suatu waktu di sidang Ikatan Anggota Parlemen Negara-negara OKI. Setiap kali ada waktu bertanya yang paling pertama diberi kesempatan bertanya itu utusan dari Arab Saudi, sedangkan utusan dari negara miskin seperti Maroko atau Tunisia biasanya tidak dapat giliran, kalau bukan sendiri yang angkat tangan. Masalah harta ternyata juga berpengaruh pada hal-hal seperti itu.<br />Pada tahun 1994 saya ke Jerman. Dua tahun baru selesai kuliah, di sana saya bertemu dengan salah seorang ikhwah pengusaha yang punya beberapa supermarket di sana. Dia datang menemui saya memakai Mercy. Saya protes kepada dia dengan semangat dakwah dan jihad, Anda itu tega pakai Mercy, saudara-saudara kita di Palestina di sana masih berjuang, antum hidup di Jerman ini pakai Mercy bagaimana ceritanya. Dia bilang nanti saya jelaskan, antum ikut saya saja dulu. Saya diajak keliling supermarketnya dulu. Orang itu memang kaya. Sudah keliling dia bilang, di Jerman ini kalau kau ingin ketemu seorang direktur, begitu kamu parkir mobil nanti direktur itu suruh sekretarisnya tengok dia itu pakai mobil apa. Jika kau tidak pakai Mercy nanti sekretarisnya bilang direktur sedang tidak ada. Kalau kau pakai Mercy kau disambut baik-baik oleh mereka. Mercy ini wajib di sini.<br />Itu hal-hal yang dibangga-banggakan oleh manusia. Dan itu berkali-kali disebutkan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu sebagai Muslim saya ingin didengarkan orang, apalagi kita sebagai da'i kita perlu punya wibawa di depan orang. Sebagian dari wibawa itu juga dibentuk oleh kondisi finansial kita.<br />Ulama-ulama kita juga meriwayatkan bahwa ternyata di antara hal-hal yang disenangi oleh wanita kepada laki-laki salah satunya adalah uangnya. Perempuan itu katanya menyenangi pada laki-laki kalau dia lebih pintar daripada si perempuan, kalau dia lebih kaya daripada perempuan, lebih kuat daripada perempuan. Dan kepemimpinan itu kan diberikan kepada laki-laki salah satu sebabnya karena kewajiban memberlkan nafkah itu. Kalau kita ingin berwibawa di depan istri tolong kewajibannya ditunaikan dengan sempurna. Itu akan menaikkan wibawa kita depan Istri. Seorang istri itu tidak hanya membutuhkan seorang suami yang romantis tapi juga seorang suami yang romantis realistis. Ada seorang akhwat berkata kepada saya, saya sebenarnya tidak materialistis tapi masalahnya kita realistis karena kita tidak bisa hidup tanpa materi. Dan kalau materi kita sedikit maka hidup kita juga tidak akan nyaman. Sedikit banyak itu juga penting.<br />Kelima, harta itu salah satu sebab yang dapat membuat orang itu bisa bahagia di dunia. Jangan lagi pernah bilang "biar miskin asal bahagia." Sekarang perlu kita balik, "biar kaya asal bahagia."<br />Saya ingat guru saya waktu SD selalu mencari kamuflase, bahwa walaupun kita miskin tetap bisa bahagia. Memang bisa, tapi susah. Adalagi yang bilang "Uang tidak bisa membeli cinta". Memang tidak bisa, tapi kalau kita jatuh cinta dan punya uang itu lebih enak. Rasulullah SAW realistis sekali ketika dia mengatakan bahwa di antara yang membuat orang itu bahagia adalah: Pertama, Istri yang sholehah. Kedua, rumah yang luas, dalam hadits lain disebutkan kamar-kamarnya banyak.<br />Menurut Syeikh Qordlowy yang disebut kamar-kamar itu minimal enam kamar. Satu buah kamar untuk suami istri, sebuah kamar untuk anak laki-laki, sebuah kamar untuk anak perempuan, sebuah kamar untuk pembantu, dua buah kamar lainnya untuk kerabat suami dan istri yang datang menginap di rumah. Itu 6 kamar tidak termasuk dapur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, perpustakaan keluarga dan musholla. Kelanjutan dari hadits itu, dan kendaraan yang nyaman.<br />Kita perhatikan Rasulullah mengatakan rumah dan kendaraan. Rumah itu adalah indikator stabilitas, kendaraan itu adalah indikator mobilitas. Rasulullah mengatakan kendaraan yang nyaman bukan sekadar kendaraan. Naik angkot itu juga kendaraan tapi belum tentu nyaman, tapi kalau ada sedan yang empuk sehingga kita bisa rehat, itu lebih bagus. Pulang mengisi Liqa', kalau kendaraannya nyaman kan sedikit mengurangi kelelahan. Itu juga perlu garasi. Jika suaminya pengurus DPW, istrinya pengurus DPW, maka masing-masing perlu kendaraan juga. Kalau anaknya 7 siapa yang antar anaknya sekolah, jadi minimal perlu 3 mobil.<br />Waktu saya tidak punya mobil, saya punya motor. Anak saya sekolah di Al-Hikmah, jadi kalau pulang diantar sama keponakan saya, anak saya diikat, takut kalau tidur sewaktu-waktu bisa jatuh dari motor. Saya bilang saya dosa kalau anak saya sampai meninggal. Akhirnya saya menelepon teman saya, "Tolong sediakan mobil untuk saya." Itulah pertama kali saya punya mobil. Dosa kita, kasihan anak itu jatuh dari motor. Setengah mati kita pupuk-pupuk, kita lahirkan dengan baik, tapi mati karena kecelakaan begitu.<br />Kalau suaminya pengurus DPW dan istrinya aktif di Salimah atau di Pos Wanita Keadilan, kan perlu mobilitas juga. Masa suaminya pergi pakai mobil, sedangkan istrinya pergi rapat ke mana-mana sambil gendong anak. Dia sudah hamil 9 bulan, merawat anak, malam tidak tidur. Kita zhalim juga terhadap istri kalau kita tidak memberikan hal-hal yang membuat dia nyaman dalam kehidupan.. Untungnya waktu kita menikah dulu banyak akhwat kita yang tidak tahu hadits ini. Padahal dalam banyak pendapat di berbagai mazhab misalnya di madzhab Imam Syafi'i, apalagi Imam Malik, kewajiban wanita itu yang sebenarnya hanya melayani suami dan mendidik anak, sedangkan pekerjaan rumah tangga, mencuci dan seterusnya, itu tidak termasuk dalam kewajiban wanita.<br />Qiyadah-qiyadah akhwat mengikuti daurah tingkat nasionat beberapa waktu lalu di Jakarta. Coba bayangkan akhwat-akhwat kita sebagian besar sarjana. Waktu kuliah dia direkrut kan salah satu alasannya karena dia anashirut taqyir dan otaknya brilian. Banyak akhwat kita Indeks Prestasinya “4,1”. Begitu 10 tahun menikah, dia sudah tidak nyambung lagi dengan suaminya kalau bicara, karena dia mengalami stagnasi intelektual. Tiba-tiba dia mengerjakan semua pekerjaan pembantu rumah tangga, dia melahirkan juga, melayani suami juga, memasak juga, mencuci juga dan kadang-kadang kita terbawa oleh romantika perjuangan, rasanya heroik melihat istri mencuci, suami pulang dakwah dalam keadaan lelah, istri di rumah mencuci, mengepel lantai. Sepuluh tahun kemudian kita di elus-elus oleh istri, kita pikir sedang di pijiit, padahal hanya di elus-elus karena tangannya dipakai untuk mencuci, jadi tangannya sudah bukan tangan ratu. Sementara suami pegang pulpen, pegang kertas karena sibuk mengisi halaqah, sedangkan pekerjaan yang kasar-kasar dikerjakan oleh istri. Sudah saatnya pekerjaan-pekerjaan begitu kita delegasikan kepada mesin, jangan buang waktu di dapur, di tempat mencuci, delegasikan kepada mesin. Kita ini orang-orang pilihan dari umat kita. Berapa banyak orang yang sarjana di negeri ini, sedikit. Makanya kalau Capres syaratnya S-2 calonnya juga nanti sedikit. Saya tidak setuju kalau capres itu syaratnya S-1, tamat SD pun bisalah. Sebagian besar orang ikut. Jadi yang bisa merasakan pendidikan tinggi itu barang elit di negeri ini.<br />Jadi kalau akhwat kita yang sarjana itu setelah nikah disuruh jadi pembantu rumah tangga atas nama kesetiaan, ketaatan, cinta dan sejenisnya maka kita telah berbuat zalim terhadap SDM kita sendiri. Mungkin akhwat kita itu sabar-sabar, dia menerima keadaan. Tetapi walaupun dia menerima keadaan kita kehilangan potensi, kita kehilangan umur-umur terbaik.<br />Sebenarnya kalau dipacu untuk dakwah, untuk kepentingan lebih besar, lebih strategis, faedah yang didapatkan pun akan jauh lebih besar. Waktu kita ini tidak akan cukup mengerjakan hal-hal tersebut, maka belilah waktu orang lain. Hitunghitung kalau beli tenaga pembantu kita buka lapangan kerja, kita bukan hanya mendelegasikan pekerjaaan kita juga buka pekerjaan bagi orang lain.<br />Kira-kira itulah 5 alasan mengapa kita itu perlu kaya. Memang, walaupun kita miskin kita masih bisa bahagia, tapi itu jauh lebih susah. Bahkan terkadang kekayaan itu lebih mendekatkan orang kepada Allah SWT dibanding kemiskinan. Makanya Rasul mengatakan tentang minum susu, makan habbatussauda' , madu. Coba kalau antum, misalnya, tidur di atas kasur yang empuk dalam ruangan yang ber-AC, tidur 2 jam itu bisa sangat nyenyak. Apalagi minum susu hangat sebelum tidur. Bangun pagi minum madu campur habatussauda. Saya kira kita perlu memperbaiki dan melihat kembali pemahaman keagamaan seperti ini secara benar. Sehingga kita jangan menganggap kemewahan itu justru melelehkan orang tapi bikin orang<br />nyaman. Inilah 5 alasan mengapa kita harus kaya. Sekarang saya ingin lebih jauh menembus kembali mengapa kita miskin selama ini. <a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=40485&op=1&view=all&subj=120418864650370&aid=-1&auser=0&oid=120418864650370&id=100001063672839">[Image]</a> 2. Mencari Penjelasan Tentang Mengapa Kita Miskin<br />Sebabnya kita miskin adalah:<br />Pertama, karena kita memiliki pemahaman agama yang salah. Salah satunya 5 alasan tadi tidak beredar di kalangan kita. Sekarang coba kita tonton acara TV, nonton acara-acara ceramah subuh di televisi. Kita akan lihat sebagian besar ceramah-ceramah televisi itu menyuruh orang-orang miskin itu semakin miskin atas nama kesabaran. Bahkan ada perang terhadap materialisme, karena itu kita harus zuhud sekarang. Pemahaman tentang kezuhudan itu salah satu pemahaman yang paling banyak merusak kita. Karena kita tidak tahu bedanya orang zuhud dengan orang miskin.<br />Imam Ghazali mengatakan orang zuhud itu adalah orang yang punya dunia lalu meninggalkannya dengan sadar. Orang miskin itu adalah orang yang ditinggal dunia. Kalau ada orang miskin tidak dapat makan lalu puasa Senin-Kamis itu bukan orang zuhud. Itu orang miskin yang berusaha memaksimalisasi kondisi keterbatasannya agar tetap dapat pahala, daripada tidak makan dan tidak dapat pahala lebih bagus tidak makan dapat pahala. Orang zuhud itu orang pasca dunia<br />kalau orang miskin itu orang pra dunia. Kita lihat Rasulullah SAW itu sudah kaya raya sebelum menjadi Nabi. Kemiskinan Rasulullah yang kita baca di hadits-hadits itu adalah kemiskinan atas pilihan. Itu adalah pilihannya karena dia punya misi yang jauh lebih besar, yakni: yang begini itu dia tidak perlu lagi, sudah selesai. Bahkan Rasulullah mengatakan semua nabi-nabi itu sebagian besarnya kaya. Tidak ada lagi nabi yang diutus setelah nabi Syu'aib melainkan pasti dia berasal dari keluarga kaya dari kaumnya.<br />Rasulullah itu mengenal uang waktu umurnya 8 tahun, dia mulai kerja dan mendapatkan gaji. Pekerjaan pertamanya menggembala kambing. Umur 12 tahun dia sudah pulang pergi luar negeri ikut dalam bisnis keluarga. Umur 15 sampai 19 tahun ikut dalam perang sehingga punya pengalaman mlliter. Umur 20 tahun Rasul sudah jadi pengusaha investornya adalah Khadijah. Waktu umur 25 tahun dia nikah dengan investornya. Berapa maharnya? Seratus ekor unta. Berapa harga seekor unta sekarang? Jauh lebih mahal dari 1 ekor sapi. Kira-kira 10 juta 1 ekor unta jadi totalnya 1 Milyar, Anak muda 25 tahun panya uang cash 1 Milyar, itu maharnya tapi yang disimpan itu masih ada. Walaupun Rasulullah SAW setelah menjadi Nabi mengatakan sebaik-baik wanita adalah wanita yang cantik dan mahar yang murah, itu sebagai system tapi dalam tradisi jahiliyah itu status. Oleh karena itu, waktu pamannya yang bernama Abu Thalib menyampaikan khutbah nikahnya sebagai sambutan keluarga pada pernikahan Rasulullah SAW, beliau mengatakan sesungguhnya orang Quraisy tahu bahwa Muhammad salah seorang pemudanya yang terbaik, yang paling terhormat. Layaklah dia nikah dengan Khadijah karena maharnya tersebut. Pemuda berusia 25 tahun punya uang 1 Milyar, sedangkan kita 25 tahun baru selesai Perguruan Tinggi dan karya terbesar kita adalah menulis lamaran kerja. Ini pemahaman keagamaan yang beredar di kalangan kita yang membuat kita ini miskin.<br />Itu sebabnya di zaman penjajahan dahulu, para penjajah itu dengan sengaja menghidupkan kelompok-Kelompok sufi di tengah masyarakat. Paham sufiyah dihidupkan supaya orang-orang miskin itu tidak pernah bermimpi menjadi kaya dan merasa benar bahwa dia miskin. Maka langkah pertama menuju kekayaan adalah perbaiki dulu pemahaman keagamaan kita.<br />Saya dulu sekolah di pesantren 6 tahun, tempatnya dulu itu di hutan, bahkan tidak ada mobil lewat di sana, kalau kita ingin mendapatkan kendaraan umum kita harus jalan 3 km terlebih dahulu. Pada suatu hari ada badai datang dan menerbangkan seluruh atap gedung, masjid, dan seluruh benda yang ada di situ. Semuanya mudah diterbangkan karena bangunan yang ada adalah bangunan murah semuanya.<br />Tiap hari kita makan hanya nasi dan kecap selama 6 tahun. Setiap kali kita makan, guru saya selain bilang ini nasi akan membuat kamu besar. Cuma butuh waktu. Karena itu fisik saya kecil Karena pada masa pertumbuhan kita tidak mendapatkan gizi yang baik dengan alasan latihan sabar, perjuangan. Waktu itu saya bilang ini sekolah sengaja disimpan jauh dari kota karena kota itu neraka, disini kita hidup dengan cara yang benar.<br />Waktu saya mau ke Jakarta untuk kuliah, saya minta guru saya istikharah buat saya, satu bulan kemudian saya datang dan dia menganjurkan saya untuk kuliah di Jakarta saja di LIPIA, karena LIPIA itu selingkar syurga yang di kelilingi oleh neraka. Itulah pemahaman keagamaan yang kita warisi. Waktu saya kuliah di LIPIA juga belajar syariah namun tetap tidak ada yang mengajarkan kita pemahaman keagamaan yang benar tentang kekayaan.<br />Kedua, karena kita tumbuh dalam lingkungan pendidikan yang tidak mengajarkan kita dasar-dasar yang benar untuk menegakkan kehidupan.<br />Lihat kurikulum yang kita pelajari, tidak satupun yang kita pelajari di sekolah itu benar-benar kita pakai dalam kehidupan yang real kita. Sekarang belajar bahasa Inggris sejak kelas 4 SD sampai Perguruan Tinggi. Tahun pertama itu 10 tahun, tetapi TOEFL kita tidak bagus-bagus. Padahal bahasa itu adalah sarana komunikasi yang seharusnya itu menjadi basic; Begitu juga tentang uang, kita tidak pernah sama sekali belajar di sekolah tentang uang.<br />Saya dulu belajar hitung dagang di sekolah tapi itu pelajaran yang paling kita tidak suka. Jadi lingkungan pendidikan kita juga seperti itu. Setelah kita tarbiyah pun hal-hal seperti ini juga belum diajarkan. Mungkin karena satu hikmah ataupun yang lainnya yang tidak kita ketahui. Tetapi kalau kita membaca literatur yang ditulis oleh Imam Hasan Al-Banna, sebenarnya perhatian ke arah ekonomi itu justru malah besar dari awalnya. Bahkan munculnya gagasan ekonomi Islam itu adalah anjuran dari beliau. Salah satunya rintisan dari beliau untuk mulai memperbaiki kehidupan ekonomi ummat Islam. Oleh karena itu saya menganjurkan kepada ikhwah di kaderisasi untuk segera membuat materi tatsqif tentang uang, karena kita perlu.<br />Ketiga, karena kita ini memiliki ciri-ciri orang miskin dalam kepribadian.<br />Ciri orang miskin:<br />1. Orang miskin itu tidak pernah bermimpi jadi orang kaya. Kalau kita baca buku the millionaire mind (pemikiran millioner), di dalam buku tersebut disebutkan fakta bahwa di kalangan orang-orang miskin itu berkembang ide-ide yang membuat mereka itu miskin. Salah satunya karena memang mereka tidak punya mimpi jadi orang kaya. Waktu sekolah saya pernah ikut kursus keterampilan membuat sepatu, jadi saya bisa membuat sepatu. Karena kita mindsetnya disiapkan untuk menjadi buruh, kalau tidak bisa menjadi guru bahasa Arab akhirnya menjadi tukang sepatu. Kita lihat rintisannya. Jadi kita tidak pernah punya mimpi untuk menjadi kaya. Contohnya, kalau kita lihat orang pakai mobil Mercy, tidak pernah terpikir oleh kita kalau kita juga ingin punya mobii Mercy. Yang terpikir oleh kita adalah tega-teganya orang ini pakai Mercy.<br />Pertama kali Ketua Majelis Syuro membangun rumah, banyak sekali ikhwah yang protes. Saya bilang kenapa kalian protes. Dia tidak pinjam uang antum. Saya datang ke rumahnya, Masya Allah rumahnya bagus. Ya Allah berikanlah saya model rumah yang seperti ini. Kalau kita melihat mobil bagus, rumah bagus, hinggap sebentar di mobil itu, sapu baik-baik lalu berdoalah.<br />Ketika tinggal di rumah mertua, saya bisa tinggal di tempat yang luasnya beberapa ribu meter. Cuma saya bilang, saya tidak ingin didominasi oleh mertua, Jadi setelah menikah saya bilang saya mau keluar dari rumah ini. Kata mertua saya, "Kamu mau tinggal dimana?" Itu urusan saya, satu tahun saya sudah tinggal disini. Saya keluar. Lalu saya kontrak rumah. Rumah saya itu mirip kandang ayam, triplek-triplek saja. Ada 3 petak rumah, kalau kita bersin di sini, akan terdengar oleh semua tetangga. Lantainya sebagian itu berupa tanah dan saya pun tidak punya kasur. Saya punya kasur ketika anak ke-3 saya lahir. Istri saya kalau sudah hari Sabtu atau Minggu mengajak pulang. Saya tahu dia ingin balik ke sana. Tapi kita belajar menata hidup kita sendiri, tidak tergantung dari orang.<br />Setiap hari saya lewat di depan sebuah rumah besar halamannya luas. Kalau saya lewat rumah itu saya berjalan pelan-pelan sambil menunggu bis dari Al-Manar.. Saya melewati rumah itu yang terletak di pojok halaman yang luas dan ada banyak pohon-pohonan. Saya usap-usap itu temboknya. Alhamdulillah rumah itu menjadi rumah saya. Apabila saudara antum punya mobil antum jangan marah padanya. Jangan tanya uangnya dari mana. Jangan tanya seperti itu. Kita pegang mobilnya, usap-usap mobilnya.<br />Sekarang kalau saya mau ke DPP tiap hari lewat Menteng, lewati rumah yang bagus-bagus, di situ juga ada masjid yang besar yang bernama Sunda Kelapa. Saya suka berdoa juga di situ. Ya Allah, saya ingin tinggal di samping masjid ini, tapi bagaimana caranya atur ya Allah. Syurga saja kita pinta, apalagi hanya rumah.<br />Suatu waktu saya pernah naik private jet punya Abdul Rizal Bakrie waktu itu jauh sebelum era partai karena saya suka ceramah di rumahnya. Kita pergi naik private jet nya. Enak juga naik private jet. Saya berdo'a juga disitu. Saya juga ingin yang seperti ini karena enak.<br />Syurga saja kita pinta apalagi seperti ini.<br />Kemarin Muraqib Am ditanya oleh kader. Kadernya protes, "Ustadz Hilmi anggota dewannya sudah mulai pada borju semuanya. Di jawab oleh Ustadz Hilmi mereka tidak borju cuma menyesuaikan penampilan dengan lingkungan pergaulannya. Jadi kalau ikhwah pada kaya-kaya nanti kita juga bahagia. Saya paling senang kalau ada ikhwah yang punya private jet, perlu di dorong itu. Jadi kita tidak pelu belanja tiket lagi kalau ingin ke Riau. Tidak terikat dengan jadwal penerbangan regular. Dan saya tanya harga private jet itu, setidak-tidaknya kita sudah tahu harga private jet itu.<br />Sewaktu-waktu saya naik mobil Land Cruiser punya teman saya, mobil saya Kijang, Saya bilang mobilmu lebih enak dari mobil saya. Dia bilang kenapa. Saya bilang saya pikir mobil saya itu paling enak di muka bumi, ternyata mobil bapak lebih enak. Memang mobil kamu apa, saya bilang Kijang. Dia bilang, "Oh itu mobil masa lalu saya."<br />Karakter orang miskin itu harus kita hilangkan, itu sebabnya kita miskin. Karena tidak punya mimpi menjadi orang kaya. <a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=40448&op=1&view=all&subj=120418864650370&aid=-1&auser=0&oid=120418864650370&id=100001063672839">[Image]</a> 2. Kita ini umumnya tidak ulet. Senang difasilitasi. Dan, ada karakter yang buruk di Melayu, pada umumnya senang diberi hadiah daripada memberi hadiah. Bahagia dan bangga kalau ditraktir makan daripada kalau mentraktir makan. Kalau kita ingin menjelaskan orang Cina lebih kaya dibanding kita di negeri ini, karena dia lebih rajin bekerja.<br />Saya pernah mengisi pelatihan di Telkom, saya suruh tulis mimpi-mimpi mereka semua. Saya kasih kertas besar, mereka menulis dan menggambar. Hampir semua mereka membuat gambar yang sama. Sebuah rumah di sampingnya ada sawah-sawah, disampingnya ada masjid, kemudian ada pesawat terbang dan ada ka'bah. Saya suruh menjelaskan. Dia bilang nanti saya berharap insya Allah sudah naik haji sebelum pensiun setelah pensiun nanti saya punya rumah di desa di sampingnya ada sawah-sawah, di sampingnya lagi ada masjid. Jadi dia ibadah kerjanya.<br />Saya bilang bapak pensiun umur berapa. Dia bilang 55 tahun, Mau menghabiskan sisa umur di desa disamping masjid dan di samping sawah. Kalau bapak diberi umur 80 tahun oleh Allah SWT-berapa sisa umur bapak, 25 tahun akan bapak habiskan di samping sawah. Begitu cara kita berfikir, kita menghindari tantangan.<br />Saya pernah ceramah di direktur keuangan BULOG, dia mau pensiun dini, dia tinggalnya di Patra Kuningan dekat rumahnya Pak Habibie. Saya diminta mengisi ceramah di rumahnya tentang manajemen harta untuk para lansia. Yang hadir itu angkatan 63 UGM dari Fakultas Ekonomi semuanya. Saya bilang bapak setelah pensiun nanti mau tinggal di mana. Dia bilang mau balik ke kampung halamannya di Solo. Saya tanya Solonya di mana. Dia bilang agak ke pinggir sedikit.<br />Nah kita lihat, sudah pulang kampung ke Solo masih ke pinggir sedikit. Dia sudah punya rumah di sana, di sampingnya ada sawah-sawah, ada masjid, persis seperti gambar orang Telkom itu. Saya bilang kenapa tidak tinggal di Jakarta. Dia bilang siapa yang bisa tahan tinggal di Jakarta setelah pensiun. Biaya mahal, anak saya sedang pada kuliah semuanya saya tidak kuat nanggung.<br />Coba kita lihat waktu pendapatan kita berkurang yang kita lakukan itu adalah mereduksi dan mengurangi kegiatan kita supaya kita menyesuaikan diri dengan pendapatan, seharusnya ketika pendapatan kita berkurang, bukan kegiatan yang kita reduksi tapi yang kita lakukan adalah tetap memperbanyak kegiatan dan menambah pendapatan. Jadi saya bayangkan kalau bapak di kasih umur 80 tahun, bapak akan tinggal di kampung itu selama 25 tahun.<br />Sekarang saya coba menghayal-menghayal kira-kira jadwal hariannya seperti apa. Jam 3 insya Allah dia akan bangun qiyamul lail sampai subuh dia sudah tidak tidur, karena orang kalau sudah diatas 40 tahun kebutuhan tidurnya sebetulnya cuma 2 jam, setelah subuh mungkin dia nanti wirid, setelah itu pagi, mungkin aktivitas jalan pagi dan lainnya selesai jam 7. Setelah itu dia mandi lalu sarapan dia baca koran. Katakanlah selesai jam 9 setelah itu dia sholat dhuha. Setelah itu tanda tanya karena tidak ada kegiatan yang dia lakukan. Lalu masuk zhuhur sebelumnya dia punya waktu 3 jam, setelah itu dia makan siang setelah itu dia tidur siang, bangun ketika ashar. Ashar sampai maghrib yang dia lakukan duduk-duduk diteras minum kopi sambil memandang sawah. Sebelum maghrib dia mandi, setelah maghrib dia makan malam sampai isya mungkin dia mengaji.<br />Setelah sholat isya melihat televisi sebentar setelah itu dia tidur lagi. Kita lihat tidak ada waktunya yang produktif. Orang ini 25 tahun menunggu kematian. Kematian itu tidak perlu ditunggu nanti dia akan datang sendiri kenapa kita tunggu-tunggu dia.<br />Kita lihat cara kita merencanakan hidup. Seharusnya di usia seperti itulah kita bekerja makin giat karena jadwal kita makin dekat. Kematian kita makin dekat bukan makin berserah tetapi begitulah pikiran yang ada pada orang-orang miskin dan karakter yang ada pada orang-orang miskin. Orang-orang ini tidak ulet, menghindari tantangan, tidak ingin kerja keras. Karena itu rata-rata jadwal kerja orang miskin itu di bawah 8 jam. Sementara jadwal kerja orang kaya itu di atas 15 jam. Wajar kalau mereka jadi kaya karena jam kerja mereka juga banyak.<br />3. ???<br />4. Ketiga sebab yang pertama inilah yang menyebabkan mengapa kemiskinan struktural yang direncanakan oleh musuh Islam itu bisa berhasil karena memang kita bisa dimiskinkan.<br />Ada pemahaman agama yang salah, ada pendidikan yang salah, ada karakter orang miskin, kemudian ada usaha sistematis untuk memiskinkan kita. Jadilah kita umat yang miskin. Kita tinggal di atas semua sumber daya alam yang begitu kaya, sementara kita hidup sebagai orang miskin. Tidak ada alasan bagi kita untuk hidup sebagai orang miskin. Kita lihat di seluruh dunia sekarang ini semua sumber daya alam yang terbaik itu ada di dunia Islam. Minyak misalnya ada di dunia Islam, sekarang Cina, kita lihat disana ada 130-an juta orang Islam yang berbatasan dengannya. Di wilayah yang di kuasai oleh umat Islam itu terdapat riset minyak terbesar di Cina. Jadi semua sumber daya energi itu, ada di kalangan umat Islam.<br />Itu sebabnya salah seorang pemikir Jerman mengungkapkan alasan bahwa Islam itu menjadi musuh Barat, sebabnya karena: Pertama, umat Islam itu mempunyai aqidah dan aqidah ini tidak bisa dirusak oleh penjajahan model apapun juga. Kedua, populasinya terus bertambah sedangkan orang Barat populasinya terus berkurang. Ketiga, karena mereka memiliki semua sumber daya yang memungkinkan mereka mendirikan peradaban. Kita diberi laut di Indonesia ini tapi tidak ada yang mengelolanya, otak kita tidak dialihkan ke sana. Kita hidup di tengah kekayaan tetapi mati sebagai orang miskin. Ada usaha untuk memiskinkan kita. Kenapa usaha itu berhasil? Karena ada faktor-faktor di dalam diri kita sendiri yang membuat itu berhasil dan inilah sebabnya mengapa perimbangan kekuatan dalam kehidupan kita sekarang ini menjadi tidak imbang. Karena kita bahkan tidak mau kaya. Kita bayangkan orang seperti Bill Gate punya kekayaan lebih dari 500 Trilyun. Itu hampir sama dengan 1 tahun APBN Indonesia. Orang seperti George Soros itu bisa memiskinkan 200 juta penduduk Indonesia. Bagaimana itu bisa. Kalau kita baca George Soros itu, 'infaqnya' pekerjaan charitynya sudah lebih dari 5 Milyar Dollar. Kalau masalah ini sedikit kita kembangkan menjadi semacam wawasan politik ekonomi yang lebih luas, maka kita perlu memahami bahwa ada tiga panggung terkait dengan ini.<br />Panggung negara, panggung civil society dan panggung pasar. Dari 3 panggung ini, pasarlah yang mempunyai mekanisme bekerja paling efektif apabila dibandingkan mekanisme negara maupun mekanisme civil society. Itu sebabnya dari sekarang negara itu mengalami reduksi pada otoritas-otoritasnya disebabkan oleh tekanan pasar. Kini kita bisa dimiskinkan hanya dengan menekan tombol-tombol elektronik. Masukkan modal melalui komputer tarik lagi modalnya melalui komputer dan kita semua miskin.<br />Umat di masa yang akan datang tidak bisa mengendalikan kehidupan ini semuanya kalau hanya berkuasa di negara tetapi tidak menguasai pasar. Tidak mungkin. Sekarang ini kita akan menemukan secara individu, banyak individu yang lebih kaya daripada negara. Oleh karena itu gabungan dari beberapa individu justru dapat dengan mudah mengintervensi negara dan memiskinkan negara. Kalau kita hanya masuk ke dewan, padahal dewan itu hanyalah bagian kecil dalam panggung negara, masih ada eksekutif masih ada yudikatif.<br />Kita hanya punya sedikit di dewan itu, dan di dewan itu masih sedikit pula. Kita lihat daerah kekuasaan kita, dakwah ini ke depan hanya bisa menekan, menguasai, mengendalikan situasi kalau kita punya orang yang terdistribusi secara merata, memimpin negara, memimpin civil society, dan memimpin pasar. Baru kita akan digjaya sebagai sebuah gerakan dakwah. <a href="http://www.facebook.com/photo.php?pid=40469&op=1&view=all&subj=120418864650370&aid=-1&auser=0&oid=120418864650370&id=100001063672839">[Image]</a> 3. Bagaimana Kita Memulai Merekonstruksi Kehidupan Finansial Kita<br />Pertama, perbaiki ide kita tentang uang. Ide itu adalah wilayah kemungkinan, "space of possibility" . Semua yang menjadi mungkin dalam ide kita pasti akan menjadi mungkin dalam realita. Ide itu adalah tempat penciptaan pertama sedangkan realitas itu adalah tempat penciptaan kedua. Jadi tidak ada realitas yang terjadi dalam kehidupan kita tanpa sebelumnya tercipta pertama kali dalam ide-ide kita. Sebelum pesawat terbang itu diciptakan yang pertama kali dahulu adalah ada ide bagaimana manusia dapat terbang seperti burung. Jadi begitu sesuatu jadi mungkin dalam ide kita, ia bisa menjadi mungkin dalam kenyataan.<br />Sekarang perbaikilah ide-ide kita tentang uang. Belajarlah untuk mempunyai mimpi besar tentang uang. Belajarlah untuk membuat daftar rencana, insya Allah ketika saya meninggal nanti saya ingin mewariskan sekian banyak uang. Buatlah step ide ini luas. Karena kalau space of possiblity kita ini luas maka space of reality kita jadi luas. Kalau kita lihat mobil, belajarlah mempunyai selera yang bagus.<br />Supaya ide-ide ini tumbuh dengan baik kita perlu dari sekarang membaca sebuah buku tentang uang. Bacalah buku-buku tentang uang, Saya sangat menganjurkan beberapa buku di anlaranya The.Millionaire Mind, ada dua buku yang ditulis oleh penulis yang sama karena ini adalah risetnya. Selanjutnya The Millionaire Dead. Ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap cara berfikir orang-orang kaya yang ada di Amerika, Kemudian buku One Minute Millionaire (Bagaimana menjadi milliuner dalam 1 menit) dan ini juga punya website, kita bisa masuk ke websitenya, mereka<br />punya psikotest kalau kita ingin mengetahui apakah kita punya talenta jadi orang kaya atau tidak. Alamat websitenya www.oneminutemillionaire.com. Buku yang ketiga, adalah semua buku Robert T Kiyosaki. Yang ke-4 ini buku lama tapi termasuk buku-buku awal yang dibaca orang tentang uang yaitu buku yang ditulis oleh Napoleon Hill, Think and Grow Rich, Berfikir dan Menjadi Kaya. Buku terakhir ini adalah buku yang sangat lama karena diterbitkan pada tahun 80-an dan ditulis tahun 70-an, tapi menurut saya rasa masih sangat relevan untuk dibaca. Ini buku buku dasar semuanya bagi pemula. Dan saya rasa penting juga untuk mendapatkan landasan syar'i yang bagus tentang hal ini apabila kita baca juga buku yang ditulis oleh Syeikh Yusuf Qordlowi tentang nilai-nilai moral dalam ekonomi Islam.<br />Perbaiki dahulu ide kita tentang uang, perbaiki tsaqafah tentang uang dan mulailah mempunyai mimpi besar untuk menjadi orang kaya, supaya kita insya Allah naik derajatnya dari amil zakat menjadi muzakki. Supaya kita datang kepada orang jangan lagi bawa proposal tapi lain kali orang datang bawa pro-posal, itu yang benar. Sering-seringlah datang ke tempat-tempat mewah, jalan-jalan saja untuk memperbaiki selera.<br />Saya punya 1 halaqah yang terdiri dan anak-anak LIPIA, Mereka datangnya dari kampung, dari pesantren semuanya. Saya tahu mereka ini membawa background, di backmindnya itu ada psikologi orang kampung yang tidak pernah bermimpi menjadi orang kaya. Saya tanya kamu nanti setelah selesai dari LIPIA mau kemana? Mereka bilang Insya Allah kita mau pulang ke kampung mengajar di Ma'had, mengajar Bahasa Arab, Suatu hari saya ajak mereka, hari ini tidak ada liqa', tapi saya tunggu kalian di Hotel Mulia. Saya ada di suatu tempat dan mereka tidak melihat saya. Saya suruh mereka berdiri saja di lobby. Mereka datang pakai ransel karena mahasiswa datang pakai ransel, diperiksa lama oleh security. Karena penampilannya sebagai orang miskin dicurigai membawa bom. Saya lihat dari atas. Itu masalah strata, kalau antum datang pakai jas dan dasi tidak ada yang periksa antum di situ, karena yang datang pakai ransel tampang kumuh. Kemudian mereka bertanya di mana antum ustadz, saya bilang antum tunggu saja di situ. Saya dekat dengan mereka tapi mereka tidak melihat, saya hanya memperhatikan apa yang mereka lakukan. Kira-kira 2 jam mereka saya suruh di situ, mondar-mandir di lobby.<br />Minggu depan saya tanya apa yang antum lihat disana. Orang lalu lalang, jawab mereka. Saya tanya, pertama, apakah ada satu orang yang lalu lalang yang antum lihat yang mukanya jelek, dia bilang tidak ada. Semuanya ganteng-ganteng semuanya cantik-cantik.<br />Jadi ada korelasi antara wajah dan kekayaan, Makin kaya seseorang makin baik wajahnya. Kedua, ada tidak yang memakai pakaian yang tidak rapi kecuali antum. Dia bilang tidak ada, semuanya rapi. Jadi dengan latihan seperti ini pikirannya sedikit mulai terbuka. Karena ia membawa bibit dalam pikirannya untuk menjadi orang miskin. Sekarang alhamdulillah mereka bertiga sekarang ini sedang kuliah di UI ambil S2 Ekonomi Islam.<br />Jadi kita perbaiki insting kita. Pertama kali kita perbaiki tsaqafah kita. Jadi hadirkan buku-buku itu ke dalam rumah dan mulai dari sekarang anak-anak kita juga mulai diajari tentang uang. Ikutilah kursus-kursus tentang enterpreneurship supaya kita dapat memperbaiki dulu citra kita tentang uang.<br />Kedua, menyiapkan diri untuk menjadi kaya. Orang-orang kaya yang bijak itu mempunyai nasehat yang bagus, mereka mengatakan "sebelum Anda menjadi kaya latihanlah terlebih dahulu menjadi kaya".<br />Hiduplah dengan hidup gaya orang kaya. Orang kaya itu optimis. Bagi orang kaya biasanya tidak ada yang susah. Bagi mereka semuanya mungkin, karena itu mereka selalu optimis. Jadi yang harus dihilangkan dari kita itu adalah pesimis. Saya punya seorang teman sekarang menjadi kaya, dia datang ke Jakarta hanya sebagai pelatih karate dan tidak ada duitnya, tapi supaya tidak ketahuan oleh istrinya bahwa dia tidak punya pekerjaan, setiap habis sholat subuh dia pergi lari olahraga, setelah itu dia memakai pakaian rapi lalu keluar rumah. Dia juga tidak tahu mau kemana yang penting ke luar rumah. Istrinya tidak tahu kalau dia tidak punya pekerjaan. Nanti di jalan baru ditentukan siapa yang dia temui hari ini.<br />Langkah pertama perbaiki dahulu sirkulasi darah kita, olahraga dulu, supaya wajah segar makan yang banyak. Banyaklah makan yang enak, daging. Sering-sering makan yang enak. Menurut Utsman bin Affan makanan paling enak itu adalah kambing muda. Setiap hari mereka makan kambing muda. Makan yang enak, olah raga yang bagus supaya wajah kita berseri. Syeikh Muhammad Al-Ghozali dalam kitab Jaddid Hayataka mengatakan kenapa orang-orang Barat itu pipinya merah, karena sirkulasi darahnya bagus, gizinya bagus. Sedangkan kita orang-orang timur kalau ketemu itu auranya pesimis, tidak ada harapan. Biasakanlah kalau orang ketemu kita ada harapan yang terlihat, makanya kalau pilih warna baju pilihlah yang cerah-cerah, Ibnu Taimiyah mengatakan ada hubungan antara madzhab dan batin kita, pakaian apa yang kita pakai itu mempengaruhi kondisi kejiwaan kita. Jangan pakai pakaian orang tua. Ada anak umur 25 tahun pakaiannya pakaian orang tua, bagaimana nanti kalau umurnya 50 tahun pakaiannya seperti apa. Tampillah sebagai anak muda. Cukur rambut yang bagus, cukur kumis yang rapi janggut dirapikan. Rapi, supaya kita kelihatan ada optimisme. Belajarlah sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita kuat, perlu sedikit latihan menatap. Misalnya di pagi hari atau sore hari menjelang matahari terbenam, antum tatap matahari dan tidak berkedip matanya. Kalau bisa antum bertahan 1 menit itu bagus, Latihan saja sendiri. Di dalam kamar ambil lilin, matikan lampu, antum tatap itu lilin dan matanya tidak berkedip dan tidak berair. Nanti kaiau sudah terbiasa pandangan matanya kuat.<br />Jadi kalau olahraga teratur, sirkulasi udara bagus, pikiran jadi segar, tsaqafah kita bertambah mulai memakai pakaian yang cerah-cerah. Makanya Rasulullah itu senangnya memakai baju putih. Jangan pakai yang gelap-gelap atau warna yang tidak menunjukan semangat hidup. Jangan juga berpenampilan seperti orang tua.<br />Sekadar untuk menunjukkan kita ini kelompok orang-orang shaleh kita pakai baju taqwa, itu pakaian orang Cina, pakailah baju yang segar agar dapat menunjukkan bahwa kita ada semangat. Walaupun Anda sudah berumur pun tetap pakai pakaian yang muda, jangan berpenampilan tua, Artinya kita harus merendahkan diri, sebab uban tanpa diundang dia akan datang. Tadi tidak perlu menua-nuakan diri dengan sekadar tampil kelihatan dewasa, tua, bijak. Tampillah sebagai anak muda yang gesit dan optimis.<br />Ketiga, bergaullah dengan orang-orang kaya, perbanyak teman-teman dari kalangan tersebut. Ini tidak bertentangan dengan hadits yang mengatakan dalam bab rezeki lihatlah kepada yang dibawah dan jangan lihat kepada yang di atas. Antum tidak sedang tamak ke hartanya, tetapi antum sedang belajar kepada mereka. Dahulu saya suka ceramah di kalangan orang-orang kaya.<br />Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang saat itu sedang berduit-duitnya, saya duduk dalam 1 karpet, ketika krismon pada waktu itu, sekretarisnya bilang pada waktu itu, tahu tidak berapa harga karpet ini. Saya bilang tidak tahu, saya pikir sejadah biasa. Dia bilang karpet ini harganya 100 ribu dollar. Karpet kecil harganya 1,6 M. Waktu saya selesai ceramah dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang sama sekretarisnya. Ini amplop kembalikan kepada dia. Bilang sama beliau saya cuma ingin berkawan dengan dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia sama dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap ustadz dan dia tidak dengar kata-kata saya. Saya<br />mau bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya amplop lain kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke kelompok yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak, saya tidak terima ini saya ingin bergaul dengan bapak, saya ingin jadi teman.<br />Alhamdulillah dari situ saya banyak teman dari kelompok orang-orang kaya, dan kalau datang kita belajar, saya bertanya sama mereka kenapa begini, bagaimana caranya, bertanya kita belajar. Memang di jurusan saya dia belajar dari saya kalau ada yang perlu didoakan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak punya ilmu bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar dari orang yang ahli. Jadi dalam bab itu saya murid, dalam bab saya dia murid. Jangan karena kita sering ceramah, terus semua orang kita anggap murid dalam segala aspek.<br />Saya bergaul dengan orang-orang kaya dan saya belajar dengan mereka. Saya belajar bagaimana caranya bikin duit, bagaimana caranya bikin perusahaan samasama dan saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil ilmunya. Jangan minder bergaul dengan orang kaya seperti itu. Awal lahirnya reformasi, setelah kalah dalam pemilu 1999, kita Poros Tengah kumpul di rumahnya Fuad Bawazir. Semua orang diam, ada Amin Rais dan Yusril. Karena kita semuanya kalah, tadinya sombong semua. Sebelum Pemilu 199 Pak Amin Rais mengatakan, "Nanti Golkar kita lipat-lipat, kita tekuk-tekuk, kita kuburkan di masa lalu." Tidak tahunya Golkar masih di nomor 2. Partainya Pak Amin rendah perolehan suaranya. Suara umat Islam rendah, Jadi berkumpulah orang-orang kalah ini selama 2 hari. Waktu itu Pak Amin sedang dikejar-kejar terus oleh Dubes Amerika untuk membuat pernyataan bahwa pemenang pemilu legislatif yang paling layak jadi Presiden, tapi Pak Amin menghindar. Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad Bawazier, saya bilang Pak Fuad, saya ini bukang orang politik, saya ini ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini kalau kita sedang kalah seperti ini jalan keluarnya adalah i'tikaf. Kita belajar banyak istighfar, tilawah dan seterusnya. Jauhi dulu wartawan, mungkin dosa-dosa kita banyak sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga ya. Cuma kalau kita i'tikaf di Indonesia tetap saja diketahui wartawan. Kalau begitu kita umrah, dari PKS ikut ya umrah. 4 orang dari PAN, 3 orang dari PKS. 4 orang ini naik bisnis first class, sedang dari PKS dikasih ekonomi. Yang beli tiket dia soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kami cuma dihargai begini, terima apa adanya dahulu. Tapi waktu itu kami dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak Fuad berapa harga tiket first class. Dia bilang pokoknya 2 kali lipat dari harga ekonomi. Jadi kalau tiket ekonomi pada waktu itu 1000 dollar harga first class itu sekitar 2000 dollar. Kenapa kita tidak sama-sama di kelas ekonomi saja, dan selisihnya kita infaqkan untuk orang miskin. Ini kan masyarakat kita lagi susah. Dia ketawa dia bilang, “Ya akhi, nanti ini ana infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana tolong dong di first class tidak mungkin ana turun di kelas bawah.”<br />Kita tidak tahu apa nilai yang berkembang pada orang kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka. Mereka menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita itu angka kecil bagi mereka. Uang 1 milyar 2 milyar itu uang jajan. Kalau kita, belum tentu punya tabungan sampai mati sejumlah itu. Itu masalah cita rasa. Cita rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita pelajari, yang dianggap besar oleh mereka itu adalah ini. Dengan begitu kita menjiplak sedikit emosinya. Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan seseorang itu, kalau bukan api dia parfum,<br />Kalau dia parfum dia menyebarkan wangi, kalau dia api menyebarkan panas, Orang jahat itu api, kalau anturn dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu parfum, kalau antum dekat-dekat setidak-tidaknya bau badan kita tertutupi oleh parfum tersebut. Jadi ikut-ikut karena kita ingin perbaiki selera. Jadi antum kalau punya waktu-waktu kosong jalang-jalanlah ke mall, lihat-lihat orang kaya tidak usah belanja, liha-lihat saja dulu, memperbaiki selera. Datang ke showroom mobil, datang ke pameran mobil, lihat-lihat pegang-pegang. Rajinlah berdo'a. Bergaullah dengan orang kaya.<br />Selain itu (keempat), rajinlah berinfaq walaupun kita miskin. Gunanya apa? Supaya antum tetap mengganggap uang itu kecil dan supaya tidak ada angka besar dalam fikiran kita. Misalnya kita punya tabungan 10 juta, infaqkan. Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar dari ini. Jadi angka itu terus bertambah di kepala kita, walaupun dalam kenyataannya belum. Tetapi dengan berinfaq seperti itu, kita memperbaiki cita rasa kita tentang angka. Bukan sekadar dapat pahala tetapi efek tarbawinya bagi kita akan bertambah terus. Kita belum pernah merasakan bagaimana menginfaqkan mobil, sekali waktu kita berusaha untuk menginfaqkan mobil. Begitu antum punya uang sedikit terus berinfaq, terus seperti itu kita latih sambil menjaga jarak. Kita membuat sirkulasi jadi bagus.<br />Kelima adalah mulailah melakukan bisnis real. Terjun ke dalam bisnis secara langsung. Karena Rasulullah SAW mengatakan 9 per 10 rezeki itu ada dalam perdagangan. Saya juga ingin menasehati ikhwah-ikhwah yang sudah jadi anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata pencaharian dari gaji DPR dan DPRD. Itu bahaya. Sebab belum tentu nanti masih menginginkan/ dipilih untuk periode selanjutnya. Belum tentu juga jama'ah menunjuk kita lagi sebagai anggota dewan, padahal gaya hidup sudah berubah. Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya anggota dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap kali kita mendapatkan pendapatan dari gaji karena pekerjaan seperti ini, kita-harus hati-hati itu bahaya. Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari bisnis. Oleh karena itu, mulai sekarang itu belajarlah terjun ke dunia bisnis.<br />Jatuh bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus saja belajar. Tidak ada juga orang langsung jadi kaya, perlu terus berbisnis. Begitu juga dengan para ustadz, teruslah bisnis. Lakukan bisnis sendiri. Sesibuk-sibuknya kita, kita perlu mempunyai bisnis sendiri sekecil-kecilnya. Tidak boleh tidak. Itulah sumber rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya adalah dagang..<br />Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19 pintu datangnya dari pedagang dan hanya 1 pintu untuk yang bekerja dengan keterampilan tangannya, yaitu para professional. Misalnya akuntan itu kan professional, pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu makanya uangnya terbatas. DPR juga begitu sumbernya satu, yakni gaji bulanan, itu hanya 5 tahun. Itu pun kalau tidak di PAW-kan sebelumnya. Jadi kalau saya ketemu dengan ikhwah dari dewan, hari-hati jangan sampai mengandalkan mata pencaharian dari situ. Selain itu potongan dari DPP, DPW, DPD juga besar. Untuk ma'isyah sendiri kita harus cari di sumber lain.<br />Waktu kita terjun ke bisnis, gagal bias terjadi. Gagal pertama, gagal kedua, gagal ketiga, gagal keempat tapi teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya partner bisnis. Dia mulai bisnis umur 16 tahun, semua jenis pekerjaan sudah dia lakukan. Pada suatu waktu dia mempunyai 38 perusahaan tapi dari 38 perusahaan ini hanya 6 yang menghasilkan uang, Kita lihat berapa ruginya. Jadi seringkali kita salah pandang terhadap orang kaya. Kita pikir tangannya tangan dingin semua yang<br />disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga. Jadi hal-hal seperti itu harus kita hadapi secara wajar jangan shock kalau rugi.<br />Jangan berfikir dengan berdagang kita akan cepat jadi kaya, yang menentukan cepat berhasil dalam dagang itu adalah secepat apa tidak belajarnya. Cara belajar itu ada dua: baca buku atau sekolah atau bergaul dengan orang-orang sukses, nanti kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang sukses, masih gagal juga. Teruslah berdagang, teruslah-bergaul, teruslah seperti itu karena setiap orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan momentum lompatannya.<br /><br />SEGERA TERBIT!<br />Buku "Menjadi Kaya karena Cukup" (MKC) part of Trilogi Islamic Financial Planning<br />artikel ini di dapat dari seorang teman .....terima kasih buat motifasinya</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-59899508929265414392010-09-26T22:19:00.001-07:002010-10-11T05:46:23.082-07:00Renungan Masa Depan<div style="text-align: justify;">Taukah kalian akan makna kematian ?<br />Ya, kematian merupakan hal yang biasa kita jumpai tetapi kematianjuga masih merupakan momok bagi kita jika seandainya kematian itu terjadi pada diri kita. Sadarlah, kematian akan datang pada kita karena perlahan setiap detik, menit, jam, hari yang kita punya di dunia berkurang. Dunia tidak dapat menampung kita selamanya karena duniapun tidak akan abadi.<br /><br />Lalu setelah mati?<br />Kematian bukan sebuah akhir perjalanan. Memang, sebuah akhir perjalanan di dunia tetapi juga sebuah awal perjalanan menuju “masa depan” yang kekal. Perjalanan yang sangat berat yang harus kita tempuh sendiri tanpa ditemani keluarga, teman-teman. Mempertanggungjawabkan dan menerima konsekwensi atas semua yang telah dilakukan di dunia.<br /><br />Sekilas, tulisan di atas mungkin sama saja dengan yang lainnya. Tapi, lihatlah “masa depan” itu. Sekarang kita bisa menghabiskan waktu sesuka kita. Tapi,ketika semua kegiatan kita hanyalah hura-hura, semuanya tidaklah berarti jika kita merenungi akan masa depan kita. Tidak akan berdampak pada masa depan.<br /><br />Sahabat, bukan maksud saya untuk membuat kalian takut, menyalahkan takdir atau bahkan Tuhan atas hal yang akan menimpa kita tapi saya hanya ingin kita semua sadar akan hal ini. Menyesali keadaaan malah akan memperburuk kita. Saya tidak akan menyuruh kalian untuk segera bertobat karena tujuan saya menulis seperti ini tidaklah untuk itu. Kalian sendirilah yang tau pilihan mana yang akan kalian pilih nantinya. Jalanai saja apa yang ada dan ingat selalu akan “masa depan” itu.<br /><br />Artikel Kiriman<br /><br />Sahabat Esti Gumansuci<br /><br />esti_gumansuci@ymail.com</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-5687326556596518132010-09-26T21:40:00.000-07:002010-10-11T05:47:57.284-07:00Bawaan Lahir atau Bisa Dipelajari?<div style="text-align: justify;">Pertanyaan-pertanyaan berikut cukup menarik dan banyak menjadi bahan pemikiran para ahli. Apakah seseorang memang dilahirkan sebagai penjahat?. Sungguh adakah orang yang dilahirkan sebagai pemimpin?. Bila anda terlahir pemalu, bukankah itu berarti anda menjadi pemalu selamanya? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu juga berkembang di berbagai bidang psikologi, seperti misal, apakah intelegensi sudah ada sejak lahir – sebagai sifat bawaan si anak – atau dapat berkembang melalui pola pengasuhan yang tepat. Silang pendapat ini dikenal sebagai perdebatan “bawaan – perkembangan (nature – nurture)”. Semua jawaban yang pernah diberikan tidak sepenuhnya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun demikian, dalam kaitannya dengan bersikap positif ini kita mengetengahkan empat asumsi yang merupakan tema pembicaraan.<br /><br />- Sikap Positif bukan bawaan lahir;<br />– Sikap Positif bisa dipelajari;<br />– Sikap Positif adalah pilihan;<br />– Kita bisa mempraktekkan sikap positif, bisa juga tidak – itu pilihan anda.<br /><br />Keempat asumsi ini penting bagi pembahasan kita, karena jika anda tidak sependapat bahwa sikap positif merupakan sesuatu yang adapat anda pilih, maka kecil kemungkinan bagi anda untuk berubah.<br /><br />Bila anda masih ragu-ragu, cobalah mengerjakan latihan berikut ini:<br /><br /> 1. Renungkan sejumlah aspek kehidupan anda. Berilah jawaban, apakah sikap anda sekarang ini memang karena anda terlahir demikian; atau semata-mata merupakan hasil pelajaran atau<br /> 2. Pengaruh yang anda terima<br /> 3. Atau merupakan campuran antara sikap bawaan lahir dan perkembangan kehidupan anda ?<br /><br /> * Cara anda mengambil keputusan [1] [2] [3]<br /> * Sikap anda terhadap uang [1] [2] [3]<br /> * Sikap anda terhadap ras [1] [2] [3]<br /> * Pendapat anda mengenai masalah lingkungan [1] [2] [3]<br /> * Rasa humor anda [1] [2] [3]<br /> * Selera musik anda [1] [2] [3]<br /> * Semangat dan energi anda [1] [2] [3]<br /> * Surat kabar yang anda baca [1] [2] [3]<br /><br />Pada dasarnya, cara anda berpikir, selera dan sikap politik anda adalah hasil belajar dan akan terus berkembang selama hidup. Sedangkan rasa humor, semangat dan energi anda – yang merupakan sedikit campuran antara bawaan lahir dan pilihan – merupakan pengecualian.<br /><br />Mungkin anda berpendapat bahwa semua ini agak ekstrim. Bila anda yakin bahwa sikap positif atau negatif adalah bawaan sejak lahir, dan kebetulan anda sendiri atau karyawan anda mempunyai sikap negatif, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat dilakukan untuk mengubahnya. Sebenarnya tidaklah demikian.<br />Memang faktor genetis juga berperan. Sebagian besar orang bisa menyanyi, namun sedikit sekali yang mampu melantunkan lagu sekaliber Ruth Sahanaya. Banyak orang bisa menggambar, namun hanya segelintir orang yang mampu menggambar sebagus Basuki Abdullah. Semua orang bisa berlari, namun hanya sedikit sekali yang bisa menjadi pelari kelas dunia.<br /><br />Sekali pun demikian, melalui praktek dan latihan kita akan mampu menyanyi lebih baik, menggambar lebih baik atau berlari lebih cepat. Jadi dengan bersikap positif, anda akan dapat menjadi semakin baik dalam hal-hal yang anda geluti. Sebagai langkah awal, anda perlu bersikap positif pada kemungkinan terjadinya perubahan.<br /><br />Sikap positif dalam manajemen merupakan suatu sifat yang dapat meningkatkan setiap atau semua bentuk kecakapan manajemen. Namun demikian, sikap positif tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu sikap positif berkaitan timbal balik dengan berbagai bentuk kecakapan manajemen.<br /><br />Mari kita tutup sesi ini dengan mengandaikan anda sebagai manajer personalia yang sedang menghadapi pemogokan karyawan. Bagaimana kecakapan anda dalam menangani masalah tersebut dikaitkan dengan ciri-ciri bersikap positif yang pernah kita bahas di sesi 2? Berilah skor pada setiap ciri mulai dari<br />negatif hingga positif:<br /><br />1 2 3 4 5 6 7 8 9 10<br /><br />1. Sangat tidak netral———————————-Netral<br /><br />2. Tidak mampu menguasai———–Mampu menguasai<br /><br />3. Tidak berpikir kreatif——————-Berpikir Kreatif<br /><br />4. Pesimis———————————————Optimis<br /><br />5. Tidak efektif berkomunikasi—Efektif Berkomunikasi<br /><br />Tentu saja kita tidak bisa memberi angka yang pasti untuk mengukur tingkat sikap positif anda. Namun, pada taraf tertentu anda harus menilai seberapa positif sikap anda pada saat ini, dan apakah ada hal yang harus diubah agar anda dapat mengingkatkan sikap positif anda. Boleh jadi anda berpikir ada indikasi yang menjadi ciri-ciri lain bersikap positif dan itu sah-sah saja. Yang penting di sini, semakin tinggi nilai yang anda berikan pada latihan di atas atau ciri-ciri lain yang anda tambahkan, maka semakin besar kemungkinannya anda dapat bersikap positif dalam manajemen anda.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-5890951260698936332010-09-26T21:37:00.000-07:002010-10-11T05:48:40.643-07:00Si Pandai dan Sang Sahabat<div style="text-align: justify;">si PANDAi dengan langkah tegap menyusuri jalan setapak, menuju sebatang pohon besar yg rindang….. disana tampak sosok pribadi yg dikenalnya, dan si PANDAi pun menghampiri pribadi itu.<br /><br />Si Pandai: maaf kisanak, sepertinya aku mengenalmu, apa kita pernah bertemu ?<br /><br />Sang Sahabat: saudaraku, aku sahabat masa keciLmu, sahabat di desa tempat kelahiran kita.<br /><br />Si Pandai: ah, sekampung kita rupa nya… bagaimana keadaan kampung kita ?<br /><br />Sang Sahabat: saudaraku, aku meninggalkan kampung halaman bersamaan dgn ketika kamu berangkat ke kota ini.<br /><br />Si Pandai: oh begitu, apa saja yg sudah kau dapatkan di kota ini?<br /><br />Sang Sahabat: kamu sendiri bagaimana ?<br /><br />Si Pandai: ya, kota ini telah memberikan segala keLimpahan kemewahan yg menyenangkan kepadaku…<br /><br />Sang Sahabat: oh begitu, bagaimana cara nya ?<br /><br />Si Pandai: ah, kemana saja kamu ini, di kota ini apa sih yg tidak mungkin kudapatkan ? asal aku mau menyenangkan mereka, dengan sedikit saja basa basi dunia… mereka pun akan memberikan lebih kepada ku.<br /><br />Sang Sahabat: apapun cara nya ?<br /><br />Si Pandai: ah, jangan sok alim lah… aku pun tidak memakannya sendirian, yg kulakukan ini mata rantai yg tidak merugikan siapa pun… mereka senang, aku senang, buktinya mereka pun selalu menyanjung ku…<br /><br />Sang Sahabat: apa kau yakin, tidak ada yg dirugikan ?<br /><br />Si Pandai: yaaah… kaLopun ada tapi sedikit lah…itu pun mereka yg mau, lagipula aku sudah berikan banyak hartaku utk mereka…<br /><br />Sang Sahabat: apa kamu lupa dengan batas waktu mu ?<br /><br />Si Pandai: ah, itu soal nanti lah…gak perlu dipusingkan, mereka selalu mendo’akan ku… dan aku pun selalu siap utk bertobat jika batas waktuku akan habis…<br /><br />Sang Sahabat: bgmn kau tahu waktu mu akan seLesai ?<br /><br />Si Pandai: yah…biasanya setelah kita terbaring sakit. Nah kisanak, kamu sendiri bagaimana ?<br /><br />Sang Sahabat: saudaraku, sebelum hari ini aku selalu ada bersama mu… tapi kamu tak meLihat ku dan tak pernah mau mendengarkan aku. Hari ini, aku harus tertahan di pohon besar ini, menunggu cerita yg harus aku seLesaikan…bersamamu !!!<br /><br />Si Pandai: oh ?! maksud mu ???<br /><br />Sang Sahabat: saudaraku, lihat dibelakang-mu….. batu nisan mewah itu….. bertuLiskan namamu…..!<br /><br />—-<br />Sahabat, seringkali kita terlena dengan kehidupan yang bergulir ini. Detik demi detik hingga masa demi masa kita lewati, tanpa sadar ada banyak terminal-terminal dalam kehidupan ini yang kita lalui. Sejenak mari kita renungkan apa arti kehidupan kita di dunia ini. Sekedar mencari nafkahkah? atau kebahagian bersama orang-orang yang kita cintai.<br /><br />Sahabat, mumpung masih ada waktu. Mari kita berbagi dengan mereka orang-orang yang kita cintai, dan orang-orang yang mencintai kita. Lakukanlah apa yang ingin anda lakukan supaya penyesalan tiada menghampiri kita sebelum datang waktu yang menjadi rahasia kehiduapn kita.<br /><br />Saya yakin, kalau setelah mati kita akan memperoleh balasan akan apa yang kita perbuat. oleh karena itu, persiapkanlah sejak kini. Carilah bekal dan berikan kebahagiaan kepada orang-orang disekitar kita.<br /><br />Cerita kiriman dari saudara tegoeh kusuma <tegoehkusuma@**.*******></tegoehkusuma@**.*******><br /><tegoehkusuma@**.*******>Sahabat tegoeh kusuma, Terima kasih atas kiriman ceritanya.</tegoehkusuma@**.*******><br /><tegoehkusuma@**.*******>Artikel selanjutnya kami tunggu</tegoehkusuma@**.*******><br /><tegoehkusuma@**.*******>Salam dari kami untuk Anda, semoga cinta tuhan menyertai kehidupan Anda.. Amin..</tegoehkusuma@**.*******></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-12362055574832213572010-09-26T21:15:00.000-07:002010-10-11T05:48:54.457-07:00Perbuatan Baik Tidak Pernah Sia-Sia<div style="text-align: justify;">Al kisah ada seorang dermawan yg berkeinginan untuk berbuat kebaikan.<br />Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya.<br />Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat beringas. Mendengar kbr ini si dermawan hanya mengatakan” Ya Tuhan aku telah memberikan uang ke pada seorang penjahat”<br />Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Ia dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orng tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kpd seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata “Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada koruptor”.<br />Si dermawan ini tidak berputus asa, ketika dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka esok harinya pun tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata. ” Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya”.<br />Sekilas kita bisa menyimpulkan bahwa si dermawan ini adalah seorang yang “Ceroboh” Asal saja dia memberikan uang yang dimilikinya kepada orang yang tidak dikenalnya, padahal jika dia lebih teliti maka niat baik nya itu bisa lebih berguna tersalurkan kepada orang yang memang membutuhkan.<br />Tapi ternyata suatu niat yg baik pasti akan berakhir dengan baik, pun begitu pula dengan “kecerobohan” si dermawan.<br /><br />Uang yg diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik, orang yg peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha. Sementara sang koroptor, uang cuma-cuma yg diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah. Sementara itu pemberian yg diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yg kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu harus lah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang dengan kesederhananya ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain.<br />Sahabat, tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap sutau kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, tapi berapa banyak yang bisa kita berikan.<br /><br />Rangga Prayuda<br /><rangga_prayuda@yahoo.co.id></rangga_prayuda@yahoo.co.id></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-5578227907363648862010-09-26T20:52:00.001-07:002010-10-11T05:49:11.493-07:00Setiap kemenangan Butuh Kesabaran<div style="text-align: justify;">Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran......ayah,ayah kata sang anak.............<br />“Ada apa?” tanya sang ayah…..<br /><br />“aku capek, sangat capek.....aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek.......<br /><br />aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja!..aku capel, sangat capek......<br />aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus!..............<br /><br />aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati..........<br /><br />aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku.......<br /><br />aku capek ayah, aku capek menahan diri.....aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ....” sang anak mulai menangis.<br /><br />Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.<br /><br />Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…<br /><br />“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.<br />“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.<br />” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”<br />” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”<br />” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”<br />” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”<br />” Nah, akhirnya kau mengerti”<br />” Mengerti apa? aku tidak mengerti”<br />” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”<br />” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”<br />” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”<br />” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”<br />Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.</div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-19125106775878692472008-12-11T02:20:00.000-08:002008-12-11T02:21:47.735-08:00Perkembangan Moral<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyTextIndent, li.MsoBodyTextIndent, div.MsoBodyTextIndent {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 22.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Kohlberg pada tahun 1958, sekaligus menjadi disertasi doktornya dengan judul <i>The Developmental of Model of Moral Think and Choice in the Years 10 to 16,</i> seperti tertuang dalam buku Tahap-tahap Perkembangan Moral (1995), tahap-tahap perkembangan moral dapat dibagi sebagai berikut:</span><span lang="IN"> </span></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1. Tingkat Pra Konvensional</span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pada tingkat ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya dan terhadap ungkapan-ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Akan tetapi hal ini semata ditafsirkan dari segi sebab akibat fisik atau kenikmatan perbuatan (hukuman, keuntungan, pertukaran dan kebaikan). Tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua tahap:</span> </p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tahap 1 : <i>Orientasi hukuman dan kepatuhan</i></span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Akibat-akibat fisik suatu perbuatan menentukan baik buruknya, tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari akibat tersebut. Anak hanya semata-mata menghindarkan hukuman dan tunduk kepada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Jika ia berbuat “baik’, hal itu karena anak menilai tindakannya sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tahap 2 : <i>Orientasi Relativis-instrumental</i></span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata, tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini merupakan tercermin dalam bentuk: “jika engkau menggaruk punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu”. Jadi perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau pun keadilan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">2. Tingkat Konvensional</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya. Tingkatan ini memiliki dua tahap :</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tahap 3 : <i>Orientasi kesepakatan antara pribadi atau orientasi “anak manis”</i></span></b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Perilaku yang baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang disetujui oleh mereka. Pada tahap ini terdapat banyak konformitas terhadap gambaran stereotip mengenai apa itu perilaku mayoritas atau “alamiah”. Perilaku sering dinilai menurut niatnya, ungkapan “dia bermaksud baik” untuk pertama kalinya menjadi penting. Orang mendapatkan persetujuan dengan menjadi “baik”. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tahap 4 : <i>Orientasi hukuman dan ketertiban </i></span></b></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata tertib/norma-norma sosial. Perilaku yang baik adalah semata-mata melakukan kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan menjaga tata tertib sosial yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri. </span></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">3. Tingkat Pasca-Konvensional (Otonom / Berlandaskan Prinsip) </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut. Ada dua tahap pada tingkat ini: </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tahap 5 : <i>Orientasi kontrak sosial Legalitas</i></span></b><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></i></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pada umumnya tahap ini amat bernada semangat utilitarian. Perbuatan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual umum yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh masyarakat. Terdapat kesadaran yang jelas mengenai relativitas nilai dan pendapat pribadi sesuai dengannya. Terlepas dari apa yang telah disepakati secara konstitusional dan demokratis, hak adalah soal “nilai” dan “pendapat” pribadi. Hasilnya adalah penekanan pada sudut pandangan legal, tetapi dengan penekanan pada kemungkinan untuk mengubah hukum berdasarkan pertimbangan rasional mengenai manfaat sosial (jadi bukan membekukan hukum itu sesuai dengan tata tertib gaya seperti yang terjadi pada tahap 4). Di luar bidang hukum yang disepakati, maka berlaku persetujuan bebas atau pun kontrak. Inilah “ moralitas resmi” dari pemerintah dan perundang-undangan yang berlaku di setiap negara. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tahap 6 : <i>Orientasi Prinsip Etika Universal</i></span></b><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></i></p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hak ditentukan oleh keputusan suara batin, sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dan yang mengacu pada komprehensivitas logis, universalitas, konsistensi logis. Prinsip-prinsip ini bersifat abstrak dan etis (kaidah emas imperatif kategoris) dan mereka tidak merupakan peraturan moral konkret seperti kesepuluh Perintah Allah. Pada hakikat inilah prinsip-prinsip universal keadilan, resiprositas dan persamaan hak asasi manusia serta rasa hormat terhadap manusia sebagai pribadi individual.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berdasarkan penelitian empirisnya tersebut, secara kreatif Kohlberg menggabungkan berbagai gagasan dari Dewey dan Piaget, bahkan berhasil melampaui gagasan-gegasan mereka. Dengan kata lain ia berhasil mengkoreksi gagasan Piaget mengenai tahap perkembangan moral yang dianggap terlalu sederhana.Kohlberg secara tentatif menguraikan sendiri tahap-tahap 4, 5 dan 6 yang ditambahkan pada tiga tahap awal yang telah dikembangkan oleh Piaget. Dewey pernah membagi proses perkembangan moral atas tiga tahap : tahap pramoral, tahap konvensional dan tahap otonom. Selanjutnya Piaget berhasil melukiskan dan menggolongkan seluruh pemikiran moral anak seperti kerangka pemikiran Dewey, : (1) pada tahap pramoral anak belum menyadari keterikatannya pada aturan; (1) tahap konvensional dicirikan dengan ketaatan pada kekuasaan; (3) tahap otonom bersifat terikat pada aturan yang didasarkan pada resiprositas (hubungan timbal balik). Berkat pandangan Dewey dan Piaget maka Kohlberg berhasil memperlihatkan 6 tahap pertimbangan moral anak dan orang muda seperti yang tertera di atas. </span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hubungan antara tahap-tahap tersebut bersifat hirarkis, yaitu tiap tahap berikutnya berlandaskan tahap-tahap sebelumnya, yang lebih terdiferensiasi lagi dan operasi-operasinya terintegrasi dalam struktur baru. Oleh karena itu, rangkaian tahap membentuk satu urutan dari struktur yang semakin dibeda-bedakan dan diintegrasikan untuk dapat memenuhi fungsi yang sama, yakni menciptakan pertimbangan moral menjadi semakin memadai terhadap dilema moral. Tahap-tahap yang lebih rendah dilampaui dan diintegrasikan kembali oleh tahap yang lebih tinggi. Reintegrasi ini berarti bahwa pribadi yang berada pada tahap moral yang lebih tinggi, mengerti pribadi pada tahap moral yang lebih rendah. </span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Selanjutnya penelitian lintas budaya yang dilakukan di Turki, Israel, Kanada, Inggris, Malaysia, Taiwan, dan Meksiko memberikan kesan kuat bahwa urutan tahap yang tetap dan tidak dapat dibalik itu juga bersifat universal, yakni berlaku untuk semua orang dalam periode historis atau kebudayaan apa pun. </span></p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menurut Kohlberg penelitian empirisnya memperlihatkan bahwa tidak setiap individu akan mencapai tahap tertinggi, melainkan hanya minoritas saja, yaitu hanya 5 sampai 10 persen dari seluruh penduduk, bahkan angka inipun masih diragukan kemudian. Diakuinya pula bahwa untuk sementara waktu orang dapat jatuh kembali pada tahap moral yang lebih rendah, yang disebut sebagai “regresi fungsional”. Nah, dimana tingkatan moral anda? </span></p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-83228464227609616552008-12-11T02:18:00.001-08:002008-12-11T02:18:55.081-08:00Pengertian Kerja Cerdas<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} h2 {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; mso-outline-level:2; font-size:18.0pt; font-family:"Times New Roman"; font-weight:bold;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <h2 style="margin: 11.25pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;">Menjadi Lebih Produktif</span></h2> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar istilah kerja cerdas? Ada yang mengartikan bahwa kerja cerdas itu adalah sebuah model kerja di mana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tapi hasilnya besar. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal atau berbisnis jarang-jarang tetapi sekali mendapatkan untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu ke depan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Orang yang berpendapat demikian mungkin menganut teori Paretto yang 80/20 itu <i>(The law of imbalance)</i>. Kalau merujuk teori ini, berarti 80 % penghasilan orang itu dihasilkan dari 20 % aktivitas kerja / bisnisnya. Aktivitasnya hanya 20 % tapi penghasilannya 80 %. Mungkin, karena orang seperti itu sudah lihai dalam membidik peluang, maka terwujudlah kerja cerdas dalam pengertian seperti di atas. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Terus terang, meski pengertian di atas sering saya dengar dalam pembicaraan, tetapi dalam prakteknya masih jarang saya lihat. Saya tidak tahu apakah Anda juga punya pengalaman seperti saya atau tidak. Yang kerap kita jumpai, kalau ada orang yang mendapatkan hasil banyak, orang itu juga bekerja banyak. Konon, Bill Gate yang dikenal orang pintar dan orang kaya, punya jam kerja yang jauh lebih banyak dibanding dengan karyawannya. Cuma bedanya, Bill Gate tidak merasakan pekerjaannya sebagai tekanan yang membebani.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tak hanya Bill Gate saja. Di beberapa stasiun teve sekarang ini kerap ditayangkan sukses stori para pengusaha lokal, baik UKM atau Non-UKM. Sejauh saya mengikuti sampai saat ini memang saya belum pernah mendengar dari mereka yang mengatakan bahwa prestasi usahanya itu diciptakan dari model kerja cerdas dalam pengertian di atas. Yang sering mereka katakan justru adalah prinsip mendasar yang umumnya sudah diketahui banyak orang, misalnya: jujur, disiplin, bekerja keras, menjaga kepercayaan, dan semisalnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Terlepas apapun orang mengartikan kerja cerdas, tapi di sini kita akan membahas kerja cerdas dalam pengertian: bagaimana kita bisa menjadi lebih produktif dengan alokasi waktu kerja yang sama atau dengan menggunakan peralatan yang sama. Atau dalam pengertian: bagaimana kita bisa memproduksi solusi (barang atau jasa) yang lebih banyak atau lebih cepat dalam waktu yang sama dengan menggunakan peralatan yang sudah kita miliki. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mungkin contoh beratnya bisa kita ambil dari hasil kerja Frederick W. Taylor pada tahun 1911. Seperti yang sudah jamak diketahui, Taylor adalah seorang insinyur yang bekerja di pabrik. Taylor tidak puas dengan produktivitas para pekerja yang sangat rendah kala itu. Melihat keadaan seperti itu, Taylor menawarkan revolusi mental yang kemudian dikenal dengan 4 prinsip manajemen. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sebagai bahan perbandingan buat kita, Taylor menawarkan solusi antara lain: </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">a) Mengembangkan metode, konsep, atau ilmu pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan pekerjaan dari pekerjaan itu atau memunculkan teori aplikasi yang terbaik dari pekerjaan yang dilakukan </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">b) Memilih dan melatih para pekerja dengan pertimbangan dan keputusan yang logis, </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">c) Menciptakan komunikasi yang sinergis antara manajemen dan pekerja </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">d) Pembagian kerja dan tanggung jawab yang tegas.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berdasarkan kondisi dan situasi kontekstual kala itu, konon revolusi mental yang ditawarkan Taylor ini berhasil meningkatkan produktivitas pekerja sampai mencapai 200 %. Menggiurkan, bukan? Atas keberhasilan yang dicapai, Taylor kemudian diberi gelar Bapak Manajemen Ilmiah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Contoh yang ringan bisa kita ambil dari kebiasaan sehari-hari. Ketika bicara produktivitas, pasti berbeda antara orang yang bekerja dengan target di kepalanya dan orang yang bekerja tanpa ada target di kepalanya. Pasti berbeda antara orang yang bekerja dengan mengembangkan tehnik dan orang yang bekerja dengan tanpa mengembangkan tehnik. Pasti berbeda antara orang yang bekerja dalam keadaan marah dan orang yang bekerja dalam keadaan <i>happy</i>. Pasti berbeda antara orang yang bekerja berdasarkan prioritas dan orang yang bekerja asal-asalan. Pasti berbeda antara orang yang bekerja dengan konsep dan orang yang bekerja tanpa konsep. Bahkan terkadang ada bedanya antara kita bekerja dengan menelpon orang lebih dulu dan bekerja lebih dulu baru menelpon orang. Ini contoh riil yang kita alami sehari-hari. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Intinya, seperti kata orang bijak, di semua pekerjaan di dunia ini ada rahasia Tuhan. Rahasia itu jika semakin kita gali tidak berarti semakin habis. Justru rahasia itu semakin bertambah. Bahkan rahasia itu tidak akan habis ditulis dengan tinta air laut. Ini terjadi dari mulai bagaimana seorang pelayan diskotik menuangkan minuman dari botol ke gelas dengan gayanya yang khas sampai ke bagaimana seorang arsitek merancang bangunan bertingkat. Tugas kita adalah sebetulnya menggali rahasia-rahasia itu sehingga kita bisa selalu meningkatkan produktivitas. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 3pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dengan bertambahnya kemampuan untuk memproduksi solusi yang lebih besar dan lebih cepat, maka secara logis ini akan meningkatkan penghasilan kita. Soal berapa persennya dan kapan peningkatan hasil itu akan terwujud, ini urusan tehnis. Tapi prinsipnya kira-kira begitu. </span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 11.25pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;">Syarat menjadi lebih produktif</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Beberapa syarat mental di bawah ini sebenarnya adalah tambahan dari yang sudah kita miliki berdasarkan pengalaman sehari-hari. Atau bahkan mungkin sebatas sebagai <i>reminder</i> (pengingat) atas hal-hal mendasar yang kerap kita lupakan dalam praktek. Nah, syarat mental yang perlu kita miliki untuk mencapai kerja cerdas dalam pengertian yang kita bahas di sini adalah:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 11.25pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;" lang="IN">Mengembangkan standar prestasi yang pas</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pas di sini artinya memiliki standar yang <i>match</i> atau sesuai dengan perkembangan kita hari ini. Seperti yang kita alami, jika standar yang kita patok itu terlalu rendah, biasanya produktivitas kita juga rendah. Tapi, jika terlalu tinggi atau terlalu banyak, biasanya malah bingung atau malah sedikit hasilnya. Karena itu ada yang menyarankan, little <i>is more and more is little</i>. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dengan kata lain, supaya tetap produktif, berarti kita perlu memberi standar yang benar-benar pas dengan dinamika perkembangan kita. Jangan terlalu rendah atau jangan terlalu sedikit. Tapi, jangan juga terlalu tinggi atau jangan terlalu banyak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;" lang="IN">Mengasah kreativitas</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kreatif atau tidak kreatif, pada akhirnya adalah masalah manajemen batin. Suasana atau fasilitas memang mendukung kreativitas, tapi jika batin ini tidak kreatif, fasilitas dan suasana itu tidak ada gunanya. Mengasah kreativitas ini bisa kita lakukan dengan menyediakan ruang untuk menemukan berbagai kemungkinan untuk menciptakan metode, cara atau tehnik baru yang lebih efektif dan lebih efisien dan yang membuat kita menjadi lebih produktif. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Soal apa bentuknya, bagaimana caranya dan lain-lain, ini urusan kita masing-masing. Ini mengingat, biasanya, <i>the best tehnique is always not in the book</i>. Tehnik, metode atau cara yang kita dapatkan dari orang lain atau dari buku, ini umumnya sebagai “<i>an aid</i>” atau bantuan buat kita untuk melakukan <i>discovery</i> atau eksplorasi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;" lang="IN">Menajamkan fokus</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Produktivitas sangat erat hubungannya dengan soal fokus. Fokus, karena itu merupakan kekuatan. Contoh sepele, misalnya: jika kita melihat benda di depan mata tetapi pikiran kita tidak fokus, maka produktivitas penglihatan kita juga tidak bagus. Ini terjadi sampai ke hal-hal yang sangat mendasar dalam hidup manusia. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Jika seseorang memfokuskan pikirannya untuk melihat masalah, maka yang menjadi kesimpulan di batinnya adalah masalah. Sebaliknya, jika seseorang memfokuskan pikirannya untuk melihat peluang, maka yang menjadi kesimpulan di batinnya tentang dunia ini adalah peluang. Meski awalnya ini adalah soal kesimpulan di batin, tetapi pada tahapan tertentu akan mempengaruhi tindakan dan produktivitasnya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Saking eratnya hubungan antara produktivitas dan fokus, teori manajemen sampai mengajarkan kita untuk membagi aktivitas menjadi: </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">a) prioritas </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">b) penting </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">c) mendesak </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">d) distraksi</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Jika kita gagal membedakan antara prioritas dan distraksi (aktivtas yang tidak prioritas, tidak penting dan tidak mendesak), pasti fokus pikiran kita kacau. Kalau sudah kacau, produktivitas kita pun akan terancam.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;" lang="IN">Menggali Tacit knowledge</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Istilah Tacit Knowledge ini bisa kita jumpai di naskah kerja Robert J. Stenberg, pakar Psikologi di Yale University. Ini adalah semacam pengetahuan spesifik tentang sesuatu yang diperoleh seseorang dari praktek. Tacit Knowledge ini punya ciri khas antara lain:</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 37.5pt; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pengetahuan itu adalah sebuah prosedur di dalam diri seseorang tentang bagaimana sesuatu harus dikerjakan </span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 37.5pt; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pengetauan itu merupakah buah dari melakukan sesuatu, bukan buah dari diajar orang lain </span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 37.5pt; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pengetahuan itu bersifat sangat pribadi</span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Seorang sopir yang sudah berpengalaman, pasti memiliki prosedur batin tentang bagaimana menjalankan kendaraan yang diajarkan oleh pengalamannya. Prosedur batin itu biasanya tidak dimiliki oleh seoran sopir yang baru lulus dari sekolah montir. Kita sering menyebutnya dengan istilah “<i>feeling</i>” atau gerakan reflek, atau juga disebut <i>beyond the technique.</i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kaitannya dengan produktivitas di sini sangat jelas. Seorang sopir yang sudah bekerja dengan feeling tadi, pasti lebih produktif. Dia lebih tahan lama, lebih rileks, dan lebih cepat. Saya kira ilustrasi ini juga bisa kita terapkan dalam pekerjaan sehari-hari. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;" lang="IN">Menjaga harmonitas</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Seperti juga alam raya ini, hidup kita akan produktif kalau hormonitasnya terjaga, serasi atau seimbang. Belajar dari praktek hidup, mayoritas penyakit yang merupakan ancaman produktivitas, entah itu penyakit jiwa atau raga, mulanya muncul dari pengabaian kecil (<i>ignorance</i>) yang kemudian menimbulkan ketidakhamonisan, atau ketidakseimbangan ke hampir seluruh wilayah hidup. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Contohnya adalah kurang tidur. Ketika kita kurang tidur, yang terjadi bukan hanya kita butuh tidur di siang hari sebagai pengganti waktu tidur yang telah kita gunakan untuk yang lain. Kurang tidur yang sudah sampai pada tingkat overdosis, bisa menganggu hubungan kita dengan pekerjaan, dengan orang lain, dan seterusnya, yang akhirnya mengakibatkan produktivitas rendah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: navy;" lang="IN">Perlindungan batin</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Batin di sini, tidak bisa kita samakan dengan emosi. Melindungi batin, bukanlah melindungi emosi. Kalau konteksnya produktivitas, batin kita perlu dilindungi dari kotoran yang menganggu produktivitas. Biasanya, kotoran itu adalah masalah yang kita ciptakan sendiri secara tidak sengaja atau masalah yang didatangkan orang lain untuk kita – yang tidak kita oleh menjadi vitamin batin. Maksudnya ? Kita sering mendengar ucapan, kritik atau pun pendapat orang lain yang tidak enak mengenai diri kita, cara kerja maupun hasil pekerjaan kita. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kita bisa saja menganggapnya sebagai sampah yang mengotori batin dan harus dibuang, atau menanggapnya sebagai <i>warning signal</i> – atas sesuatu di dalam diri yang perlu kita renungkan. Kalau kita mau belajar dan bertumbuh, mata batin kita lah yang harus menangkap “kata-kata” yang ditujuan pada kita, bukan telinga kita. Mata batin, bisa melindungi kita dari s<i>elf-deni</i>al (pengingkaran kenyataan diri). Kita bisa tutup telinga – tapi tidak bisa menutup mata batin. Kejernihan suara batin bisa menuntun kita bekerja cerdas, kalau kita mau mendengar tuntutannya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 6pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Apa mungkin kita sanggup membersihkan batin dari masalah untuk sekedar menjadi lebih produktif? Kalau konteksnya praktek hidup, maksudnya yang lebih tepat bukanlah bersih dalam arti tidak ada masalah atau lari dari masalah. Selain mustahil, pun juga ini malah tidak produktif. Maksudnya adalah menyelesaikan masalah secara sehat, benar, jujur dan proporsional. Kalau kita proporsional dalam memikirkan, bersikap dan bertindak, maka produktivitas kita tidak terganggu dengan masalah yang ada.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Jika kita sedikit-sedikit sakit hati atau terlalu memasukkan hati ulah orang lain, dan tidak menjadikannya “obat pahit”, ini bisa mengganggu produktivitas. Batin kita akan bekerja untuk memikirkan orang lain dalam pengertian memikirkan yang tidak perlu, bukan memikirkan bagaimana memperbaiki dan mengembangkan diri, serta memproduksi solusi yang lebih banyak atau lebih cepat. Semoga bermanfaat !</span></p> Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-5206419532471054362008-12-11T02:16:00.000-08:002008-12-11T02:17:02.304-08:00Pemahaman Hidup Anda<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 22.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Pemahaman anda (cara anda memandang dan mengerti akan segala sesuatu) adalah garis pembatas yang membentuk sebuah pigura di mana anda berada di dalamnya. Ruangan yang diluar garis pembatas tersebut adalah dunia dan isinya. Bagaimana anda memahami segala sesuatu tergantung sepenuhnya dengan ukuran pigura tersebut dibuat. Keterbatasan yang anda pahami sebagai takdir atau bukan takdir pada prakteknya lebih mengisyaratkan adanya keterbatasan anda memahami sesuatu yang anda ciptakan sendiri. Ketika pemahaman menyeluruh sudah anda dapatkan, maka secara otomatis keterbatasan tersebut hilang. Tentu keterbatasan yang dimaksud adalah keterbatasan dalam konteks kemanusiaan-duniawi. Ketika pemahaman sudah anda miliki, maka tugas anda adalah menentukan pilihan, bukan ditentukan.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><a name="_msocom_1"></a><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Memahami bagaimana dunia dan isinya ini bekerja memiliki implikasi langsung pada situasi konkrit tertentu di dalam hidup anda, terutama berhubungan dengan kemajuan dan kemunduran atau kesuksesan dan kegagalan. Oleh karena itu pemahaman perlu disempurnakan atau didinamiskan menurut perkembangan situasi yang anda hadapi. Kuncinya adalah menerima perubahan dunia dari satu titik ke titik berikutnya sebagai materi untuk mengembangkan diri alias memperluas ukuran pigura anda.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Alasannya sangat mendasar ketika pemahaman anda tentang obyek kehidupan ini <i>stagnant </i>sementara realitas eksternal dinamis maka pemahaman anda mandul alias tidak bekerja menciptakan kemajuan melainkan jalan di tempat. Dari sinilah awal dari semua yang anda namakan <i>problem</i>, yaitu ketika pemahaman konseptual tidak lagi sejalan dengan realitas eksternal. <i>Gap </i>tersebut menciptakan sikap yang membenarkan kenyataan secara pasif atau sikap menyatakan kebenaran yang bertentangan dengan kebenaran lain. </span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Dalam rangka menciptakan pemahaman yang sinergis dengan perkembangan situasi, maka terlebih dahulu anda perlu memahami dari mana pemahaman hidup anda diciptakan. Dengan mengetahui sumber-sumber pemahaman dan memahami bagaimana cara kerjanya, maka jalan untuk mengauditnya akan terbuka lebar. Berikut adalah sebagian dari sumber dominan di mana anda memperoleh pemahaman hidup dan bagaimana individu dapat mengaplikasikannya ke dalam situasi konkrit.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1.</span></b><span lang="IN"> </span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hukum Universal</span></b> </p> <p style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Hukum Universal mengandung kebenaran yang diartikulasikan ke dalam pesan-pesan moral yang sifatnya <i>generally applicable </i>(berlaku umum). Selain itu, hukum tersebut juga merupakan kebenaran mutlak yang tidak memberi hak siapa pun untuk mengubahnya. Institusi yang paling banyak mengungkapkan kebenaran tersebut adalah agama-agama, kepercayaan, tradisi, atau sebagian dari adat istiadat. Kebenaran mutlak jelas berupa kebenaran langit dan supaya dapat didistribusikan ke bumi ia membutuhkan <i>tool</i> atau alat bantu agar bisa menciptakan penafsiran, pemahaman, persepesi, paradigma mental, dan karakter <i>behavioral.</i></span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Ketika sudah berbicara tool, pemahaman, interpretasi, atau paradigma, maka hakekatnya tidak berlaku lagi kemutlakan melainkan <i>choice dan consequence </i>(pilihan dan konsekuensi). Intinya hidup anda bukan dibentuk oleh kemutlakan tetapi pilihan, meskipun anda memilih meyakini kemutlakannya. Pertanyaannya, sejauhmana pilihan anda bekerja membentuk kemajuan secara positif? Jika pilihan anda tidak bekerja membentuk kemajuan positif tidak berarti kandungan kemutlakan dari kebenaran langit telah berkurang, tetapi <i>tool </i> anda yang sudah kadaluwarsa sehingga ia bukan <i>software </i>yang memberi <i>support </i>tetapi virus yang menjadi penghambat. Maka tugas anda adalah mengganti kelayakan alat bantu yang telah dipilih agar dapat menghasilkan pemahaman hidup yang produktif atau sinergis dengan situasi hidup anda. </span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Lalu, bagaimana memilih <i>tool</i> yang produktif? <i>Tool </i> yang masih berupa mitos dalam arti menafikan proses-proses ilmiah dan alamiah yang menjadi ciri khas ilmu dan tehnologi terbukti tidak memiliki daya ledak tinggi untuk meruntuhkan konstruksi realitas, bahkan terjadi seakan-akan <i>missing-link</i> dengan realitas. Sehingga misi kebenaran langit yang mestinya untuk memperbaiki manusia justru membelenggunya. Tidak heran jika terjadi fenomena di mana seseorang menggunakan ajaran agama saat beribadah tetapi ketika mencari makan ia menggunakan ajaran <i>komunisme </i>atau <i>atheisme</i>. Agama, ajaran moral – dipahami - tidak mendukungnya untuk menjadi kaya.</span></p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">2.</span></b><span lang="IN"> </span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hukum Personal</span></b> </p> <p style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Di dalam diri anda sebagai <i>“the person”</i> yang utuh telah diciptakan dua kekuatan yang berlomba merebut posisi kepemimpinan atas kehidupan anda. Kekuatan pertama berupa <i>The Self</i> dan kedua berupa <i>The Ego</i>. <i>The Self </i>adalah kekuatan yang memberi instruksi agar anda memahami diri, menjadi diri dan menjadi master bagi diri anda: "<i>To Know, To become, dan Tobe”</i>. Dialah yang menciptakan pemahaman bahwa kehidupan eksternal ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan internal. <i>The Self </i>berbicara tentang sesuatu yang sebenarnya anda kehendaki dan menjadi hak sehingga dalam banyak redaksi doa, <i>The Self </i>adalah permohonan tentang kehidupan surga. </span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Tidak demikian halnya dengan <i>The Ego</i>. Kekuatannya berupa instruksi untuk mendorong anda menyerahkan naskah hidup asli kepada pihak lain dengan kompensasi anda menggunakan naskah hidup mereka. Kekuatan inilah yang menyuntikkan <i>drug</i> bahwa kehidupan eksternal tidak dipandu oleh kekuatan internal sehingga pada gilirannya sang diri hilang, lenyap tanpa kekuatan dan suara. <i>The Ego</i> adalah bentuk ketergantungan terhadap kekuatan eksternal. Ia adalah bentuk penghindaran yang sering anda ucapkan dalam doa-doa.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Para ahli mendapatkan temuan bahwa mayoritas dari anda hanya menggunakan kekuatan minimal ketika urusannya berupa ‘menginginkan sesuatu’ dan baru bisa mengeluarkan secara maksimal ketika ‘menghindar dari sesuatu’, apalagi jika konsekuensinya hidup – mati. Dari temuan tersebut disimpulkan bahwa pembeda antara orang genius dengan orang biasa bukan terletak pada kadar potensi atau kemampuan yang diturunkan sejak lahir, tetapi bagaimana menggunakan kemampuan atau potensi tersebut dengan cara-cara tertentu dan maksimal (William W. Hewitt, 1994, dalam <i>“The Truth About Mind Power"</i>).</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Contoh nyata individu yang dapat dijadikan contoh dalam menggunakan potensi secara maksimal dengan cara-caranya yang khusus adalah Thomas A. Edison. Mungkin anda bertanya-tanya apakah makhluk seperti Edison atau para avatar lainnya sudah dicetak untuk berbeda dengan anda? Awalnya adalah sama. Ia tetap memiliki fluktuasi emosi antara kecewa dengan kegagalan dan bahagia dengan kesuksesan bahkan mungkin sempat putus asa. Bahkan sekolahnya Edison dikenal sebagai siswa yang tidak memiliki prestasi gemilang sehingga akhirnya sang guru bosan merawatnya. Lalu kekuatan apakah yang terus mendorongnya sehingga rintangan apapun tidak bisa menghambatnya? Kuncinya adalah menemukan cara bagaimana menggunakan mengeluarkan kekuatan <i>The Self </i>sebanding dengan kekuatan <i>The Ego</i>. Apa diraih Edison, tidak mustahil dapat juga diraih oleh anda seandainya etos kerja atau motivasi anda belajar menggunakan energi yang anda gunakan untuk bercinta? Jika ini yang terjadi maka pastilah akan muncul kegigihan yang tidak sanggup dibendung oleh diri anda sendiri.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Sayangngya dalam kehidupan nyata banyak individu yang lebih didominasi oleh kekuatan <i>The Ego</i> sehingga diri sendiri bukanlah sesuatu yang menjadi sumber segala kekuatan melainkan kekuatan eksternal atau dominasi pemahaman yang tidak produktif. Walhasil ancaman lebih punya peranan dominan ketimbang keinginan meraih sesuatu. Individu lebih terfokus pada menghindari kesengsaraan hidup ketimbang meraih kemakmuran; menciptakan kekhawatiran untuk dipecat ketimbang menciptakan prestasi kerja yang gemilang; mendewakan tahayul “jangan-jangan” ketimbang keyakinan untuk meraih kesuksesan, kesehatan, kebahagian, dst.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">3.</span></b><span lang="IN"> </span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hukum Lingkungan</span></b> </p> <p style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Lingkungan diversikan ke dalam berbagai ungkapan bahasa mulai dari keluarga, saudara, relasi, persahabatan dan lain-lain di mana masing-masing memiliki instruksi berupa instruksi psikologis dan instruksi keadaan yang sifatnya ditawarkan. Andalah yang pada akhirnya menentukan keputusan itu meskipun sayangnya keputusan anda adalah keputusan dengan tidak memutuskan apapun. Di samping memiliki pengaruh di mana semua manusia tidak bisa melepaskannya, lingkungan juga memiliki standard asumsi, persepsi atau penilaian tentang bagaimana lingkungan tersebut melihat dunia. Seorang penakluk tembok raksasa China dieluk-elukan bagai raja ketika ia memasuki perkampungan di mana masyarakatnya punya penilaian seorang jagoan yang perkasa tetapi ketika ia memasuki kampung yang berbeda, ia dianggap orang gila : “Mengapa tembok sepanjang itu ia taklukkan?”.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Pendek kata, pemahaman anda tentang hukum lingkungan punya hubungan kausalitas dengan bagaimana anda ingin diperlakukan dan bagaimana anda memperlakukan orang lain. Jika levelnya keinginan, tentu saja anda menginginkan bentuk perlakuan terhormat atau sesuai dengan yang anda inginkan. Semua manusia bahkan hewan pun sama tetapi kuncinya terdapat pada pemahaman anda terhadap instruksi psikologis dan keadaan yang menciptakan perbedaam diametral antara anda dimanfaatkan dan dihormati; antara anda menjadi korban lingkungan dan menciptakan adaptasi.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Kenyataan yang sulit dipungkiri adalah bahwa anda membutuhkan lingkungan untuk menciptakan kemajuan hidup. Tetapi di sisi lain, anda memerlukan upaya membersihkan diri dari pengaruh yang diciptakan oleh pembawaan umum lingkungan yang bisa menjadi penghambat bagi kemajuan hidup anda. Pembawaan umum itulah yang oleh Samuel A. Malone dalam <i>Mind Skill for Manager</i> disebut <i>Conformity</i> yang menjadi ancaman kreativitas untuk merealisasikan keunggulan anda. Menurut <i>Advance Dictionary,</i> Conformity adalah "<i>Action or behavior in agreement with what is usual, accepted or required by custom".</i> Dengan kata lain, konformitas adalah ketakutan untuk menjadi diri sendiri yang berbeda dengan orang lain karena didorong oleh oleh keinginan untuk diterima oleh lingkungan.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Kualitas pemahaman instruksi lingkungan dengan begitu sebanding dengan kualitas kecerdasan bersikap saat anda menjatuhkan kartu hidup. Ketika anda larut ke dalam konformitas, maka bukan penghormatan yang akan anda terima, melainkan pemanfaatan. Saat itulah kebaikan yang anda berikan bisa jadi kebodohan yang anda lakukan. Bahkan lingkungan tidak memiliki makna kualitas apapun ketika anda tidak menemukan peluang belajar mengisi muatan pikiran sukses dari orang yang lebih atas; atau ketika anda tidak menemukan celah mengukur kemajuan dari orang yang sepadan; atau ketika anda tidak bisa membangun empati dari orang yang lebih rendah. </span> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Dengan melihat dan memahami bagaimana hukum-hukum tersebut diatas berproses maka diharapkan anda dapat mengaudit pemahaman anda sehingga pigura anda semakin bertambah besar. Jika anda merasa memiliki pemahaman hidup yang keliru maka secepat mungkin mulailah mengubah cara pandang anda tersebut sebelum kekuatan eksternal mengambil alih kendali hidup anda. Selamat mencoba dan semoga berguna. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-88912786681091927392008-12-11T02:14:00.001-08:002008-12-11T02:14:33.544-08:00Merdeka atau Mati!<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Lebih dari 58 tahun lalu, bangsa Indonesia pernah punya semboyan: Merdeka atau Mati! Dikaji lebih jauh, ternyata semboyan itu tidak sekedar punya arti lebih baik mati daripada tidak merdeka. Kalau dirujukkan pada hukum alam, semboyan itu juga punya arti pilihan hidup. Kalau kita tidak bisa hidup dengan kemerdekaan maka kita akan menjalani hidup dengan kematian. Bentuk kematian hidup itu apabila dirujukkan pada pendapat Robin S. Sharma adalah konflik-diri yang mengakibatkan potensi tidak bisa diaktualkan secara optimal<i>. “Too many people die at 20 and are buried at 80. Too many people coast through life, never manifesting their potential and using only a fraction of their personal talents”</i>. Ajaran kitab suci memberi istilah dengan hari kiamat di mana kebanyakan orang bertanya-tanya: “Mengapa nasib saya seperti ini?”</span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Secara harfiah, kemerdekaan adalah kemandirian hidup, kebebasan, dan ketegasan. Dalam kamus, kemerdekaan diartikan sebagai <i>self governing, free from intimidation, acting or thinking upon one’s own-line</i>. Kemerdekaan hidup seperti yang termaktub dalam teks proklamasi adalah hak (asasi). Menurut hukum sebab akibat hak adalah akibat yang diciptakan oleh sebab bernama kewajiban. Hukum alam menjadikan kewajiban sebagai syarat mutlak mendapatkan hak atau menyuruh mendahulukan kepatuhan terhadap kewajiban ketimbang mendahulukan tuntutan hak. Sayangnya kita secara mental-kultural lebih menomorsatukan hak dari pada kewajiban, minimalnya dalam ungkapan pembahasaan hidup harian. Mulut kita sudah terlatih mengucapkan hak dan kewajiban ketimbang kewajiban dan hak. Secara <i>mindset </i>kita lebih berat memikirkan apa yang tertinggal (dari hak) ketimbang memikirkan apa yang kita tinggalkan (dari kewajiban).</span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 13.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kemandirian </span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Kemerdekaan adalah kemandirian <i>(self governing)</i> yang sering diartikan dengan kalimat berdiri di atas kaki sendiri. Kalimat itu mengisyaratkan bahwa orang yang mandiri itu adalah orang berdiri tegak dengan kakinya. Salah satu lawan kata dari berdiri-tegak adalah lari yang oleh Jalaluddin Rumi, diistilah dalam puisinya dengan kalimat lari dari kemauan bebas. “Seluruh makhluk melarikan diri dari kemauan bebas dan keberadaan-diri mereka menuju ke diri mereka yang tak sadar”. Kalau kita ingin bebas dengan mencari kebebasan maka sebenarnya yang telah kita lakukan adalah menciptakan belenggu karena kebebasan (kemauan bebas atau kemerdekan) adalah pencapaian dari usaha menciptakan diri / memandirikan diri. Lantas, apa yang sering mendorong orang ingin lari dari kemerdekaan untuk mencari kebebasan?</span> </p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Akar penyebabnya adalah kekalahan atas musuh-diri di dalam sehingga ia tidak menjadi <i>self governor</i>. Musuh-diri itu menurut Jim Rohn dalam tulisannya berjudul <i>“Facing the enemy within”</i> (2002) umumnya ada lima, yaitu ketakutan <i>(fear),</i> kekhawatiran <i>(worry),</i> keragu-raguan <i>(doubt),</i> plin-plan <i>(indecision),</i> dan terlalu hati-hati <i>(over-caution).</i> Kalau ketakutan yang menang maka kita tidak menjadi pemberani padahal keberanian itu dibutuhkan. Kalau kekhawatiran yang menang, kita tidak menjadi orang yang bahagia dengan diri sendiri <i>(happiness manufacture)</i>. Kalau keragu-raguan yang menang maka kita tidak menjadi orang yang yakin dengan kebenaran keyakinan. Kalau plin-plan yang menang maka kita tidak menjadi sosok yang telah kita putuskan. Demikian halnya kalau terlalu hati-hati yang menang maka kita tidak pernah menjadi orang yang sederhana, padahal biasanya <i>the simple is the real</i></span> </p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Kalau dikaitkan dengan pendapat Robin S. Sharma di atas, maka kemerdekaan diri itu tidak bisa dicari tetapi diciptakan dengan menjalani disiplin-diri untuk menemukan / menggunakan keunggulan (potensi). Hukum paradok yang berlaku di sini adalah kemerdekaan itu diperoleh dengan kepatuhan disiplin atau berdiri tegak bukan lari atau bebas dari disiplin. Alasannya, seluruh keunggulan manusia itu baru dapat ditemukan dan digunakan setelah menjalani disiplin pembelajaran untuk memperbaiki yang salah, menambah yang kurang dan menggunakan yang masih nganggur dalam kurun waktu yang tidak bisa secara <i>one-off</i>. Dikaitkan dengan pesan kitab suci di atas, kiamat duniawi itu disebabkan oleh pengabaian / tidak disiplin (indisipliner) untuk menjalani perbaikan yang dikiaskan hanya sekecil biji peluru tetapi akibatnya sebesar hidup merdeka dan hidup mati.<i>.</i></span> </p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 13.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Bebas Intimidasi </span></b> </p> <p style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Kemerdekaan adalah bebas dari intimidasi orang lain yang umumnya berupa intimidasi tanggung jawab (hutang) dan intimidasi tekanan (penjajahan) orang lain. Sudah menjadi titah alam kalau kita diberi jalan merealisasikan keinginan dengan menciptakan kesepakatan dengan orang lain. Sehebat apapun seseorang sebagai pribadi tetapi kalau tidak mendapatkan kesepakatan dengan orang maka kehebatan itu hanya sebatas hebat bagi diri sendiri. Seseorang dipanggil presiden, CEO perusahaan atau menjadi bawahan karena mendapat kesepakatan / dukungan dari / dengan orang lain. Bahkan oleh temuan survey dikatakan bahwa sebagian besar tawaran rasa bahagia dan nestapa terjadi dari interaksi, lalu sebagian kecilnya dari <i>self accomplishment.</i></span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Cukup beralasan kalau Michael Angier berani mengatakan, sembilan puluh persen dari problem kemanusiaan adalah masalah ketaatan terhadap kesepakatan yang dibikin dengan orang lain. <i>“Your agreement show your integrity . About 90 percent of world problem result from people do not keeping their agreement"</i> (2002). Tentu maksud dari kata <i>problem</i> di sini adalah hilangnya kemerdekaan karena mencari kebebasan. Setiap kesepakatan yang kita ciptakan dengan orang lain pasti mengandung kontrak tanggung jawab baik secara psikologis atau juridis dan begitu tanggung jawab itu kita abaikan maka yang lahir adalah intimidasi. Tak salah, kalau pesan kenabian mengingatkan agar kita mengantisipasi kemungkinan adanya hutang (tanggung jawab) di mana <i>resource</i> untuk membayar tidak kita miliki.</span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Intimidasi memang dikeluarkan dari orang lain tetapi sebabnya diciptakan oleh bobot ketaatan kita atas kesepakatan. Kalau merujuk pada hukum daya tarik, sebenarnya jurus-hidup yang paling selamat adalah menarik orang lain <i>(to attract)</i> dengan menciptakan daya tarik-diri yang menarik ketertarikan. Pada dasarnya jurus ini lebih mudah kita jalankan hanya saja kebanyakan kita telah biasa lebih dahulu memulai dari start dengan menggunakan jurus yang sebaliknya: mendorong orang lain <i>(to push)</i>. Jadi yang terjadi bukan tidak mampu melainkan sudah terlanjur salah memilih start. Meskipun salah tetapi masih sangat terlalu mungkin untuk diperbaiki dengan cara menaikkan kemampuan menaati <i>(the ability of obedience)</i> dan menurunkan janji sehingga masih tersisa peluang untuk memberi orang lain lebih dari sekedar yang kita janjikan. Di sini, musuh kita adalah nafsu untuk mengambil lebih banyak dari pemberian sedikit.</span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Bentuk intimidasi lain adalah penjajahan yang disebabkan oleh kelemahan <i>(personal weakness).</i> Jalan untuk memerdekakan diri dari penjajahan orang lain saat menjalin kesepakatan bukanlah lari menghindari melainkan, seperti disarankan oleh Charles Handy, memperkuat power. Ada tiga power yang bisa kita pilih sesuai keadaan-diri untuk memperkuat <i>bargain position,</i> yaitu: <i>1) Resource power </i> ( kekayaan, kekuatan fisik, kecantikan, ketampanan, dst); 2) <i>Position power </i>(jabatan, kepemimpinan, pekerjaan, dst); 3) <i>Expert Power</i> (pengetahuan khusus, penguasaan informasi, spesialisasi, dst). Kalau tidak memiliki keseluruhan ambillah yang sebagian tetapi jangan sampai tidak memiliki bagian dari salah satu di antara ketiganya.</span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Senada dengan Charles, pesan bijak juga menyarankan, kalau anda ingin memimpin orang lain maka milikilah <i>power</i> kekayaan dan power ilmu pengetahuan. Kekayaan bisa anda jadikan senjata untuk menyelesaikan persoalan dengan orang lain dalam kategori kelas umum sedangkan ilmu pengetahuan adalah senjata yang bisa anda gunakan untuk menyelesaikan persoalan dengan orang lain dalam kategori kelas khusus.</span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 13.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Ketegasan </span></b> </p> <p style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Ketegasan adalah kemampuan menyelaraskan apa yang kita putuskan di tingkat kreasi mental dengan apa yang kita lakukan (eksekusi) di tingkat kreasi fisik sesuai proses yang sudah diakarkan pada prinsip. Kreasi mental baru angka nol kalau tidak diolah berdasarkan proses yang berprinsip tidak beranak menjadi angka satu yang berkelanjutan menjadi dua, tiga dan seterusnya tetapi tetap angka nol atau hanya satu. Dalam praktek harian, hampir seluruh konsep hidup itu bagus tetapi tidak selamanya menghasilkan praktek (hasil) yang bagus. Sebabnya bukan karena tidak tahu atau tidak mampu tetapi kurang tegas dalam memperjuangkan proses menurut akar prinsip.</span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Ketegasan juga punya arti keputusan yang kita putuskan dengan memutuskan atau pilihan hidup yang kita tentukan dengan kesadaran memilih. Masalah pelanggaran yang kerapkali kita lakukan terhadap hukum memilih (baca: <i>life is choice and consequence</i>) adalah lupa atau tidak sadar bahwa kita telah menentukan pilihan. Kepada orang lain dan diri kita mungkin kita masih punya alasan untuk dimaafkan tetapi hukum sebab akibat ini sama sekali tidak punya ampun. Begitu kita memilih terlepas sadar atau tidak sadar, lupa atau ingat, maka pilihan itu secara otomatis menghasilkan konsekuensi. Begitu luasnya wilayah hidup yang tidak terjamah oleh ingatan kita maka ajaran ketuhanan menyediakan pintu di mana do’a dikatakan sebagai kekuatan untuk menunda, mengalihkan, membatalkan akibat dari pilihan yang salah tetapi di luar kontrol ingatan kita.</span></p> <p style="margin: 6pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Kedua arti ketegasan di atas adalah kemerdekaan. Kalau kita sering menyimpang dari jalur proses yang benar maka kita akan dijajah oleh kesalahan atau kegagalan yang bertubi-tubi. Kita dibikin capek oleh nafsu bongkar-pasang konsep hidup karena praktek coba-coba bukan uji coba. Teori manajemen mengajarkan, buatlah rencana dengan cepat tetapi jangan cepat-cepat mengubah rencana kalau inspirasi untuk mengubah tidak datang dari melakukan rencana. Demikian juga kalau kita sering lupa atau tidak sadar. Agar kita selalu ingat maka langkah yang bisa kita lakukan adalah pembiasaan. Pesan bijak bilang kebiasaan melahirkan kesempurnaan. Pengulangan adalah ibu kesempurnaan.</span></p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Akhirnya, kemerdekaan ternyata tidak saja cukup dengan kita peringati tetapi perlu kita tanggapi <i>(response) </i>dengan pilihan untuk memerdekakan diri. Menurut kata pengamat, undangan kepada penjajahan baru adalah kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan dalam arti yang luaaas. Mari memerdekakan diri. Semoga berguna.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-78155567283533382632008-12-11T02:10:00.001-08:002008-12-11T02:10:53.660-08:00Mengenal Mekanisme Pertahanan Diri<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1457603055; mso-list-template-ids:-2140383106;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 22.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sebagian dari cara individu mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress atau pun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang ia lakukan secara sadar atau pun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan oleh Freud sebagai berikut : <i>Such defense mechanisms are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptable impulses may reemerge </i>(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri <i>(defence mechanism) </i>untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Sebenarnya, kita akan membicarakan strategi yang dipelajari individu untuk meminimalkan kecemasan dalam situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi secara efektif. Tetapi karena “mekanisme pertahanan diri” masih merupakan istilah terapan yang paling umum maka istilah ini masih akan tetap digunakan.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berikut ini beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama para remaja yang sedang mengalami pergulatan yang dasyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dari mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikoanalisis lainnya.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Represi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustrasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis <i>amnesia</i> tertentu dapat dipandang sebagai bukti akan adanya represi. Tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan tidak sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Sudah menjadi umum banyak individu pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">individu cenderung untuk tidak berlama-lama untuk mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat gambar kejadian yang menyesakkan dada,</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">lebih sering mengkomunikasikan berita baik daripada berita buruk,</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">lebih mudah mengingat hal-hal positif daripada yang negatif,</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin-left: 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">lebih sering menekankan pada kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Supresi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan menjaga agar impuls-impuls dan dorongan-dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitik beratkan kepada tugas, ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi) tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi)</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi adalah ketika dia berusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara represi atau supresi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tak jarang dibuat samar dengan menampilkan sikap dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Fiksasi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Regresi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respons seperti individu dengan usia yang lebih muda (anak kecil). Misalnya anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons mengompol atau menghisap jempol tangannya, padahal perilaku demikian sudah lama tidak pernah lagi dilakukannya. Regresi barangkali terjadi karena kelahiran adiknnya dianggap sebagai sebagai krisis bagi dirinya sendiri. Dengan regresi (mundur) ini individu dapat lari dari keadaan yang tidak menyenangkan dan kembali lagi pada keadaan sebelumnya yang dirasakannya penuh dengan kasih sayang dan rasa aman, atau individu menggunakan strategi regresi karena belum pernah belajar respons-respons yang lebih efektif terhadap problem tersebut atau dia sedang mencoba mencari perhatian</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Menarik Diri</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya respons ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Mengelak</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak. Bisa saja secara fisik mereka mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung. </span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Denial (Menyangkal Kenyataan)</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Fantasi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Rasionalisasi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang buruk.</span><span style="font-size: 10pt;" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Intelektualisasi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Proyeksi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Individu yang menggunakan teknik proyeksi ini, biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan ciri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu akan cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi sering kali dipergunakan pula.</span> </p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-13790430529787386962008-12-11T02:07:00.000-08:002008-12-11T02:09:08.492-08:00Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin-top: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Masa remaja dikenal dengan masa <i>storm and stress</i> dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 6pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. </span></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 13.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Apa Sih Kecerdasan Emosional</span></b> </p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 9pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 13.5pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 9pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat. </span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-top: 9pt; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mengenali emosi diri</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mengelola emosi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Memotivasi diri</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut : a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan <i>flow</i> (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mengenali emosi orang lain</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Membina hubungan dengan orang lain</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut diatas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif. Dengan demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga mengurangi hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan remaja dan bangsa ini. Semoga. </span></p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-39423719780689512242008-12-11T02:03:00.000-08:002008-12-11T02:04:43.573-08:00Mengenal Cara Belajar Individu<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:732043211; mso-list-template-ids:-210483926;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l1 {mso-list-id:1706327772; mso-list-template-ids:-18457770;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l2 {mso-list-id:1950234674; mso-list-template-ids:974954890;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya. </span><span lang="IN"> </span></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi "pintar". Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja. </span> </p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi. </span> </p> <p style="margin: 13.5pt 0in; text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Otak Sebagai Pusat Belajar</span></b> </p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.</span> </p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 4.5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai <i>triune brain/three in one brain</i> (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga adalah neokorteks.</span> </p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 4.5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.</span> </p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 4.5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.</span> </p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 4.5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.</span> </p> <p style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik Cara Belajar</span></b> </p> <p style="text-align: justify;"> <span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut: </span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">1.</span></b> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual </span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">rapi dan teratur</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">berbicara dengan cepat</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">teliti dan rinci </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">mementingkan penampilan</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">merupakan pembaca yang cepat dan tekun</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih suka membaca daripada dibacakan</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak'</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">2.</span></b> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial </span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">berbicara dalam irama yang terpola dengan baik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">berbicara dengan sangat fasih</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">3.</span></b> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik </span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut: </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">berbicara dengan perlahan</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">menanggapi perhatian fisik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">banyak gerak fisik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">memiliki perkembangan otot yang baik</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">belajar melalui praktek langsung atau manipulasi</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">menggunakan kata-kata yang mengandung aksi</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">pada umumnya tulisannya jelek</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 5pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">ingin melakukan segala sesuatu</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat. </span></p> <meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:732043211; mso-list-template-ids:-210483926;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l1 {mso-list-id:1706327772; mso-list-template-ids:-18457770;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l2 {mso-list-id:1950234674; mso-list-template-ids:974954890;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-30797746975773045772008-12-11T01:46:00.000-08:002008-12-11T01:47:39.074-08:00PENTINGNYA WAKTU<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Bayangkan ada sebuah bank yang memberi anda pinjaman uang sejumlah Rp.
<br />86.400,- aetiap paginya. Semua uang itu harus anda gunakan. Pada malam
<br />hari, bank akan menghapus sisa uang yang tidak anda gunakan selama
<br />sehari. Coba tebak, apa yang akan anda lakukan? Tentu saja,
<br />menghabiskan semua uang pinjaman itu.<o:p></o:p></span></p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 14pt;">Setiap dari kita memiliki bank semacam itu,bernama WAKTU.
<br />Setiap pagi, ia akan memberi anda 86.400 detik. Pada malam harinya ia
<br />akan menghapus sisa waktu yang tidak amda gunakan untuk tujuan baik.
<br />Karena ia tidak memberikan sisa waktu pada anda. Ia juga tidak
<br />memberikan waktu tambahan. Setiap hari ia akan membuka
<br />satu rekening baru untuk anda. Setiap malam ia akan menghanguskan yang
<br />tersisa. Jika anda tidak menggunakannya maka kerugian akan
<br />menimpa anda. Anda tidak bisa menariknya kembali. Juga, anda tidak
<br />bisa meminta “uangmuka” untuk keesokan hari. Anda harus hidup didalam
<br />simpanan hari ini. Maka dari itu, investasikanlah untuk kesehatan,
<br />kebahagiaan dan kesuksesan anda.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Jam terus berdetak. Gunakan waktu anda sebaik-baiknya.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu pentingnya waktu SETAHUN,
<br />tanyaka pada murid yang gagal kelas.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu Pentingnya waktu SEBULAN,
<br />tanyakan pada murid yang gagal kelas.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu pentingnya Waktu SEMINGGU,
<br />tanyakan pada Editor majalah mingguan.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu pentingnya waktu SEJAM,
<br />tanyakan pada kekasih yang menunggu
<br />bertemu.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu pentingnya waktu SEMENIT,
<br />tanyakan pada orang yang ketinggalan
<br />pesawat terbang.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu pentingnya waktu SEDETIK,
<br />tanyakan pada orang yang baru saja
<br />terhindar dari kecelakaan.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">Agar tahu pentingnya waktu
<br />SEMILIDETIK, tanyakan pada peraih
<br />medali perak olimpiade.<o:p></o:p></span></p> <p><span style="font-size: 14pt;">RENUNGAN:
<br />Hargailah setiap waktu yang anda
<br />miliki. Dan ingatlah waktu tidaklah
<br />menunggu siapa2.<o:p></o:p></span></p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-61298553292691219052008-12-11T01:43:00.000-08:002008-12-11T01:44:54.660-08:00MANUSIA OPTIMIS VERSUS MANUSIA PESIMIS <meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="text-align: center;" align="center"><i>Action & Wisdom Motivation Training</i></p> <p><i>Le guan zhe yu bei guan zhe</i></p> <p style="text-align: justify;">ORANG OPTIMIS BUKANLAH ORANG YANG KARENA MELIHAT JALAN MULUS DI HADAPANNYA, TETAPI ORANG YANG YAKIN 100% DAN BERANI UNTUK MENGATASI SETIAP TANTANGAN YANG MENGHADANG. </p> <p style="text-align: justify;"><st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:city> 2 macam manusia dalam menyikapi hidup ini, satu sikap orang yang pesimis dan ke-dua adalah orang yang bersikap optimis. </p> <p style="text-align: justify;">Tipe pertama orang pesimis, bagi orang pesimis kehidupannya lebih banyak dikuasai oleh pikiran yang negatif, hidup penuh kebimbangan dan keraguan, tidak yakin pada kemampuan diri sendiri, kepercayaan dirinya mudah goyah dan mudah putus asa kalau menemui kesulitan atau kegagalan, selalu mencari alasan dengan menyalahkan keadaan dan orang lain sebagai proteksi untuk membenarkan dirinya sendiri, padahal di dalam dirinya dia tahu bahwa betapa rapuh mentalnya, orang pesimis lebih percaya bahwa sukses hanyalah karena kebetulan, keberuntungan atau nasib semata. </p> <p style="text-align: justify;">Tentu orang dengan sikap mental pesimis seperti ini, dia telah mengidap penyakit miskin mental, jika mental kita sudah miskin, maka tidak akan mampu menciptakan prestasi yang maksimal dan mana mungkin nasib jelek bisa dirubah menjadi lebih baik. </p> <p style="text-align: justify;">Tipe ke 2 adalah orang optimis, bagi orang yang memiliki sikap optimis, kehidupannya didominasi oleh pikirannya yang positif, berani mengambil resiko, setiap mengambil keputusan penuh dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang mantap. orang optimis bukanlah karena melihat jalan mulus di hadapannya, tetapi orang yang mempunyai keyakinan 100% dalam melaksanakan apa yang harus diperjuangkan, orang optimis tahu dan sadar bahwa dalam setiap proses perjuangannya pasti akan menghadapi krikiil -krikil kecil ataupun bebatuan besar yang selalu menghadang! </p> <p style="text-align: justify;">Orang optimis siap dan berani untuk mengatasi masalah atau kesulitan yang merintanginya, Bahkan disaat mengalami kegagalan sekalipun tidak akan membuat dia patah semangat, karena dia tau ada proses pembelajaran disetiap kegagalan yang dia alami. </p> <p style="text-align: justify;">Tentu orang yang punya sikap mental optimis demikian adalah orang yang memiliki kekayaan mental. dan Hanya orang yang mempunyai kekayaan mental, yang mampu mengubah nasib jelek menjadi lebih baik. </p> <p style="text-align: justify;">Jika anda, saya dan kita semua secara bersama-sama mampu membangun kekayaan mental dengan berkesinambungan, mampu menjalani hidup ini dengan optimis dan aktif, tentu secara langsung akan berpengaruh pada kehidupan kita pribadi serta kehidupan keluarga, dan dari kehidupan keluarga -keluarga yang semangat, optimis dan aktif akan mempengaruhi kehidupan masyarakat secara luas, yang pada akhirnya akan menjadi kekuatan sinergi sebagai kontributor dalam membangun Indonesia sekaligus mengembalikan jati diri bangsa! Kalau bukan kita yang membangun <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>, lalu siapa? </p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-77143137746788243602008-12-10T16:12:00.000-08:002008-12-10T16:14:39.560-08:00MEMBANGUN KEPERCAYAAN<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Mengapa perlu dibangun? </span>Tentu ada tak terhitung alasan mengapa kepercayaan itu penting bagi kita. Dalam kaitannya dengan dunia kerja atau usaha, saya hanya ingin menegaskan dua hal dari sekian itu, dengan kalimat seperti berikut: </p> <p style="text-align: justify;"> <b><span style="" lang="IN">Pertama</span></b><span style="" lang="IN">, Kepercayaan adalah kekuatan “daya tarik” yang luar biasa untuk mengundang peluang ber-transaksi. Kalau melihat penjelasan para pakar marketing, transaksi adalah sasaran riil jangka pendek yang dicapai oleh kesepakatan antarpihak. Transaksi ini pada hakekatnya bukan saja akan dilakukan oleh para pedagang atau pebisnis, tetapi akan dilakukan oleh semua orang yang menjalankan aktivitas usaha, apapun usaha itu, termasuk juga bekerja. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kita ingat pesan mendasar dalam dunia bisnis (baca: usaha) yang mengatakan, semua orang akan menjalani hidupnya dengan cara menjual sesuatu (selling), terlepas apakah itu barang atau jasa yang kita jual. Nah, supaya aktivitas jualan kita sampai pada tingkat transaksi, maka peranan kepercayaan sangat dominan di sini. Tidak semua produk yang belum laku itu tidak baik, tetapi adakalanya orang belum percaya akan benefit dari produk itu. Saking pentingnya kepercayaan itu dalam bisnis, sampai-sampai ada yang mengatakan begini: “jika orang itu suka kamu, ia akan mendengarkanmu, tetapi jika orang itu mempercayaimu, ia akan melakukan bisnis denganmu.” </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Begitu juga, tidak semua karyawan yang belum mendapat kesempatan promosi jabatan itu tidak ahli, tetapi adakalanya orang belum percaya akan keahliannya. Bahkan ada kalimat yang pernah saya baca dari buku karya Helga Drummond berjudul: “Power: Creating It Using IT”, (Kogan Page: 1991) yang intinya ingin memahamkan kita bahwa untuk kepentingan power, maka yang terpenting bukan saja di bidang apa kita ahli, tetapi siapa saja yang mempercayai keahlian kita. Semua orang bisa ngomong politik atau ngomong tentang jeleknya pejabat, tetapi hanya orang tertentu saja yang sah untuk berbicara tentang hal ini. Semua orang di kantor bisa diajak melihat kekurangan organisasi, tetapi prakteknya hanya orang tertentu saja yang diberi hak untuk berpendapat tentang hal ini. Kira-kira begitulah contohnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kasarnya, biarpun kita sudah ahli di bidang tertentu, tetapi kalau belum ada orang yang mempercayai keahlian kita, keahlian itu manfaatnya masih belum banyak buat kita. Mungkin atas dasar inilah George MacDonald pernah mengatakan: “Dipercaya itu nilainya lebih besar ketimbang dicintai.” </span></p> <p style="margin: 15pt 15pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Berkali-kali telinga kita mendengar pengalaman para pengusaha yang bercerita tentang riwayat hidupnya. Mereka berani menyimpulkan, modal keberhasilannya adalah kepercayaan. Mereka mendapatkan uang dari orang lain yang percaya kepadanya. Lalu mereka mendapatkan produk juga dari orang lain yang percaya kepadanya. Dari modal dan produk itulah mereka mengolahnya dengan proses-proses yang terpercaya lalu lahirlah transaksi yang menguntungkan. Bank di dunia ini juga menerapakan cara kerja demikian. Mereka mendapatkan uang dari masyarakat yang percaya kepadanya. Lalu mereka kembangkan dengan sistem dan proses yang bisa dipercaya kemudian dari sinilah mereka mendapatkan untung.</span> </p> <p style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 15pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kedua</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">, </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kepercayaan akan mampu mengurangi sekian persen potensi problem dalam hubungan antarmanusia. Hubungan yang saya maksudkan di sini bisa hubungan apa saja, mungkin bisnis, mungkin profesi, rumah tangga, persahabatan dan lain-lain. Seperti yang kita alami, hubungan kita dengan orang lain itu tak hanya menjadi sumber solusi. Terkadang juga menjadi sumber problem. Problem inipun ada yang berupa kesulitan, dilema, dan misteri. Pokoknya, warna-warni problem itu bisa dikatakan tak terhitung. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Jika dicek ulang apa saja yang menjadi pemicu munculnya problem dalam hubungan, saya yakin kepercayaan termasuk salah satu faktor yang terbesar. Jika kepercayaan itu ada dalam sebuah hubungan memang tidak berarti problem akan hilang, tetapi jika kepercayaan itu sudah hilang, dipastikan akan banyak muncul problem. Problem yang diakibatkan oleh hilangnya kepercayaan ini biasanya melahirkan ketidak-efektif-an atau ketidak-efisien-an. Bisa dikatakan, kepercayaan adalah asas sebuah hubungan yang efektif dan efisien. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kalau melihat bagaimana sulitnya memimpin bangsa <st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region> dan sulitnya bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> menemukan pemimpinnya dalam mengatasi masalah bangsa ini, mungkin benar juga kata para ahli di televisi. Hilangnya “trust” telah membuat roda kepemimpinan pemerintah menjadi tidak efektif dan tidak efisien, atau kerap terganjal oleh hal-hal yang tidak penting. Bukankah sering kita lihat demo atau penolakan sebagian rakyat terhadap program pemerintah padahal secara konsepnya program itu didesain untuk rakyat? Pada kasus ini tentu bukan programnya yang ditolak tetapi rakyat selalu curiga dan tidak percaya akan munculnya “jangan-jangan” yang dikhawatirkan, misalnya korupsi atau penunggangan kepentingan individu atas undang-undang yang sah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Itulah sekilas gambaran bagaimana cara kerja kepercayaan dalam praktek hidup sehari-hari. Jika di atas ada pertanyaan mengapa kepercayaan itu perlu dibangun, maka jawabnya adalah: kepercayaan itu bukan pembawaan (traits) tetapi hasil dari pemberdayaan atau usaha (state), kepercayaan itu bukan pemberian tetapi balasan, kepercayaan itu bukan kumpulan pernyataan (talking only), tetapi kumpulan dari pembuktian (witness). </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Dalam teori hidup yang dianut Jet Li, kepercayaan itu dibangun berdasarkan struktur langkah yang berawal dari: pertama, ketuklah pintu, kedua, buatlah orang lain tahu bahwa kau datang, ketiga, buktikan siapa dirimu. Jika kau sudah berhasil membuktikan siapa dirimu, maka kau akan mudah mengubah orang dan mengubah keadaan. </span></p> <p style="text-align: justify;"> <b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Perusak Kepercayaan </span></b></p> <p style="text-align: justify;"> Ketika berbicara kepercayaan, mungkin ada dua hal yang patut diingat. </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">1. Kepercayaan itu datangnya dari orang lain tetapi alasannya dari kita. Artinya, ada dua pihak yang terlibat di sini. Karena itu sangat mungkin terjadi kasus penyimpangan. Misalnya saja, kita mempercayai orang yang tidak / belum layak dipercaya. Atau juga, kita belum / tidak dipercaya orang lain padahal kita sudah menyiapkan alasan untuk dipercaya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Meskipun teknisnya sangat mungkin muncul kasus seperti di atas, tetapi prinsipnya tidak berubah. Artinya, pada akhirnya orang akan tidak percaya sama kita kalau kita tidak memiliki alasan atau kualifikasi yang layak untuk dipercaya. Sebaliknya, kita akan tetap mendapatkan kepercayaan kalau ternyata kita memiliki bukti-bukti yang layak untuk dipercaya (meski awalnya tidak dipercaya). Prinsip ini tidak bisa berubah. Tehnis sifatnya sementara tetapi prinsip bersifat abadi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">2. Kebanyakan orang sudah mengetahui apa saja yang perlu dilakukan untuk membangun kepercayaan dan mengetahui apa saja yang perlu dihindari karena akan merusak kepercayaan orang. Tetapi sayangnya hanya sedikit orang yang mau dan mampu melakukannya. Padahal, pada akhirnya kepercayaan itu butuh pembuktian, bukan pernyataan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Sebagai penegas ulang dari apa yang sudah kita tahu, di sini saya mencatat ada tiga hal yang kerap menjadi perusak kepercayaan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; margin-left: 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">a.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Malas, setengah-setengah, ogah-ogahan (low commitment</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">) </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 11.25pt; margin-right: 15pt; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Biasanya, sebelum kita berani melanggar berbagai komitmen dengan orang lain, awalnya kita melakukan pelanggaran itu pada komitmen pribadi. Misalnya, kita punya rencana tetapi tidak kita jalankan. Kita punya target tetapi kita biarkan. Kita punya keinginan memperbaiki diri tetapi yang kita praktekkan malah merusak. Ini semua bukti adanya “gap between the world of word and the world of action” di dalam diri kita, yang merupakan buah dari komitmen yang rendah. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Menurut pengalaman Mahatma Gandhi, efek dari disiplin yang merupakan buah dari komitmen tinggi itu, tak hanya pada satu titik dalam kehidupan kita. Tetapi ia menyebar ke seluruh wilayah. Sebaliknya, efek dari ketidakdisiplinan juga menyebar ke seluruh wilayah, dari mulai hubungan kita ke dalam (intrapersonal) sampai ke hubungan kita ke luar (interpersonal). </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">b<b>. Keahlian atau kapasitas yang tidak memadai</b> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; margin-left: 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Banyak yang sepakat mengatakan, kejujuran merupakan pondasi kepercayaan. Ini pasti benar dan sama-sama sudah kita akui sebagai kebenaran. Cuma, ada satu hal yang sering kita lupakan bahwa yang membuat kita menjadi orang yang tidak jujur, bukan saja persoalan komitmen moral, tetapi juga keahlian atau kapasitas personal. Kalau Anda hanya punya pendapatan tetap sebanyak dua juta tetapi Anda harus menanggung kredit perbulan sebanyak <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:city> juta, maka Anda mendapatkan stimuli dan force yang cukup kuat untuk berbohong. Sebagian kita “terpaksa” berbohong bukan karena rusak imannya tetapi karena kapasitasnya belum sampai. Di sini yang diperlukan adalah kemampuan mengukur kadar diri (self-understanding), pengetahuan-diri (self knowledge) atau kemampuan membuat keputusan yang bagus (the right decision). </span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 5pt 15pt 5pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">c.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kebiasaan Melanggar Kebenaran </span></b></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 5pt 15pt 5pt 0.25in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Punya kebiasaan melanggar kebenaran yang disepakati agama-agama, norma-norma dan lain-lain serta punya kebiasaan mendewakan “kebenaran-sendiri” yang melawan kebenaran itu, juga bisa merusak kepercayaan. Dalam hal usaha atau kerja sering kita dapati ada orang lebih percaya sama orang lain ketimbang sama keturunannya sendiri karena pelanggaran yang dilakukan. Soal sayang, pasti orang lebih sayang sama keturunannya, tetapi soal percaya, lain lagi. Bahkan tak sedikit penjahat atau koruptor mencari orang lain yang bukan penjahat atau yang bukan koruptor ketika urusannya adalah soal kerja atau menjalankan usaha. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 15pt 7.5pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Proses Pembelajaran</span></b><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> </span></i></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 7.5pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Sebagai acuan untuk memperbaiki diri (proses pembelajaran), saya ingin mengusulkan suatu istilah yang mudah-mudahan dapat kita jadikan sebagai acuan dalam membangun kepercayaan. Istilah yang saya maksudkan itu adalah: </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">1.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kesalehan </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">2.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Keahlian </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">3.</span><span style="font-size: 7pt;"> </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Komunikasi </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kata saleh yang sudah dipakai umum di sini diambil dari bahasa Arab. Salah satu artinya adalah “yang cocok”, singkron, integrited, atau hormani. Kesalehan adalah kemampuan kita dalam menyesuaikan tindakan dengan nilai-nilai kebenaran yang kita yakini, menyesuaikan tindakan dengan ucapan, menyesuaikan bukti (aksi) dengan janji, atau menyesuaikan tindakan dengan kata hati, dan seterusnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Kenapa saya katakan kemampuan karena, tidak ada manusa yang lahir langsung soleh, menjadi orang jujur, menjadi orang yang berkomitmen tinggi, menjadi orang yang taat (discipline), dan seterusnya. Karena itu, harus ada kesadaran dari dalam untuk meningkatkan kesalehan kita dari yang paling sanggup kita lakukan. Soal bagaimana tehnisnya, itu terserah kita. Tetapi prinsipnya harus ada kesadan dan tindakan perbaikan secara bertahap. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Seperti yang saya katakan di atas, tak cukup membangun kepercayaan dengan bermodalkan komitmen moral, seperti kesalehan ini. Perlu dukungan lain, yaitu keahlian atau kapasitas, jika urusannya menyangkut kerja atau usaha. Keahlian di sini adalah kemampuan menyempurnakan pekerjaan berdasarkan standarnya. Untuk bisa memiliki kemampuan ini diperlukan tambahan pengetahuan dan pengalaman. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Pada ruang lingkup kerja dan usaha yang lebih luas, kesalehan akan bekerja untuk menyelamatkan kita dari jatuh. Sedangkan keahlian akan bekerja untuk menaikkan prestasi kita. Jika kita naik terus tetapi akhirnya jatuh, tentu ini sakit. Sebaliknya, jika kita hanya aman saja, tetapi prestasi kita tidak naik-naik, ini bisa membuat dada kita sesak. Supaya aman dan naik, kuncinya adalah kesalehan dan keahlian. Bicara kepercayaan, tentu peranan dua hal ini sangat vital. Jika kita hanya ahli tetapi tidak soleh atau soleh saja tetapi tidak ahli, kepercayaan tentunya masih kurang. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 15pt; margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Sedangkan kemampuan berkomunikasi itu kita butuhkan antara lain untuk: a) menjelaskan penyimpangan seperti dalam kasus di atas akibat kesalahpahaman, b) menjelasakan kepada orang lain tentang diri kita atau c) menyelesaikan perosalan kesepakatan yang gagal dilaksanakan karena ada masalah yang muncul. </span></p> <p style="margin: 15pt 15pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Ketiga acuan ini apabila berhasil kita jalankan berdasarkan keadaan-diri kita masing-masing, trust akan muncul. Soal tehnisnya mungkin bermacam-macam. <st1:city st="on"><st1:place st="on">Ada</st1:place></st1:city> yang mungkin tidak dipercaya lebih dulu baru kemudian dipercaya atau ada yang langsung percaya. Percayalah!</span></p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-87607977340278321842008-12-10T02:09:00.000-08:002008-12-10T02:10:13.301-08:00Membangun Kepemimpinan Hidup<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 22.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Apakah kepemimpinan itu bakat yang dibawa sejak lahir atau diciptakan melalui proses pembelajaran? Perdebatan tersebut sebenarnya sudah berakhir dengan kesimpulan bahwa seorang pemimpin harus diciptakan melalui proses pembelajaran, pelatihan, atau pendidikan. Kesimpulan itu punya dalih sangat kuat termasuk salah satunya berupa <i>The Law of Universe</i> bahwa setiap orang akan dinobatkan menjadi pemimpin terlepas ia siap atau tidak siap. Dalam kehidupan anda, yang paling hampir bisa dipastikan, anda akan menjadi pemimpin keluarga.</span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><a name="_msocom_1"></a><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Setiap orang ditakdirkan menjadi pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan pemimpin ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan, keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam posisinya sebagai bagian dari komunitas. Tidak saja negara yang diwarnai demontrasi brutal, tetapi institusi keluarga pun jika kepemimpinan tidak ditemukan, maka kesanggupannya hanya melahirkan bayi-bayi biologis tanpa warisan nilai. </span></p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Seberat apapun tugas anda sebagai pemimpin, terlepas dari formal - non formalnya atau skala besar - kecilnya, maka yang perlu anda lakukan adalah menciptakan persiapan sempurna menjelang peluang menjadi pemimpin datang. Persiapan adalah bagian dari solusi mental sebelum solusi konkrit harus anda lakukan. Bahkan seringkali peluang apapun baru bisa anda dapatkan setelah anda memiliki persiapan mental yang layak untuk menerimanya. Sayangnya bagi sebagain besar individu terkadang justru peluang yang dikejar habis-habisan sementara persiapan mental tidak dilakukan. Contoh kecil misalnya saja dalam pernikahan. Kenyataannya, faktor yang menjadi tolak ukur bagi suatu pernikahan bukanlah usia atau materi meskipun keduanya syarat mutlak, tetapi tetapi lebih itu adalah persiapan untuk menerima <i>moment </i>tersebut<i>.</i> </span></p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menyangkut masalah persiapan maka pilihan sepenuhnya berada di bawah kontrol anda; apakah anda mempersiapkan diri sebagai pemimpin atau sama sekali tidak mempersiapkannya. <i>Moment </i> tersebut akan menjemput anda dan konsekuensinya tergantung dari pilihan yang anda ciptakan. Karena kepemimpinan hidup berupa <i>achievement</i>, bukan <i>gift</i>, maka yang perlu anda persiapkan adalah melakukan perbaikan kepemimpinan dari dalam diri anda. Tentang bagaimana proses alamiah yang harus anda jalani, ikutilah beberapa langkah berikut:</span> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1.</span></b><b><span style="" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Belajar Siap Dipimpin </span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dalam hal kepemimpinan, dunia ini hanya memberikan dua pilihan antara anda dipimpin atau memimpin sesuai dengan kapabilitas, kualitas, dan kekuatan anda. Kekacauan akan segera terjadi ketika anda dipimpin tetapi melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan pemimpin atau sebaliknya.
<br />Untuk menjadi pemimpin, maka anda harus mengawalinya dengan kesiapan untuk mau dipimpin. Dalam organisasi, bawahan yang tidak siap dipimpin akan kehilangan kesempatan emas untuk mempelajari bagaimana kelak ia akan menjadi seorang pemimpin. Seluruh waktu dan energinya dihabiskan hanya untuk menciptakan reaksi-reaksi sesaat yang sia-sia. Di bidang politik seringkali terjadi kepemimpinan yang diraih dengan cara yang melupakan proses kesiapan dipimpin akan berakhir dengan cara yang sama dengan ketika ia mendapatkannya. </span></p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sebelum anda memimpin orang lain, maka wujud dari kesiapan untuk dipimpin adalah begaimana memimpin diri anda <i>(Personal Mastery).</i> Wilayah yang harus anda kuasai adalah <i>self understanding</i> (pemahaman diri) dan <i>self management</i> (pengelolaan diri) yang meliputi perangkat nilai hidup, tujuan hidup, misi hidup anda. Kedua kemampuan tersebut akan mengantarkan anda menuju pola kehidupan beradab dan efektif. Dengan kata lain, <i>self understanding</i> dan <i>self management</i> pada saat anda dipimpin akan menciptakan tradisi hidup sehat di mana fokus adalah tujuan akhir, bukan lagi egoisme posisi jangka pendek tetapi realisasi misi. Jika tujuan akhir anda adalah kemajuan dan kebahagian, maka tinggalkan tradisi "Ngerumpi" tentang begitu jelasnya kesalahan hidup yang dilakukan oleh pemimpin anda sehingga akan menjadikan anda kabur melihat sesuatu yang perlu anda lengkapi untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin. </span></p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">2.</span></b><b><span style="" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Belajar Mampu Memimpin </span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sebutan pemimpin terlepas dari perbedaan definisi, perbedaan status formal dan non-formal, perbedaan strata atau job title-nya, mengarah pada satu pemahaman sebagai sumber solusi suatu urusan. Jadi pemimpin adalah orang yang isi pikirannya berupa solusi bukan masalah yang ia rasakan. Maka syarat mutlak yang bersifat fundamental adalah memiliki paket keahlian dan paket kekuatan. Paket keahlian merujuk pada kualitas personal yang sifatnya internal mulai dari <i>skill, knowledge, attitude</i>, atau lainnya sedangkan paket kekuatan merujuk pada <i>power</i> yang bisa berbentuk kekayaan, <i>networking</i>, atau mungkin kekuatan fisik. Keahlian berguna untuk memimpin kelompok ahli sementara kekuatan berguna untuk memimpin khalayak umum.</span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kedua paket tersebut yang menjadikan pemimpin sebagai pemilik suatu urusan bukan lagi menjadi bagiannya, mulai dari urusan pribadi, khalayak, <i>system</i>, atau kiblat hidup orang banyak. Karena sebagai pemilik urusan, maka harga seorang pemimpin senilai dengan harga jumlah orang - orang
<br />yang dipimpinnya. Satu Mahatma Gandhi atau satu Soekarno nilainya sama dengan jutaan manusia yang mengkuasakan urusan kehidupan kepadanya.</span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Di dunia ini tidak ditemukan calon pemimpin yang siap pakai. Tetapi bisa diselesaikan dengan cara belajar mengembangkan diri. Pemimpin yang berhenti mengembangkan keahlian dan kekuatannya maka akan muncul fenomena di mana tantangan kepemimpinan lebih besar dari kapasitasnya
<br />sehingga akan cepat sampai pada titik di mana ia harus <i>di-disqualified-kan</i> untuk segera diganti. Mengapa? Karena semua keputusan yang dihasilkan dari kepemimpinannya ibarat bumbu ayam goreng yang hanya dipoleskan pada permukaan sehingga rasanya tidak menyeluruh atau meresap hingga ke dalam daging ayam tersebut.</span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Setiap orang tua pernah menjadi anak-anak, setiap atasan pernah menjadi bawahan tetapi tidak semua orang tua dan atasan mampu memimpin ketika ia dinobatkan menjadi pemimpin. Banyak alasan mengapa hal itu terjadi yang antara lain karena keputusan kepemimpinannya kehilangan konteks
<br />atau keahlian dan kekuatan memimpin yang digunakan sudah tidak lagi berlaku pada zamannya alias sudah kadaluwarsa. Ketika anda memimpin pahamilah isi pikiran anda ketika menjadi bawahan; ketika anda menjadi atasan jangan lantas melupakan bagaimana anda dahulu menjadi bawahan. Selain itu gunakan keahlian dan kekuatan yang masih relevan untuk kondisi saat itu.</span> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">3.</span></b><b><span style="" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Materi Kepemimpinan</span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Institusi atau organisasi apapun yang anda pimpin, termasuk kehidupan anda, membutuhkan materi yang bisa dipelajari untuk kemudian diajarkan kepada pihak yang anda pimpin. Karena semua orang sudah ditakdirkan menjadi pemimpin, maka secara pasti anda memiliki materi kepemimpinan hidup yang bisa diajarkan. Kendalanya, di manakah <i>file </i>materi hidup itu anda simpan? Filing materi yang tidak sistematik akan menyulitkan anda untuk me-recall-nya ketika materi tersebut harus anda ajarkan. Karena tidak anda temukan file-nya, maka setiap kesalahan orang yang anda pimpin akhirnya diselesaikan tergantung <i>mood</i>. </span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kenyataan membuktikan, ketika orang tua tidak menemukan <i>file </i>materi untuk diajarkan kepada putra-putrinya; ketika atasan tidak menemukan <i>file</i> materi untuk diajarkan kepada bawahannya, maka putra-putri atau bawahan anda akan diajar oleh pihak lain. Hal ini tidak menjadi masalah selama pengajaran pihak lain mendukung harapan anda, tetapi bagaimana kalau pengajarannya bertentangan seratus persen dengan nilai, keyakinan, visi, misi anda? Bukan lagi sekedar persoalan yang pantas disalahkan tetapi juga terkadang memalukan. Putra-putri perlu dididik, bukan sekedar diberi makan; bawahan perlu diberdayakan, bukan sekedar diawasi sebab anda di mata mereka adalah pemimpin yang berarti <i>"The world".</i></span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Di bidang bisnis anda pasti sudah mengenal produk perusahaan raksasa bernama Coca Cola, di mana Roberto Goizueto menjadi CEO-nya. Sebagai CEO, ia dikenal sebagai sosok yang sering menceritakan kepada bawahan mengenai bagaimana kehidupan pribadinya di masa muda bersama sang kakek yang menekankan pentingnya <i>cash flow </i>dan kesederhanaan. Begitu juga Phil Knight, CEO dan Chairman NIKE, yang selalu mengobarkan semangat kemenangan perusahaan yang dipimpinnya itu. Di bidang politik, Martin Luther yang dengan pidatonya berjudul <i>"I Have a Dream" </i>telah memobilisasi <i>power image</i> mengenai kesetaraan kulit hitam dan putih di Amerika. Noel M. Tichy dalam artikel yang diterbitkan oleh <i>The Drucker Foundation and Jossey-Bass, Inc, 1997</i>, menyebutnya dengan istilah <i>"The Power of Story Telling".</i></span> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Bagi orang tua, materi yang anda ajarkan kepada putra-putri itu punya daya akses langsung ke karakter melalui alam bawah sadar. Inilah sebenarnya makna yang harus dipahami ketika anda setuju bahwa keluarga punya peranan penting membentuk karakter anak. Terkadang anda tertipu dengan <i>rule of habit</i> yang sudah habis masa berlakunya yang mengatakan bahwa buah akan jatuh tidak jauh dari pohonnya. Padahal ada angin kencang yang membawa buah itu jatuh ke tempat yang jauh dari pohonnya. Ini berlaku juga untuk wilayah lain mulai dari bisnis, politik, pendidikan dan lain-lain. Oleh karena itu siapkan diri anda dengan materi dan file yang baik sehingga akan menghasilkan buah yang baik pula. Semoga berguna (<b>jp</b>)</span> </p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-55387013708508635422008-12-10T02:03:00.000-08:002008-12-10T02:04:27.198-08:00Mengubah Nasib<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 22.5pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Persoalan nasib masih akan tetap menjadi perdebatan sengit meski sampai hari kiamat tiba. Sebagian memahami sifatnya yang <i>passive-constant </i>dan mutlak, sementara sebagian lagi memahami sifatnya yang <i>active-dynamic</i> dan <i>changeable</i> (dapat diubah). Tidak berhenti pada titik itu saja, beberapa pertanyaan juga timbul, misalnya apakah anda diberi kebebasan untuk menciptakannya atau hanya kekuatan Tuhan lah yang memiliki hak menciptakannya. Masih banyak lagi bentuk kontroversial yang menyelimuti tentang nasib. </span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Apapun pemahaman atau pendapat anda tentang nasib maka tetap saja tidak ada jaminan kemutlakan apakah pemahaman tersebut benar atau salah, sebab untuk hal-hal tertentu memang banyak alasan yang membuat anda meyakini kebenaran dari pemahaman yang anda miliki. Dalam konteks tersebut maka menurut saya bukanlah perjuangan yang sangat penting untuk membawa persoalan pemahaman nasib ini ke meja perundingan agar bisa diciptakan pemahaman tunggal yang <i>representative,</i> karena hampir dipastikan bahwa hal itu tidak akan bisa dicapai. </span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Terlepas dari kontroversi diatas, dalam tulisan ini saya ingin mengajak anda memahami nasib dari suatu perspektif tertentu. Kalau anda menjadikan kehidupan ini sebagai materi belajar, maka cobalah memahaminya dari sudut perspektif logika: “Pilihan dan Konsekuensi”. Hal itu senada dengan watak kehidupan, seperti yang pernah ditulis oleh Jermy Kitson dalam sebuah artikelnya: <i>"Destiny is not a matter of chance, it is a matter of choice. It is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved"</i>.</span> </p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Ketentuan tentang surga dan neraka pun sebenarnya tidak lepas dari faktor memilih di mana akal, hati, perasaan, pikiran telah disedikan supaya anda menjadikannya alat untuk memilih. Kalau pilihan anda adalah berupa pemahaman bahwa nasib bersifat <i>passive-constant</i> dan sudah menjadi hak bagi kekuatan x di luar diri anda (meskipun tidak berarti benar atau salah), maka pilihan tersebut melahirkan konsekuensi berupa tanda seru yang menyuruh anda berhenti membicarakan apalagi mengubahnya.</span> </p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sebaliknya jika anda memilih untuk memahami bahwa nasib bersifat <i>active-dynamic</i> dan <i>changeable (</i>meskipun tidak berarti benar-salah), maka pilihan tersebut mempunyai konsekuensi bahwa anda diperintah untuk menemukan jawaban-jawabannya. Di sinilah sesungguhnya makna belajar terjadi . Seperti dinyatakan oleh para tokoh pengembangan diri, termasuk Charles Handy yang mengatakan: <i>“The real learning is self discovery by exploration”. </i>Belajar berarti mengubah situasi ke arah yang lebih baik berdasarkan proses kemampuan anda.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dengan memahaminya sebagai materi pembelajaran diri maka nasib adalah situasi tertentu yang terjadi secara <i>repetitive</i> akibat dari pilihan anda terhadap <i>mindset</i> (pola pikir) tertentu. Seperti anda ketahui, <i>mindset </i>adalah satu perangkat <i>software </i>yang cara kerjanya telah memberi ilham pencipta komputer atau mesin <i>fotocopy</i> di mana <i>print-out</i> atau hasil copy-an adalah bentuk fisik dari kandungan materi di dalam layar. Artinya realitas eksternal bukanlah <i>matter of real</i> tetapi lebih merupakan <i>matter of attitude</i>, atau meminjam istilah Stephen Covey, “Apa yang tampak di luar diciptakan dari apa ada yang di dalam”. Nah, berangkat dari logika tersebut, maka perubahan nasib harus dimulai dari mengubah konstruksi dan substansi <i>software </i>anda. Untuk mengubahnya pelajarilah materi hidup berikut.</span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><a name="_msocom_1"></a><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1. Kesadaran</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sampai tahun 2003 nanti berakhir, kemungkinan besar masih terdapat sembilan wilayah hidup yang dianggap sebagai wilayah berharga di mana warna-warninya ditentukan berdasarkan warna <i>mindset</i>. Kesembilan wilayah hidup tersebut antara lain: kesehatan fisik, kewibawaan professional, kemakmuran finansial, keharmonisan hubungan, ketenangan spiritual, keseimbangan mental, keharuman reputasi moral, kewibawaan kelas sosial, dan apa yang digolongkan oleh lingkungan sebagai calon penghuni surga. Kalau kaitannya dengan nasib, pertanyaan yang patut anda renungkan adalah bagaimana kesadaran anda mendifinisikan hal-hal tersebut yang secara <i>repetitive </i>terjadi di dalam hidup anda selama ini.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dalam hal keuangan, apakah anda selama ini merasakan kemakmuran atau kemelaratan? Apakah anda tipe manusia yang mudah terserang penyakit atau sebaliknya? Apakah anda seorang yang mudah mendapatkan pekerjaan atau sebaliknya? Apakah anda tipe orang yang setiap kali mengakhiri hubungan dengan konflik atau sebaliknya? Apakah anda selama ini digolongkan orang yang layak dipercaya atau sebaliknya? Apakah anda diperlakukan sebagai individu dengan kelas sosial tinggi atau sebaliknya? Apakah anda merasa selama ini orang yang sering rugi atau sebaliknya. Berilah definisi dari kedua situasi yang menyimpan perbedaan diametral tesebut. Terimalah semuanya itu dengan kesadaran tinggi apapun definisi yang anda miliki.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pertanyaan kedua dan paling mendasar bagi anda adalah mengapa keadaan tersebut berlangsung secara berulang-ulang sehingga nampak seperti kemutlakan atau pengecualian. Bahkan terkadang perubahan sekuat apapun yang dilakukan, tetap tidak menembus pada akar pokoknya. Hampir dapat dipastikasn bahwa penyebabnya adalah karena akar pokoknya bukan pada persoalan mengubah situasi eksternal melainkan meningkatkan <i>(upgrading)</i> kualitas personal. Mengapa tidak banyak orang miskin menjadi kaya, tidak banyak orang bodoh menjadi pintar, tidak banyak orang yang berkasta sosial rendah menjadi kasta kelas satu? Padahal mereka awalnya menggunakan udara yang sama untuk bernafas dengan orang kaya, orang pintar, atau orang terhormat.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Itulah kebenaran logis yang bisa anda jadikan rujukan bahwa kualitas internal menentukan situasi eksternal. Jika anda bernai jujur maka akan nampak bahwa bukan kemakmuran yang sulit anda dapatkan, tetapi karakter kemelaratan yang terus menyelimuti bahkan anda keloni. Bukan kebahagian yang tidak anda temukan, tetapi rasa nestapa dan rasa tidak memiliki harga diri yang tidak mampu anda lawan. Bukan pekerjaan yang sulit didapatkan tetapi karakter dan keyakinan penganggur yang belum sepenuhnya anda lawan. Jadi persoalannya lebih kepada <i>“how do you feel about youself?”</i>. Dan itulah <i>“the mindset”,</i> yang perubahannya menjadi awal dari perubahan nasib. </span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">2. Kepemilikan</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kesadaran bahwa anda sudah memiliki definisi tertentu tentang nasib anda baru berupa angka nol tetapi tidak berarti sia-sia, karena dari angka tersebut semua hitungan dimulai. Untuk mengubah nasib anda ke arah yang lebih baik, anda masih membutuhkan angka satu, dua, dan tiga. Dan sekali lagi jangan lupa, perubahan tersebut harus dimulai dari dalam bukan dari perubahan konstruksi keadaan di luar. Langkah anda mengubah situasi eksternal bisa jadi hanya mampu mengubah format situasi tetapi ujung-ujungnya kembali lagi pada pola nasib anda semula.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Angka satu yang anda butuhkan adalah merebut kepemilikan hidup. Kepemilikian adalah <i>full responsibility and ownership.</i> Andalah yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup karena andalah yang memilikinya. Jika kepemilikan tidak pernah terjadi pada anda maka kemungkinan besar karena anda menggunakan naskah hidup orang lain atau anda menyerahkan naskah tersebut kepada orang lain. Hal itu menyebabkan muatan <i>mindset</i> anda adalah anda bisa berubah kalau lingkungan atau ada orang lain mengubah anda. Praktek yang sering terjadi adalah berupa penudingan kepada pihak lain atas sesuatu yang menimpa anda, meskipun bisa jadi benar, tetapi jika anda telaah secara cermat dan jujur pernahkah penudingan tersebut berhasil mengubah kehidupan anda ke arah yang lebih baik?</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Penudingan atau <i>blaming others</i> sama artinya dengan memberi peluang kepada pihak lain untuk mengontrol kehidupan anda. Oleh karena itu amatlah penting bagi anda untuk segera menjadi <i>master </i>bagi kehidupan pada saat anda mulai merebut tanggung jawab hidup. Dari sinilah perubahan akan dimuali. Begitu sudah tertanam rasa tanggung jawab yang penuh atas hidup anda, maka kekuatan yang muncul berupa kekuatan untuk menciptakan situasi tertentu bukan kekuatan untuk membiarkan situasi terjadi. Penyebab yang paling dominan mengapa nasib buruk bisa terjadi secara berulangkali adalah karena anda membiarkan situasi tersebut terjadi dan telah masuk ke dalam sistem keyakinan anda bahwa bukan menjadi tanggung jawab anda untuk mengubahnya.</span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">3. Kristalisasi</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Seperti apakah perubahan nasib yang anda kehendaki jika anda telah menerima definisinya dan bertanggung jawab penuh untuk menciptakan perubahannya? Perubahan bukanlah tempat di mana anda akan menginjakkan kaki terakhir atau <i>Island of end</i>, tetapi lebih merupakan <i>manner of traveling</i>. Sama juga dengan kesuksesan hidup bahwa ia bukanlah <i>destination</i>, akan tetapi <i>the process of how</i>. Karena berupa <i>quality of process,</i> maka jangan sampai anda masuk ke dalam perangkap utopis yang menawarkan kata-kata ‘nanti’. Anda dibujuk untuk merencanakan perubahan setelah anda sukses atau tiba di <i>island of end</i> yang berarti tidak akan pernah terjadi. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Merubah situasi hidup identik dengan mengubah naskah hidup dan harus mulai anda lakukan dengan melawan paradigma ‘nanti’ sebagai pertanda bahwa anda tidak menunggu perubahan eksternal terjadi. Awalilah perubahan dengan mulai menulis naskah hidup kedua di atas kertas sejarah dengan tinta imajinasi dan
<br />cat visualisasi. Naskah yang sudah anda pinjamkan kepada orang lain anggaplah sudah menjadi sejarah yang berarti pelajaran tetapi jangan sampai anda menjadi terbelenggu oleh keberadaannya. Anda membutuhkan imajinasi dan visualisasi mental tentang format perubahan nasib yang anda kehendaki. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Jika anda bertanya anugerah Tuhan yang jarang dimanfaatkan oleh bangsa dunia yang berkasta rendah, maka jawabnya adalah imajinasi dan visualisasi kreatif, meskipun dipersembahkan secara gratis. Akibatnya terciptalah tradisi yang menghargai tahayul ‘jangan-jangan’ ketimbang keberanian mengambil resiko; menghargai pasrah terhadap situasi ketimbang bereksplorasi. Padahal seluruh kemajuan membutuhkan perubahan, meskipun tidak semua perubahan melahirkan kemajuan.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sekarang jika anda sudah tidak menemukan alasan lain untuk menafikan kebenaran bahwa semua kreasi manusia di alam ini diciptakan pertama kali oleh imajinasi mental mulai dari model kursi duduk sampai pesawat tempur, nah begitu juga dengan model perubahan yang ingin anda wujudkan. Kristalisasi mental adalah proses di mana anda menggunakan potensi imajinasi atau visualisasi tentang anda secara bayangan sampai ke tingkat mengkristal ke dalam karakter. Imajinasi adalah apa yang anda inginkan untuk terjadi, <i>“the wanting to”,</i> bukan apa yang anda miliki saat ini, <i>“the fear from”.</i> Jangan hidup di dalam sejarah dan di dalam realitas jika perubahan nasib menjadi agenda anda, tapi hiduplah dengan imajinasi anda untuk mengubah sejarah dan realitas.</span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pemaparan diatas mungkin tidak lengkap dan masih tersedia cara-cara lain untuk bisa merubah nasib anda. Satu hal yang pasti adalah: Segeralah miliki kendali hidup diri anda sendiri. Jangan pernah menunggu orang lain merubahnya dan cobalah memulai semua itu sekarang juga. Semoga berguna.</span> </p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-71313033766292672492008-12-10T01:50:00.000-08:002008-12-10T01:51:06.217-08:00Memupuk Rasa Percaya Diri<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyTextIndent, li.MsoBodyTextIndent, div.MsoBodyTextIndent {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:738134952; mso-list-template-ids:-907894970;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l1 {mso-list-id:1200782715; mso-list-template-ids:1351769200;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l2 {mso-list-id:1294211068; mso-list-template-ids:-1687810772;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} @list l3 {mso-list-id:1518230766; mso-list-template-ids:-779082006;} @list l3:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:.5in; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; mso-ansi-font-size:10.0pt; font-family:Symbol;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 22.5pt 30pt 5pt 18.75pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari "tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Saya yakin hampir setiap orang pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Ruang konseling di website inipun banyak diwarnai dengan pertanyaan seputar kasus-kasus yang berhubungan dengan krisis kepercayaan diri tersebut. Sudah tentu, hilangnya rasa percaya diri menjadi sesuatu yang amat mengganggu, terlebih ketika dihadapkan pada tantangan atau pun situasi baru. Individu sering berkata pada diri sendiri, “dulu saya tidak penakut seperti ini....kenapa sekarang jadi begini ?” ada juga yang berkata: "kok saya tidak seperti dia,...yang selalu percaya diri...rasanya selalu saja ada yang kurang dari diri saya...saya malu menjadi diri saya!”</span> </p> <p style="margin: 22.5pt 11.25pt 5pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menyikapi kondisi seperti tersebut diatas maka akan muncul pertanyaan dalam benak kita: mengapa rasa percaya diri begitu penting dalam kehidupan individu. Lalu apakah kurangnya rasa percaya diri dapat diperbaiki sehingga tidak menghambat perkembangan individu dalam menjalankan tugas sehari-hari maupun dalam hubungan interpersonal. Jika memang rasa kurnag percaya diri dapat diperbaiki, langkah-langkah apakah yang harus dilakukan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan saya jawab dalam artikel ini.</span> </p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Kepercayaan Diri</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 4.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. </span></p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 13.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik</span></b> </p> <p style="margin: 5pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang percaya diri</span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Beberapa ciri atau karakteristik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, diantaranya adalah :</span> </p> <ul style="margin-top: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain – berani menjadi diri sendiri </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Punya pengendalian diri yang baik (tidak <i>moody</i> dan emosinya stabil) </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Memiliki <i>internal locus of control</i> (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain) </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, ornag lain dan situasi di luar dirinya </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi. </span></li></ul> <p style="margin: 5pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Karakteristik atau ciri-ciri Individu yang kurang percaya diri</span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Beberapa ciri atau karakteristik individu yang kurang percaya diri, diantaranya adalah:</span> </p> <ul style="margin-top: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menyimpan rasa takut/kekhawatiran terhadap penolakan </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan dir) dan memandang rendah kemampuan diri sendiri – namun di lain pihak memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena <i>undervalue</i> diri sendiri) </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Selalu menempatkan/memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai dirinya tidak mampu </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mempunyai <i>external locus of control</i> (mudah menyerah pada nasib, sangattergantung pada keadaan dan pengakuan/penerimaan serta bantuan orang lain) </span></li></ul> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 13.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS";">Perkembangan Rasa Percaya Diri </span></b> </p> <p style="margin: 4.5pt 11.25pt 4.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pola Asuh</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini, dalam kehidupan bersama orangtua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, namun faktor pola asuh dan interaksi di usia dini, merupakan faktor yang amat mendasar bagi pembentukan rasa percaya diri.Sikap orangtua, akan diterima oleh anak sesuai dengan persepsinya pada saat itu. orangtua yang menunjukkan kasih, perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang serta kelekatan emosional yang tulus dengan anak, akan membangkitkan rasa percara diri pada anak tersebut. Anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan bernilai di mata orangtuanya. Dan, meskipun ia melakukan kesalahan, dari sikap orangtua anak melihat bahwa dirinya tetaplah dihargai dan dikasihi. Anak dicintai dan dihargai bukan tergantung pada prestasi atau perbuatan baiknya, namun karena eksisitensinya. Di kemudian hari anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang mampu menilai positif dirinya dan mempunyai harapan yang realistik terhadap diri – seperti orangtuanya meletakkan harapan realistik terhadap dirinya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Lain halnya dengan orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anak, atau suka mengkritik, sering memarahi anak namun kalau anak berbuat baik tidak pernah dipuji, tidak pernah puas dengan hasil yang dicapai oleh anak, atau pun seolah menunjukkan ketidakpercayaan mereka pada kemampuan dan kemandirian anak dengan sikap <i>overprotective</i> yang makin meningkatkan ketergantungan. Tindakan overprotective orangtua, menghambat perkembangan kepercayaan diri pada anak karena anak tidak belajar mengatasi problem dan tantangannya sendiri – segala sesuatu disediakan dan dibantu orangtua. Anak akan merasa, bahwa dirinya buruk, lemah, tidak dicintai, tidak dibutuhkan, selalu gagal, tidak pernah menyenangkan dan membahagiakan orangtua. Anak akan merasa rendah diri di mata saudara kandungnya yang lain atau di hadapan teman-temannya.</span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menurut para psikolog, orangtua dan masyarakat seringkali meletakkan standar dan harapan yang kurang realistik terhadap seorang anak atau pun individu. Sikap suka membanding-bandingkan anak, mempergunjingkan kelemahan anak, atau pun membicarakan kelebihan anak lain di depan anak sendiri, tanpa sadar menjatuhkan harga diri anak-anak tersebut. Selain itu, tanpa sadar masyarakat sering menciptakan trend yang dijadikan standar patokan sebuah prestasi atau pun penerimaan sosial. Contoh kasus yang riil pernah terjadi di tanah air, ketika seorang anak bunuh diri gara-gara dirinya tidak diterima masuk di jurusan A1 (IPA), meski dia sudah bersekolah di tempat yang elit; rupanya sang orangtua mengharap anaknya diterima di A1 atau paling tidak A2, agar kelak bisa menjadi dokter. Atau, orangtua yang memaksakan anaknya ikut les ini dan itu, hanya karena anak-anak lainnya pun demikian. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Situasi ini pada akhirnya mendorong anak tumbuh menjadi individu yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya, karena di masa lalu (bahkan hingga kini), setiap orang mengharapkan dirinya menjadi seseorang yang bukan dirinya sendiri. Dengan kata lain, memenuhi harapan sosial. Akhirnya, anak tumbuh menjadi individu yang punya pola pikir : bahwa untuk bisa diterima, dihargai, dicintai, dan diakui, harus menyenangkan orang lain dan mengikuti keinginan mereka. Pada saat individu tersebut ditantang untuk menjadi diri sendiri – mereka tidak punya keberanian untuk melakukannya. Rasa percaya dirinya begitu lemah, sementara ketakutannya terlalu besar.</span> </p> <p style="margin: 9pt 11.25pt 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Pola Pikir Negatif</span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dalam hidup bermasyarakat, setiap individu mengalami berbagai masalah, kejadian, bertemu orang-orang baru, dsb. Reaksi individu terhadap seseorang atau pun sebuah peristiwa, amat dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Ia tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua negativisme itu berasal. Pola pikir individu yang kurang percaya diri, bercirikan antara lain:</span> </p> <ul style="margin-top: 0in;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menekankan keharusan-keharusan pada diri sendiri (“saya harus bisa begini...saya harus bisa begitu”). Ketika gagal, individu tersebut merasa seluruh hidup dan masa depannya hancur. </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Cara berpikir totalitas dan dualisme : “kalau saya sampai gagal, berarti saya memang jelek” </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pesimistik yang futuristik : satu saja kegagalan kecil, individu tersebut sudah merasa tidak akan berhasil meraih cita-citanya di masa depan. Misalnya, mendapat nilai C pada salah satu mata kuliah, langsung berpikir dirinya tidak akan lulus sarjana. </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Tidak kritis dan selektif terhadap self-criticism : suka mengkritik diri sendiri dan percaya bahwa dirinya memang pantas dikritik. </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Labeling : mudah menyalahkan diri sendiri dan memberikan sebutan-sebutan negatif, seperti “saya memang bodoh”...”saya ditakdirkan untuk jadi orang susah”, dsb.... </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sulit menerima pujian atau pun hal-hal positif dari orang lain : ketika orang memuji secara tulus, individu langsung merasa tidak enak dan menolak mentah-mentah pujiannya. Ketika diberi kesempatan dan kepercayaan untuk menerima tugas atau peran yang penting, individu tersebut langsung menolak dengan alasan tidak pantas dan tidak layak untuk menerimanya. </span></li><li class="MsoNormal" style="margin-top: 3pt; margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Suka mengecilkan arti keberhasilan diri sendiri : senang mengingat dan bahkan membesar-besarkan kesalahan yang dibuat, namun mengecilkan keberhasilan yang pernah diraih. Satu kesalahan kecil, membuat individu langsung merasa menjadi orang tidak berguna. </span></li></ul> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 13.5pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 11pt; font-family: "Trebuchet MS";">Memupuk Rasa Percaya Diri </span></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang proporsional maka individu harus memulainya dari dalam diri sendiri. Hal ini sangat penting mengingat bahwa hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang sedang dialaminya. Beberapa saran berikut mungkin layak menjadi pertimbangkan jika anda sedang mengalami krisis kepercayaan diri. </span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Evaluasi diri secara obyektif</span></i></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Belajar menilai diri secara obyektif dan jujur. Susunlah daftar “kekayaan” pribadi, seperti prestasi yang pernah diraih, sifat-sifat positif, potensi diri baik yang sudah diaktualisasikan maupun yang belum, keahlian yang dimiliki, serta kesempatan atau pun sarana yang mendukung kemajuan diri. Sadari semua asset-asset berharga Anda dan temukan asset yang belum dikembangkan. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi perkembangan diri Anda, seperti : pola berpikir yang keliru, niat dan motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya ketekunan dan kesabaran, tergantung pada bantuan orang lain, atau pun sebab-sebab eksternal lain. Hasil analisa dan pemetaan terhadap SWOT <i>(Strengths, Weaknesses, Obstacles and Threats)</i> diri, kemudian digunakan untuk membuat dan menerapkan strategi pengembangan diri yang lebih realistik.</span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">2.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Beri penghargaan yang jujur terhadap diri</span></i></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Sadari dan hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang anda miliki. Ingatlah bahwa semua itu didapat melalui proses belajar, berevolusi dan transformasi diri sejak dahulu hingga kini. Mengabaikan/meremehkan satu saja prestasi yang pernah diraih, berarti mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu Anda menemukan jalan yang tepat menuju masa depan. Ketidakmampuan menghargai diri sendiri, mendorong munculnya keinginan yang tidak realistik dan berlebihan; contoh: ingin cepat kaya, ingin cantik, populer, mendapat jabatan penting dengan segala cara. Jika ditelaah lebih lanjut semua itu sebenarnya bersumber dari rasa rendah diri yang kronis, penolakan terhadap diri sendiri, ketidakmampuan menghargai diri sendiri – hingga berusaha mati-matian menutupi keaslian diri.</span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">3.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Positive thinking</span></i></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Cobalah memerangi setiap asumsi, prasangka atau persepsi negatif yang muncul dalam benak Anda. Anda bisa katakan pada diri sendiri, bahwa <i>nobody’s perfect</i> dan <i>it’s okay if I made a mistake</i>. Jangan biarkan pikiran negatif berlarut-larut karena tanpa sadar pikiran itu akan terus berakar, bercabang dan berdaun. Semakin besar dan menyebar, makin sulit dikendalikan dan dipotong. <i>Jangan biarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan perasaan Anda. Hati-hatilah agar masa depan Anda tidak rusak karena keputusan keliru yang dihasilkan oleh pikiran keliru.</i> Jika pikiran itu muncul, cobalah menuliskannya untuk kemudian di re-view kembali secara logis dan rasional. Pada umumnya, orang lebih bisa melihat bahwa pikiran itu ternyata tidak benar.</span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">4.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Gunakan self-affirmation</span></i></b> </p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Untuk memerangi <i>negative thinking</i>, gunakan <i>self-affirmation</i> yaitu berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri. Contohnya: </span></p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 3pt 11.25pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Saya pasti bisa !!</span> </p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 3pt 11.25pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Saya adalah penentu dari hidup saya sendiri. Tidak ada orang yang boleh menentukan hidup saya !</span> </p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 3pt 11.25pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Saya bisa belajar dari kesalahan ini. Kesalahan ini sungguh menjadi pelajaran yang sangat berharga karena membantu saya memahami tantangan</span> </p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 3pt 11.25pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sayalah yang memegang kendali hidup ini</span> </p> <p class="MsoBodyTextIndent" style="margin: 3pt 11.25pt 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 10pt; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Saya bangga pada diri sendiri</span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">5.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berani mengambil resiko</span></i></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Berdasarkan pemahaman diri yang obyektif, Anda bisa memprediksi resiko setiap tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Anda tidak perlu menghindari setiap resiko, melainkan lebih menggunakan strategi-strategi untuk menghindari, mencegah atau pun mengatasi resikonya. Contohnya, Anda tidak perlu menyenangkan orang lain untuk menghindari resiko ditolak. Jika Anda ingin mengembangkan diri sendiri (bukan diri seperti yang diharapkan orang lain), pasti ada resiko dan tantangannya. Namun, lebih buruk berdiam diri dan tidak berbuat apa-apa daripada maju bertumbuh dengan mengambil resiko. Ingat: <b><i>No Risk, No Gain.</i></b></span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">6.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan</span></i></b> </p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Ada pepatah mengatakan yang mengatakan orang yang paling menderita hidupnya adalah orang yang tidak bisa bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah diterimanya dalam hidup. Artinya, individu tersebut tidak pernah berusaha melihat segala sesuatu dari kaca mata positif. Bahkan kehidupan yang dijalaninya selama ini pun tidak dilihat sebagai pemberian dari Tuhan. Akibatnya, ia tidak bisa bersyukur atas semua berkat, kekayaan, kelimpahan, prestasi, pekerjaan, kemampuan, keahlian, uang, keberhasilan, kegagalan, kesulitan serta berbagai pengalaman hidupnya. Ia adalah ibarat orang yang selalu melihat matahari tenggelam, tidak pernah melihat matahari terbit. Hidupnya dipenuhi dengan keluhan, rasa marah, iri hati dan dengki, kecemburuan, kekecewaan, kekesalan, kepahitan dan keputusasaan. Dengan “beban” seperti itu, bagaimana individu itu bisa menikmati hidup dan melihat hal-hal baik yang terjadi dalam hidupnya? Tidak heran jika dirinya dihinggapi rasa kurang percaya diri yang kronis, karena selalu membandingkan dirinya dengan orang-orang yang membuat “cemburu” hatinya. Oleh sebab itu, belajarlah bersyukur atas apapun yang Anda alami dan percayalah bahwa Tuhan pasti menginginkan yang terbaik untuk hidup Anda.</span> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">7.</span></i></b><span lang="IN"> </span><b><i><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Menetapkan tujuan yang realistik</span></i></b><b><i><span style="font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></i></b></p> <p style="margin-right: 11.25pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Anda perlu mengevaluasi tujuan-tujuan yang Anda tetapkan selama ini, dalam arti apakah tujuan tersebut sudah realistik atau tidak. Dengan menerapkan tujuan yang lebih realistik, maka akan memudahkan anda dalam mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian anda akan menjadi lebih percaya diri dalam mengambil langkah, tindakan dan keputusan dalam mencapai masa depan, sambil mencegah terjadinya resiko yang tidak diinginkan.</span> </p> <p style="margin: 13.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Mungkin masih ada beberapa cara lain yang efektif untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Jika anda dapat melakukan beberapa hal serpti yang disarankan di atas, niscaya anada akan terbebas dari krisis kepercayaan diri. Namun demikian satu hal perlu diingat baik-baik adalah jangan sampai anda mengalami <b><i>over confidence atau rasa percaya diri yang berlebih-lebihan/overdosis. </i></b>Rasa percaya diri yang overdosis bukanlah menggambar kondisi kejiwaan yang sehat karena hal tersebut merupakan rasa percaya diri yang bersifat semu.</span></p> <p style="margin: 7.5pt 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada, namun lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orangtua dan masyarakat (sosial), hingga tanpa sadar melandasi motivasi individu untuk “harus” menjadi orang sukses. Selain itu, persepsi yang keliru pun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini pun bisa didapat dari lingkungan di mana individu di besarkan, dari teman-teman <i>(peer group)</i> atau dari dirinya sendiri (konsep diri yang tidak sehat). Contohnya, seorang anak yang sejak lahir ditanamkan oleh orangtua, bahwa dirinya adalah spesial, istimewa, pandai, pasti akan menjadi orang sukses, dsb – namun dalam perjalanan waktu anak itu sendiri tidak pernah punya <i>track record of success</i> yang riil dan <i>original </i>(atas dasar usahanya sendiri). Akibatnya, anak tersebut tumbuh menjadi seorang manipulator dan dan otoriter – memperalat, menguasai dan mengendalikan orang lain untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Rasa percaya diri pada individu seperti itu tidaklah didasarkan oleh <i>real competence</i>, tapi lebih pada faktor-faktor pendukung eksternal, seperti kekayaan, jabatan, koneksi, relasi, <i>back up power</i> keluarga, nama besar orangtua, dsb. Jadi, jika semua atribut itu ditanggalkan, maka sang individu tersebut bukan siapa-siapa. (<b>jp</b>)</span> </p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-72686921608611455012008-12-10T01:10:00.000-08:002008-12-10T01:14:05.636-08:00Disiplin<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 26.25pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral (Sukadji, 1988). Di dalam keluarga pendidikan disiplin dapat diartikan sebagai metode bimbingan orang tua agar anaknya mematuhi bimbingan tersebut. </span></p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Setiap orangtua pasti berusaha untuk mengaja</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">rkan</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> disiplin kepada anak-anaknya, dengan menanamkan perilaku yang dianggap baik dan menghindari perilaku yang dianggap tidak baik. Hal ini memang akan lebih mudah dilakukan jika anak sebagai seorang individu mematuhi kemauan orang tuanya. Namun demikian</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">, tujuan</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> utama dari disiplin bukanlah hanya s</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">e</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">kedar menuruti perintah atau aturan saja. Patuh terhadap perintah dan aturan merupakan bentuk disiplin jangka pendek. Sedangkan tujuan pen</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">didikan</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> di</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">s</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">iplin</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";"> adalah agar setiap individu memiliki </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">disiplin jangka panjang, yaitu disiplin yang tidak hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan atau otoritas, tetapi </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">lebih kepada pengembangan kemampuan untuk men</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">disiplinkan diri </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">sendiri </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">sebagai </span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">salah satu ciri kedewasaan individu</span><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">. <span style="color: black;">Kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap hak dan keingian orang lain, dan mau mengambil bagian dalam memikul tanggung jawab sosial secara manusiawi. </span>Hal inilah yang sesunguhnya menjadi hakekat dari disiplin.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">Hukuman</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pembentukan disiplin diri merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu pendidikan disiplin pertama-tama sudah dimulai dari keluarga (orangtua). Dalam kehidupan masyarakat secara umum, metode yang paling sering digunakan untuk mendisiplinkan warganya adalah dengan pemberian hukuman. Hal yang sama dilakukan juga oleh sebagian besar orangtua atau pun guru dalam mendidik anak-anak atau murid-murid. Kerugiannya adalah disiplin yang tercipta merupakan disiplin jangka pendek, artinya anak hanya menurutinya sebagai tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta disiplin diri pada mereka. Hal tersebut disebabkan karena dengan hukuman anak lebih banyak mengingat hal-hal negatif yang tidak boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang seharusnya dilakukan.</span></p> <p style="margin: 4.5pt 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah perasaan tidak nyaman pada anak karena harus menanggung hukuman yang diberikan orangtuanya jika ia melanggar batasan yang ditetapkan. Tidak mengherankan jika banyak anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu adalah identik dengan penderitaan. Persepsi tersebut bukan hanya terjadi pada anak-anak tetapi juga seringkali dialami oleh orangtua mereka. Akibatnya tidak sedikit orangtua membiarkan anak-anak "bahagia" tanpa disiplin. Tentu saja hal ini merupakan suatu kekeliruan besar, karena di masa-masa perkembangan berikutnya maka individu tersebut akan mengalami berbagai masalah dan kebingungan karena tidak mengenal aturan bagi dirinya sendiri.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 9pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">Beberapa Saran</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Walaupun dalam merespon perilaku setiap individu akan memiliki cara-cara berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada beberapa hal pokok yang dapat diacu sebagai dasar merespon setiap perilaku dalam rangka pendidikan disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut.</span></p> <p style="text-align: justify;"> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">a.</span></b> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">Berkelanjutan</span> </b></p> <p style="text-align: justify;"> <span style="" lang="IN">Pendidikan merupakan suatu proses berkelanjutan, artinya disiplin tidak hanya diberikan setelah anak masuk sekolah atau setelah masa remaja, tetapi harus sudah dilatih sejak anak baru dilahirkan ke dunia ini. Sejak anak membutuhkan kedekatan dengan orang dewasa, membutuhkan kasih sayang orang dewasa. Orang tua dapat memulai mendidik disiplin dengan menunjukan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang jelek. Sebagai contoh agar anak dapat disiplin dalam buang air, maka orang tua harus secara berkelanjutan dan konsisten dalam membersihkan dan mengganti pakaian sang bayi, ia di kenalkan pada situasi yang menyenangkan dan tahu apa yang harus dilakukan dengan semestinya sejak dini. Dengan perlakuan orang tua yang demikian akan meringankan tugas pada masa berikutnya karena anaknya tidak akan mengenal <i>ngompol</i>. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Selain itu pendidikan disiplin tidak hanya ditekankan pada waktu anak membuat perilaku yang tidak diinginkan atau pada waktu anak gagal mencapai harapan orang tua. Perilaku-perilaku yang diinginkanpun perlu (meski tidak harus terus-menerus), mendapatkan pengakuan, persetujuan atau penghargaan. Jika anak sejak bayi telah dilatih untuk berdisiplin maka pada masa remaja ia akan memiliki disiplin diri yang cukup sehigga akan mampu menahan segala godaan yang datang dari teman maupun lingkungan sekitarnya.</span> </p> <p style="text-align: justify;"> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">b.</span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Autoritatif</span></b><span lang="IN"> </span></p> <p style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pendidikan disiplin sebaiknya tidak dilakukan dengan cara yang terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu memperbolehkan semuanya (permisif). Cara yang tepat dalam pendidikan disiplin bagi remaja disebut dengan istilah moderatnya autoritatif : fleksibel, tetapi bila perlu tegas. Dalam menerapkan cara disiplin yang permisif (dapat dikatakan sebagai mendidik tanpa disiplin) cenderung menghasilkan anak remaja yang manja, semena-mena, anti sosial dan cenderung agresif. Sebaliknya, disiplin yang keras yang terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Hal ini dapat membuat remaja menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif bahkan ada pula yang pada akhirnya melampiaskan kemarahannya pada orang lain. Hubungan dengan lingkungan sosial akan lebih berorientasi kepada kekuasaan dan ketakutam. Siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak hatinya. Sedangkan yang tidak berkuasa menjadi tunduk. Ada pula yang menimbulkan pembelotan, hal ini terjadi terutama bila larangan-larangan yang bersangsi hukuman tidak diimbangi dengan alternatif (cara) lain untuk memenuhi kebutuhan yang mendasar. Cotoh: remaja dilarang untuk keluar bermain, tetapi di dalam rumah ia tidak melakukan apa-apa dan tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya karena kesibukan mereka.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;"><o:p> </o:p></span></b></p> <p style="text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">c. Beri Batas-Batas yang Jelas <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Batas-batas tentang boleh atau tidak boleh haruslah jelas, misalnya kapan anak boleh bermain, dimana dan dengan siapa sehingga anak tidak menganggu orang lain dan menghindarkan anak dari kecelakaan. Sejak masa kanak-kanak orangtua harus sudah memberikan batasan-batasan tersebut. Misalnya: anak boleh mengambarkan dengan pensil warna dikertas-kertas, dipapan yang telah ditentukan, tetapi tidak boleh di buku pelajaran kakaknya, buku ayah atau ibu, dan tidak boleh menggambar di tembok.</span> </p> <p style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Penting bagi orangtua untuk mengingat bahwa batasan dan fasilitas yang diberikan oleh orang tua, hendaknya memenuhi kriteria tertentu: diperlukan, masuk akal, diberikan dengan penuh ketulusan dan kebaikan hati, dan secara konsisten sesuai kematangan anak. Fasilitas dianggap diperlukan bila anak dapat mencapai kemajuan yang lebih baik jika adanya fasilitas tersebut. Batas dan fasilitas dianggap masuk akal bila memenuhi pertimbangan kesehatan dan keadilan. Kebaikan hati adalah keinginan dalam memenuhi kebutuhan anak untuk berkembang seoptimal mungkin tanpa melampaui kemampuan anak mengontrol diri. Fasilitas yang konsisten dengan kematangan umum anak berarti tergantung pada perkembangan kecerdasan dan kematangan anak. Makin berkembang kematangan anak akan makin dapat diperluas batas-batas dan fasilitas. Dengan kata lain pada remaja luasnya batas tersebut sangatlah ditentukan kematangan yang telah dicapai oleh remaja tersebut.</span><span lang="IN"> </span></p> <p style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p style="text-align: justify;"> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">d.</span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Konsisten & Fleksibel </span></b> </p> <p style="text-align: justify;"> <span style="" lang="IN">Setelah batas-batas ditentukan, maka orangtua harus mengupaya kesepakatan dengan anaknya untuk saling mematuhi apa yang telah ditentukan. Walau demikian, batas-batas yang ditentukan ini harus terus direvisi sesuai dengan perkembangan anak dan anak telah mencapai remaja maka penentuannya harus mengikut sertakan masukan dari remaja. Dengan cara tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk lebih cepat mengembangkan tanggung jawab atas disiplin diri. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-top: 4.5pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Meski batas-batas telah ditetukan ada kalanya keadaan memaksa dan batas tersebut terpaksa dilanggar. Dalam kondisi ini orangtua perlu segera memberitahu dan menjelaskan pada remaja bahwa keadaan tersebut dapat dipahami dan diterima oleh orangtua namun bukan berarti bahwa batasan yang telah ditentukan tidak berlaku lagi. Sikap dan komunikasi orangtua semacam ini akan dapat mengurangi rasa berdosa, penyesalan bahkan rasa sakit hati yang tidak diperlukan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">e.</span> </b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Menjelaskan Secara Lengkap </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Terkadang seorang anak berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan orangtua dengan alasan karena ia tidak tahu. Untuk mengatasi hal tersebut maka orangtua sangat perlu untuk mengupgrade diri sehingga mampu menjelaskan secara lengkap apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, mengapa hal itu boleh/tidak, apa dampaknya jika dilakukan/tidak dilakukan, dsb. Jangan lah menganggap bahwa anak selalu mempunyai pertimbangan sematang orangtua (meski harus diakui ada remaja yang jauh lebih matang cara pandang/pikir dari orangtuanya). Kesalahan yang seringkali dilakukan orangtua adalah terlalu menganggap anaknya sudah mampu untuk mempertimbangkan segala sesuatu. Apalagi pada masa remaja, sang anak cenderung terlihat sangat mandiri. Banyak orangtua yang lupa bahwa anak remajanya masih membutuhkan penjelasan dan bimbingan dari orangtua, meski mereka terlihat enggan untuk mengakuinya. Dalam hal ini, justru orangtua lah yang seharusnya segera sadar dan mempertimbangkan bahwa anaknya masih belum tahu dan sesegera mungkin mengajarkan hal-hal tersebut kepada remaja tersebut. Bukankah orangtua yang seharusnya lebih memahami anak-anaknya secara rinci.</span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">f.</span> </b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";">Berlatih</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Orangtua hendaknya mengarahkan anak untuk mengembangkan pola-pola kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut harus sudah dilatih terus-menerus sejak usia dini, misalnya anak dibiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mematuhi jadwal belajar dan bermain, tidur dan bangun pagi secara teratur, dsb. Hal ini perlu, sebab setiap kebiasaan dan pola perilaku yang terbentuk pada masa kanak-kanak akan banyak mempengaruhi kebiasaannya kelak ketika dia dewasa.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">g.</span></b> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Hukuman </span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Hukuman yang mendidik adalah hukuman yang menyadarkan pihak yang bersalah dalam hal ini remaja, bahwa hal yang baru saja terjadi hendaknya tidak diulangi karena hal tersebut tidak disetujui orang tua. Hukuman haruslah dipandang sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar batasan-batasan yang ditetapkan. Hukuman tidak harus selalu menyakitkan, dan jangan dijadikan sebagai luapan kemarahan atau penyakuran emosi dari si penghukum (orangtua). Jika harus memberikan hukuman, hukumlah anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak tentang hukuman tersebut. Hukuman yang terlalu berat akan mengakibatkan anak mendendam, dan bila ia tidak dapat membalaskan dendamnya akan terjadi pengalihan dalam bentuk kekerasan terhadap orang lain (tawuran) dan vandalism (mis. Coret-coret, merusak properti orang lain). Penting diperhatikan dalam pemberian hukuman adalah penjelasan mengapa anak terpaksa dihukum, hukuman harus dilakukan segera setelah perilaku terjadi, dan jangan melakukan hukuman fisik, seperti memukul atau menampar,dsb, terhadap anak-anak.</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p style="margin: 6pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;">h.</span></b> <b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS"; color: black;" lang="IN">Komunikasi </span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="" lang="IN">Dalam kenyataan sehari-hari, banyak masalah yang berhubungan dengan disiplin sebenarnya dapat diselesaikan dengan menggunakan komunikasi timbal balik yang efektif antara anak dan orangtua. Dalam hal ini cara-cara berkomunikasi akan memegang peranan penting dalam pembentukan disiplin. Komunikasi dalam bentuk sindiran, hinaan, merendahkan harga diri orang lain hendaknya digunakan seminimal mungkin, bahkan harus dihindari sama sekali. Anak dan remaja sangatlah peka terhadap hal ini, dan dapat sakit hati karenannya. Jika cara-cara tersebut yang digunakan untuk mendisiplinkan anak, cara-cara demikian akan cenderung ditiru dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang lain yang akibatnya dapat merugikan diri sang anak maupun orang lain. <span style="color: black;">(<b>jp</b>)</span></span> </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3808221206422644909.post-62755007480894651242008-12-10T01:06:00.000-08:002008-12-10T01:07:21.778-08:00Berpikir Positif<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CMaesan%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Trebuchet MS"; panose-1:2 11 6 3 2 2 2 2 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:647 0 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoBodyText, li.MsoBodyText, div.MsoBodyText {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoBodyText" style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">Antara Jalan dan Tujuan</span></b></p><p class="MsoBodyText" style="margin: 0in 11.25pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">
<br /></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Abraham Maslow pernah mengeluarkan nasehat bahwa salah satu yang penting untuk diingat bagi siapa pun yang ingin mengaktualisasikan potensinya adalah membedakan antara <b>jalan </b>dan <b>tujuan</b> dalam praktek hidup. Dalam teori, pasti semua orang sudah tahu apa itu perbedaan antara jalan dan tujuan, tetapi dalam praktek, jawabnya belum tentu.
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">
<br /></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Andakaikan semua orang sudah mengerti perbedaan antara jalan dan tujuan dalam praktek, tentulah ilmu manajemen tidak sampai berpetuah: “Jangan menjadikan aktivitas sebagai tujuan”. <b>Aktivitas adalah jalan, cara atau sarana</b> sedangkan <b>tujuan adalah sasaran yang hendak kita wujudkan dengan cara yang kita terapkan</b>. Aktivitas bukanlah tujuan dan tujuan bukanlah aktivitas, dan karena itu perlu dibedakan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Andakaikan semua orang sudah mengerti perbedaan antara cara dan tujuan dalam praktek, tentulah Thomas Alva Edison tidak sampai berpetuah: <i>“Jangan hanya menenggelamkan diri pada kesibukan demi kesibukan tetapi bertanyalah tujuan dari kesibukan yang Anda jalani.”</i> Kesibukan kerapkali melupakan kita akan tujuan dari kesibukan itu dan karena itulah maka perlu diingatkan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dalam kaitan dengan pembahasan kali ini, mungkin sekali-sekali kita perlu bertanya kepada diri sendiri, apakah berpikir positif itu jalan atau tujuan? Menggunakannya sebagai jalan berarti setelah kita berpikir positif masih ada proses positif yang perlu kita jalani sedangkan menggunakannya sebagai tujuan berarti kita cukup hanya sampai pada tahap menciptakan pikiran positif atas kenyataan buruk di tempat kerja, di sekolah, di kampus dan di mana-mana. </span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 15pt 0in 3pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;" lang="IN">Strategi Memilih</span></b></p><p class="MsoBodyText" style="margin: 15pt 0in 3pt; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;" lang="IN">
<br /></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Memilih sebagai jalan atau tujuan, sebenarnya adalah hak kita. Tidak ada orang yang akan melaporkan kita ke polisi dengan memilih salah satunya. Tetapi kalau kita berbicara manfaat yang sedikit dan manfaat yang banyak maka barangkali sudah menjadi keharusan-pribadi untuk selalu mengingat bahwa berpikir positif itu adalah jalan yang kita bangun untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Logisnya bisa dijelaskan bahwa jika jalan yang kita pilih itu positif, maka perjalanan kita menuju terminal tujuan juga positif atau terhindar dari hambatan-hambatan negatif akibat dari kekeliruan kita dalam memilih jalan. Begitu ‘kan? </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hal ini agak berbeda sedikit dengan ketika kita memilihnya sebagai tujuan. Dibilang baik memang sudah baik dan dibilang untung memang sudah untung. Untung yang paling riil adalah mendapatkan suasana batin yang positif atau terhindar dari hal-hal buruk yang diakibatkan oleh pikiran negatif. Dale Carnegie menyimpulkan: <i>“Ingatlah kebahagian tidak tergantung pada siapa dirimu dan apa yang kamu miliki tetapi tergantung pada apa yang kamu pikirkan.” </i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Hanya saja, jika ini dikaitkan dengan persoalan mengaktualkan potensi atau meraih prestasi yang lebih tinggi di bidang-bidang yang sudah kita pilih, tentulah masih belum final. Mengapa? Perlu disadari bahwa suasana batin yang sepositif apapun tidak bisa mengaktualisasikan potensi sedikit meskipun kalau suasana batin kita keruh akibat pikiran negatif, maka usaha kita untuk mengaktualisasikan potensi itu dipastikan terhambat. Jangankan potensi, sampah pun, menurut Tom Peters, tidak bisa dibuang oleh pemikiran yang jenius atau oleh strategi yang jitu. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Bahkan menurut Charles A. O'Reilly, Professor, Stanford Graduate School of Business, dunia ini tidak peduli dengan apa yang kita tahu kecuali apa yang kita lakukan. Puncak dari kehidupan ini adalah tindakan, bukan pengetahuan. Mahatma Gandhi menyimpulkan bahwa ukuran penilaian manusia yang paling akhir adalah aksi, titik. Ini sudah klop dengan penjelasan Tuhan bahwa kita tidak mendapatkan balasan dari apa yang kita khayalkan (fantasi) melainkan dari apa yang kita usahakan. </span></p> <p class="MsoBodyText" style="margin: 11.25pt 15pt 2.25pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">Rahasia Berpikir Positif</span></b></p><p class="MsoBodyText" style="margin: 11.25pt 15pt 2.25pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">
<br /></span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dengan memiliki suasana batin positif, maka ini akan menjadi sangat kondusif (mendukung) untuk menjalankan proses positif berikutnya, yang antara lain: </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1.</span></b><b><span style="font-size: 7pt;" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Pelajaran</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">“Hukum Tuhannya” mengatakan bahwa pelajaran positif itu ada di mana-mana sepanjang kita mau menggali dan menyerapnya: di balik kesalahan, kegagalan, penghianatan orang lain atas kita, di balik musibah buruk yang menimpa kita dan seterusnya. Hanya saja, meskipun pelajaran positif itu ada di mana-mana, tetapi prakteknya membuktikan bahwa pelajaran positif itu tidak bisa kita serap kalau batin kita sudah keruh oleh pikiran-pikiran negatif. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Mendapatkan pelajaran positif memang tidak langsung mengangkat prestasi kita tetapi kalau kita ingin mengubah diri kita untuk menjadi semakin positif maka syarat mutlak yang harus dimiliki adalah menambah jumlah dan kualitas pelajaran positif yang kita serap, seperti kata Samuel Smile dalam salah satu tulisannya: <i>“Tidak benar jika orang berpikir bahwa kesuksesan diciptakan dari kesuksesan. Seringkali kesuksesan dihasilkan dari kegagalan. Persepsi, study, nasehat dan tauladan tidak bisa mengajarkan kesuksesan sebanyak yang diajarkan oleh kegagalan.”</i> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">2.</span></b><b><span style="font-size: 7pt;" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Keputusan</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Satu kenyataan buruk yang kita hadapi pada hakekatnya tidak mendekte kita harus mengambil keputusan tertentu tetapi menawarkan pilihan kepada kita. Tawaran itu antara lain adalah: a) boleh memilih keputusan untuk mundur,b) boleh memilih keputusan untuk mandek / kembali ke semula dan c) boleh memilih keputusan untuk terus melangkah dengan menyiasati, mencari celah kreatif, dan lain-lain. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Nah, salah satu syarat mutlak yang harus dimiliki untuk melahirkan keputusan yang nomor tiga adalah memiliki batin yang kondusif dan positif. Kita saksikan sendiri di lapangan bahwa meskipun semua orang punya keinginan untuk memilih keputusan nomor tiga, tetapi karena hanya sedikit orang yang punya kemampuan menghilangkan pikiran negatif, maka prakteknya justru keputusan nomor dua atau nomor satu yang menjadi pilihan favorit. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Jika dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, ada hal yang tidak bisa diingkari bahwa semua orang setiap saat telah memilih keputusan tertentu tentang apa yang akan dilakukannya. Dari keputusan yang dipilih itulah lahir sebuah tindakan yang menjadi penyebab sebuah hasil. Karena itu ada saran Brian Tracy yang patut kita renungkan bahwa yang menentukan nasib kita itu bukan apa yang menimpa kita melainkan keputusan yang kita ambil atas apa yang menimpa kita. Artinya, keputusan mundur akan menghasilkan kemunduran; keputusan mandek akan menghasilkan kemandekan dan keputusan maju akan menghasilkan kemajuan. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">3.</span></b><b><span style="font-size: 7pt;" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Keteraturan langkah</span></b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN"> </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Apa yang menyebabkan langkah kita terkadang mudah diserang virus keputusasaan dan kepasrahan? Apa yang terkadang membuat kita mudah bongkar-pasang rencana hanya karena mood sesaat? Sebab-sebabnya tentu banyak tetapi salah satunya adalah pikiran negatif. Sekuat apapun fisik kita atau sekuat apapun keinginan kita untuk mewujudkan tujuan, biasanya akan tidak banyak membantu apabila pikiran ini sudah penuh dengan kotoran negatif. Kita menjadi orang yang putus asa bukan karena kita tidak mampu bertahan, melainkan karena kita telah mengambil keputusan yang fatal. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Nah, dengan menciptakan pikiran positif atas hal-hal buruk yang menimpa kita setidak-tidaknya ini menjadi bekal buat untuk melakukan hal-hal positif secara terus menerus dalam arti tidak mengandalkan perubahan keadaan atau tidak mudah disakiti oleh pukulan keadaan. Seperti pesan Denis Waitley, “Bukan dirimu yang menjadi penghambat kemajuanmu tetapi muatan pikiran yang kamu bawa.” </span></p> <p style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dari pesan itu mungkin ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa pikiran negatif yang kita bawa atau yang kita biarkan itulah yang terkadang menjadi penghambat langkah kita atau mengganggu kelancaran langkah kita dalam menapaki tujuan yang sudah kita tetapkan. Karena itu paslah jika ada permisalan yang menggambarkan bahwa pikiran negatif itu akan memberikan kotoran di dada kita. Dada yang penuh dengan kotoran yang kita biarkan akan membuat punggung kita terbebani oleh muatan-muatan yang memberatkan lalu mengakibatkan langkah ini tidak selancar seperti yang kita inginkan.</span> </p> <p style="margin: 11.25pt 15pt 2.25pt 0in; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Trebuchet MS"; color: maroon;">Apa Yang Perlu Dijalani ?</span></b> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Di atas sudah kita singgung bahwa menggunakan pikiran positif sebagai jalan berarti setelah kita berpikir positif masih ada proses positif yang perlu kita jalani. Apa yang perlu untuk dijalani? </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">1.</span></b><b><span style="font-size: 7pt;" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Temukan pelajaran spesifik </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Entah sadar atau tidak, kerapkali istilah berpikir positif ini hanya kita praktekkan sebatas berprasangka baik, meyakini adanya hikmah yang mencerahkan, atau sebatas punya opini positif. Tentu ini sudah benar dan sudah baik tetapi kalau kita kaitkan dengan hasil sedikit dan hasil yang lebih banyak, maka proses positif yang perlu kita lakukan adalah mengaktifkan pikiran kita untuk menemukan pelajaran-pelajaran spesifik yang benar-benar cocok dan relevan dengan keadaan-diri kita pada hari ini. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Sebut saja misalnya kita gagal dalam usaha. Memang sudah benar kalau kita berpikir bahwa di balik kegagalan itu ada hikmah buat kita. Hanya saja hikmah di sini mengandung pengertian yang seluas isi daratan, alias masih umum. Kegagalan usaha kita bisa disebabkan oleh waktu yang belum tepat, kesalahan memilih orang, kurang gigih, kurang skill, keadaan eksternal yang di luar kontrol, dan lain-lain. Karena tidak mungkin kita menyerap hikmah secara keseluruhan dalam satu waktu, maka yang paling penting adalah menyerap hikmah yang relevan saja sebagai bahan mengoreksi diri. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">2.</span></b><b><span style="font-size: 7pt;" lang="IN"> </span></b><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Gunakan dalam hal spesifik </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Banyak pengalaman yang sudah menguji bahwa memiliki rumusan tujuan yang jelas dan jelas-jelas diperjuangkan, ternyata memiliki manfaat cukup besar bagi proses positif. Dengan kata lain, untuk bisa menggunakan pelajaran yang sudah kita serap menuntut adanya rumusan tujuan yang kita upayakan realisasinya. Tanpa ini, mungkin saja pelajaran positif yang kita temukan itu akan nganggur alias kurang banyak manfaatnya. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">J.M. Barrie memberikan contoh dari pengalamannya: <b><i>“</i></b><i>Selama lebih dari 30 tahun saya memimpin, saya sampai pada kesimpulan bahwa yang paling penting di sini adalah memiliki kemampuan yang saya sebut “kegagalan maju”. Kemampuan ini bukan sekedar memiliki sikap positif terhadap kesalahan. Kegagalan maju adalah kemampuan untuk bangkit setelah anda dipukul mundur, kemampuan untuk belajar dari kesalahan dan kemampuan untuk melangkah maju ke arah yang lebih baik.”</i><b> </b></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-right: 15pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Dengan kata lain, agar kita bisa menjadikan kegagalan kita sebagai dorongan untuk meraih kemajuan tidak cukup hanya dengan memiliki pikiran positif dan sikap positif atas kegagalan itu, melainkan dibutuhkan upaya kita untuk menggunakan pelajaran yang sudah kita dapatkan dalam usaha meraih keinginan berikutnya. Pelajaran, pengetahuan, dan petunjuk pengalaman yang tidak kita gunakan untuk membimbing praktek kita pada hari ini akan menjadi dokuman yang nilai dan manfaatnya kurang. </span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;"><b><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">3. Membuka diri </span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 15pt 6pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Seperti yang sudah kita singgung di muka bahwa pelajaran positif yang ada di balik satu masalah, satu kenyataan buruk, atau di balik peristiwa yang kita alami dalam praktek hidup itu sangatlah tidak terbatas, tidak tunggal, tidak mono, dan karena itu sering disebut petunjuk (hidayah). Saking banyaknya itu, maka tidak mungkin ruangan miliki kita bisa sanggup menyerap seluruhnya dan sekaligus sehingga yang dibutuhkan adalah membuka diri atas berbagai pelajaran positif yang diwahyukan oleh kesalahan kita, kesalahan orang lain yang kita lihat, temuan ilmu pengetahuan, nasehat, dan seterusnya. </span></p> <p style="margin: 11.25pt 15pt 0.0001pt 0in; text-align: justify;"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Trebuchet MS";" lang="IN">Cak Nur pernah berpesan: <i>“Sikap terbuka adalah sebagian dari pada iman. Sebab seseorang tidak mungkin menerima pencerahan dan kebenaran jika dia tidak terbuka.”</i> Sikap terbuka menurut Ajaran Kejawen (Javanese Spiritual Doktrine)merupakan syarat untuk mengarungi jagat “kaweruh” (sains, tehnologi, dst). “Syarat utama bagi pelajar adalah memiliki kemampuan dalam menghilangkan atau menyimpan untuk sementara waktu pemahaman dogmatis yang telah dimiliki dan mempersiapkan diri dengan keterbukaan hati-pikiran untuk merambah jagat ilmu pengetahuan". Selamat menggunakan!!!</span></p> Unknownnoreply@blogger.com0